Bab 11
Leon tengah sibuk dengan beberapa berkas dan laporan penjualan bengkel dan showroom-nya. Saat tengah sibuk tiba-tiba saja Asep, salah satu montir di bengkelnya datang mengetuk pintu ruangan Leon.
"Maaf pak Leon," ucap Asep menjulurkan kepalanya dari balik pintu.
"Iya Sep, ada apa?" Tanya Leon menghentikan pekerjaannya.
"Ada tamu di luar Pak," ucap Asep.
"Siapa?" Tanya Leon mengernyitkan dahinya bingung.
"Dia berkata namanya Azzura," tambah Asep menyentakkan Leonard.
"Baiklah, suruh dia masuk," ucap Leon.
Ini sudah seminggu dari kejadian dia menolong Azzura, saat itu Azzura pergi begitu saja dan menitipkan kunci apartement ke Asep karena saat itu Leon sedang tak di bengkel.
"Assalamu'alaikum, apa aku mengganggu?" suara lembut Azzura menyadarkan Leon.
Leon menatap Azzura yang berdiri di ambang pintu. Dia hanya memakai celana jeans biru dan t-shirt berwarna putih di padu dengan jaket kulit hitamnya. Rambutnya di ikat kuda, walau terlihat simple tetapi kecantikan naturalnya begitu terpancar dalam dirinya. Khas dari seorang Azzura,
"Masuklah," ucap Leon.
Azzura berjalan mendekati meja kerja Leon seraya menatap sekeliling ruangan yang terlihat rapi dan bersih. Dulu saat pertama kali ke sini, ia tak sempat melihat sekelilingnya, karena situasinya sedang urgent saat itu.
"Duduklah," ucap Leon dan Azzura menurutinya.
"Tuan Leon."
"Panggil Leon saja, aku masih muda. Santai saja," ucap Leonard dengan santai, berusaha mengatur detak jantungnya yang berdetak sangat kencang.
"Baiklah Leon, aku mau mengucapkan terima kasih banyak dan juga maaf karena saat itu aku pergi begitu saja tanpa menemuimu. Kebetulan adikku sedang sakit saat itu, jadi aku cepat-cepat untuk pulang," ucap Azzura.
"Tidak masalah santai saja, tunggu sebentar." Leon berjalan menuju lemari es, dan mengambil dua kaleng minuman dingin. "Minumlah," ucapnya menyodorkan minuman ke Azzura dan iapun kembali duduk di kursi kebesarannya.
"Iya aku sempat khawatir, karena kamu tidak ada di apartement. Aku kembali datang ke club malam itu, tetapi tak menemukanmu," ucap Leonard.
"Aku berhenti bekerja di club itu, aku rasa aku tak pantas untuk terus bekerja di sana," ucap Azzura dan Leonard sangat senang mendengarnya.
"Itu ide yang bagus," ucap Leon terdengar semangat, tetapi seketika Langsung mengubah raut wajah dan nada bicaranya karena Azzura terlihat mengernyitkan dahinya. "Lalu sekarang kamu bekerja dimana?" Tanya Leon.
"Aku membuat berbagai kue dan snack, aku mencoba memasukkannya ke toko toko dan kantin," ucap Azzura.
Leon teringat kalau dulu waktu kuliah, sang Mama juga suka membuat kue kue basah dan menjualnya di bantu para brotherhood.
"Ini aku bawakan untukmu, sekalian ucapan terima kasih. Dan ingin tau bagaimana rasanya," ucap Azzura menyimpannya di atas meja. Leon semakin menyukai Azzura, Leon melihat sosok sang Mama, dalam diri Azzura.
"Terima kasih, aku coba yah," ucap Leon membuka kardus kue itu, Azzura terlihat harap-harap cemas menunggu Leon memakan kue buatannya dan ingin tahu apa komentarnya.
Ia menatap Leon yang tengah menikmatinya dengan meremas kedua tangannya di bawah meja karena tak sabar. "Bagaimana?" Tanya Azzura.
"Ini enak, tetapi ada kurang sedikit sih," ucap Leon membuat Azzura menggigit bibir bawahnya.
"Hei jangan sedih, ini bukan masalah kok. Kue kamu enak," ucap Leon.
Leon memang tak berpengalaman dalam hal menyenangkan hati seorang perempuan, Leon terlalu jujur dalam berkata.
"Aku memang belum berpengalaman dalam membuat kue, soalnya aku menirunya dari internet," ujar Azzura. "Pantas saja di toko-toko kuenya kurang laku," ucap Azzura merasa sedih.
"Ini enak, hanya tidak ada sesuatu yang menarik dan beda dari yang lain," ucap Leon dengan lembut.
"Aku akan memperbaikinya," ucap Azzura merasa malu sekali, dengan bangganya dia menyuguhkan hasil karyanya pada Leon dan berharap Leon sangat menyukainya. Kau bodoh, Azzura..
"Begini saja, Mamaku dulu juga seorang penjual kue basah. Bagaimana kalau kamu, aku kenalkan ke Mamaku dan kamu bisa belajar banyak darinya," ujar Leon.
"Tapi apa tidak berlebihan? Aku malu, aku kan-"
"Tidak perlu malu dan takut, Mamaku adalah Mama terbaik sedunia," ucap Leon membuat Azzura tersenyum. "Bagaimana?"
"Kalau tidak merepotkan," ucap Azzura tersenyum kecil.
Leon menatap Azzura yang juga tengah menatapnya, mata beningnya sungguh mampu membuat jantungnya ingin meloncat dari tempatnya.
"Aku akan berbicara dengan Mamaku. Kira-kira nanti aku menghubungimu kemana?" tanya Leon.
"Ba-baiklah, i-ini nomorku." Azzura menyodorkan hp nokia kunonya ke Leon dengan sangat malu. Leon hanya tersenyum saja dan memindahkan nomor Azzura ke handphonenya.
"Oke, aku akan menghubungimu. Jangan sungkan, kita sudah berkali-kali bertemu, bukan? Kita bisa anggap ini adalah sebuah pertemanan," ucap Leon yang di angguki Azzura.
Keduanya mulai berbincang dengan akrab dan ada sedikit candaan, mereka akrab membicarakan masalah otomotive terutama sepeda motor. Mereka baru menyadari kalau ternyata mereka banyak kesamaan.
***
