Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Pertengkaran

Bab 9 Pertengkaran

Aga menarik kerah kemeja Zio dengan kasar, meluapkan emosi yang sejak tadi menggerogoti jiwanya. Zio hanya tersenyum menanggapi sikap Aga yang sedang menahan emosinya.

Setelah Naya pulang dengan Kania, Aga mengajak Zio pergi ke sebuah tempat kumuh yang tidak berpenghuni, Zio yang merasa puas dengan permainannya yang pertama dengan senang hati menuruti kemauan Aga. Sehingga terjadilah pertengkaran sengit di tempat ini.

"Lepaskan tanganmu, Ga!" kata Zio sinis.

"Apa maksudmu melakukan ini pada Kanaya?!" teriak Aga penuh emosi.

"Aku menyukainya, bukankah kamu tahu sejak dulu?" Zio menjawab dengan mengibaskan tangan Aga dari kerah kemejanya.

"Bukankah kamu tahu kalau Naya tidak pernah mencintaimu? Apa kamu lupa dengan apa yang aku katakan padamu dulu, hah?!" gertak Aga, matanya melotot, wajahnya lebih garang dari dulu saat Aga memukuli Zio di hutan.

"Aku ingat Ga, tentu saja tidak akan pernah melupakan kejadian itu seumur hidupku," jawab Zio santai, namun justru terdengar mengerikan.

"Lalu kenapa kamu meminta Naya untuk menerimamu jika kamu sendiri sudah tahu kalau Naya tidak pernah mencintaimu?" tanya Aga dengan tatapan tajam.

"Justru karena itu, aku tahu kalau Naya tidak pernah menyukaiku, dan aku juga tahu kalau dia sangat berarti bagimu. Jadi, tidak perlu repot untukku membalas semua perlakuanmu padaku di masa lalu, cukup dengan membuat Naya terikat padaku sudah pasti akan membuatmu seperti orang gila yang kehilangan arah hidup," bisik Zio dengan yakin, menatap Aga dengan tatapan membunuh.

Seketika emosi Aga tidak bisa dikendalikan, perkataan Zio seperti sebilah pedang yang menghunus ulu hatinya. Aga segera melancarkan serangannya, menatap tajam ke arah Zio, tangannya mengepal, napasnya memburu, diayunkannya tangan itu tepat wajah Zio, namun belum sempat tangan itu menyentuh kulit Zio, Zio berhasil mengelak, memanfaatkan emosi Aga yang sedang meledak dengan memukulnya tepat di pipi Aga. Sehingga meninggalkan bekas warna ungu pada wajah tampan Aga, perlahan cairan berwarna merah mengalir di sudut bibirnya.

"Itu untuk anak singa yang pernah kamu sakiti." Nafas Zio memburu. "Ini belum sebanding dengan apa yang pernah kamu lakukan padaku dan juga saudaraku dulu, Ga!"

Zio menghantam perut Aga sehingga membuat tubuh Aga sempoyongan karena tidak berhasil mengelak pukulan Zio yang keras. Aga meringis menahan sakit di perutnya.

"Itu untuk Ibu singaku yang telah kamu bunuh," kata Zio tajam.

Zio kembali memukul Aga tepat di pipi sebelah kiri, tenaga Zio semakin kuat.

"Dan itu untuk semua saudaraku yang pernah kamu kurung dalam sangkar."

Aga sudah kehabisan tenaga, dia terjatuh ke lantai, darah segar mengalir dari kepala bagian kanan karena terbentur di lantai.

Zio kembali menendang Aga yang sudah terkapar, menindih tubuh tak berdaya itu dengan kakinya, sama persis seperti yang Aga lakukan padanya dulu.

"Dan yang terakhir, untuk diriku sendiri dan penghinaan yang pernah kamu berikan padaku."

Zio hendak melangkah pergi, namun hatinya belum merasa puas jika dia belum mengatakan sesuatu yang akan membuat Aga merasa rendah diri. Zio kembali menghampiri Aga, berbisik tepat di samping telinganya.

"Aku bukan lagi Zio yang dulu Ga, yang bisa dengan mudah kamu bodohi dan lukai sesuka hati. Aku memiliki segalanya sekarang, bukan lagi pemuda lusuh yang selalu kamu hina. Aku … Ezio Sanders, penerus satu-satunya keluarga Sanders, tentu kamu mengetahui tentang keluargaku kan?" kata Zio dengan sombong, memamerkan kehidupan barunya yang berkaitan dengan keluarga Sanders.

Setelah puas membanggakan diri, Zio segera melangkah pergi meninggalkan Aga yang terkapar di lantai, langkahnya terasa ringan, kesombongannya kian memuncak, kini satu persatu dendamnya sudah terbalas, hanya tinggal menunggu waktu untuk membalas dendam pada gadis yang menghianatinya.

Meskipun hati kecilnya kadang merasa ragu, mampukah dia menyakiti Naya ketika cinta di hatinya telah menetap begitu lama?

***

Kebahagiaan memang terkadang bisa datang dengan tiba-tiba, sama halnya dengan apa yang Naya rasakan. Ketika hatinya merasa begitu sakit dan rapuh karena cintanya pada Zio yang hampir dipatahkan, dengan tiba-tiba Zio datang membawa kembali cintanya. Perasaan Naya kini sama seperti Qais yang berhasil mendapatkan cinta dari Laila.

Suara Zio saat menyatakan perasaannya membuat hatinya luluh, penantian selama bertahun-tahun itu tidak lagi sia-sia. Perjuangan Naya untuk menemukan kembali Zio yang telah dengan susah payah dia lakukan, sehingga sampai terciptanya buku 'Kisah si Anak Singa' nya yang mendunia. Semua usaha Naya kini terbayarkan hanya dengan beberapa patah kata yang Zio ucapkan.

Naya terus tersenyum bahagia seolah-olah dunia ini hanya miliknya.

"Nay, maukah kamu menerimaku kembali? Dengan penampilan dan identitasku yang baru?"

Perkataan Zio terasa begitu indah didengar, saat Zio mengatakan itu hati Naya begitu berbunga-bunga. Tak hanya menyatakan cintanya, namun Zio juga memuji buku Naya yang terkenal itu.

"Terima kasih untuk 'Kisah si Anak Singa' nya, aku sungguh terharu dengan kisah yang kamu tulis itu," puji Zio tulus.

Naya kembali tersenyum mengingat kejadian sore tadi, namun di sisi lain dia juga merasa bersalah pada Aga, karena sebelum bertemu dengan Zio, Naya beralasan untuk pulang ketika Aga mengajaknya pergi. Siapa sangka jika ternyata Aga bisa muncul dengan tiba-tiba, membuat Naya merasa sungkan dan tak enak hati. Apalagi Zio dengan terang-terangan menyatakan perasaannya di depan Aga. Entah apa yang akan Aga pikirkan tentang dirinya.

Naya bukanlah gadis munafik, dia tahu persis bagaimana perasaan Aga padanya. Meskipun Aga tidak pernah menyatakannya, namun Naya bisa merasakan dari sikap Aga yang terlihat sangat peduli padanya. Ditambah lagi dari omongan teman-temannya yang mengatakan kalau Aga menyukai dirinya.

"Apa yang akan Aga pikirkan tentangku? Bagaimana kalau nanti dia marah padaku? Dan kenapa juga sih Zio harus mengatakan itu di depan Aga?" Naya bergumam sendiri di dalam kamar sambil memeluk boneka singa kesukaannya.

"Nay, apakah kamu sudah tidur?" Suara dari balik pintu kamar Naya membuyarkan lamunannya.

"Belum Yah, ada apa?" tanya Naya setelah membukakan pintu untuk ayahnya.

"Oh tidak ada apa-apa, Ayah hanya ingin mengobrol denganmu, sudah lama kamu tidak bercerita, Ayah rindu," kata Saputra, ayah Kanaya.

"Kebetulan sekali Yah, ada sesuatu yang ingin kuceritakan pada Ayah, masuk Yah." Naya mempersilahkan ayahnya memasuki kamar. Naya memang terbiasa sejak kecil selalu bergantung pada ayahnya, itu semua karena hanya ayah yang dia punya. Sang ibu telah meninggalkan dia dan dunia ini saat Naya masih berusia 10 tahun.

"Sepertinya ada kabar bahagia dari putri Ayah yang cantik ini," goda Saputra sambil menyentil hidung Naya.

"Bukan hanya bahagia, tapi sangat membahagiakan," kata Naya antusias sampai memperpanjang kata sangatnya dengan tangan melengkung-lengkung.

"Sekarang ceritalah, Ayah akan menjadi pendengar setiamu."

"Ayah ingatkah tentang temanku yang dulu hidupnya di hutan sejak masih kecil? Teman yang pernah kuceritakan dulu?" Naya menatap wajah teduh ayahnya. "Dia telah kembali ayah!!" jerit Naya dengan bahagia.

Saputra terdiam sesaat mendengar perkataan Naya, mencoba mengingat kembali pemuda yang dulu pernah Naya ceritakan padanya, pemuda yang ingin Naya bawa pulang ke rumahnya. Dan juga pemuda yang telah membuat putrinya seperti orang gila karena kehilangan dirinya secara tiba-tiba.

Saputra yang saat itu sangat ingin bertemu dengan pemuda itu karena ingin memastikan siapa sebenarnya dia, dan apakah dia adalah pemuda yang selama 20 tahun ini dia cari?

Apa sebenarnya hubungan Saputra dengan pemuda hutan di masa lalu?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel