Bab 8 Sebuah Rencana
Bab 8 Sebuah Rencana
"Nona Kanaya, kan?"
Zio memanggil Naya tepat di belakang kursi yang diduduki Naya, membuat gadis itu terkejut akan sapaan Zio yang tiba-tiba.
Suasana menjadi hening, tidak ada yang berbicara, Naya menatap Zio dengan pandangan haru, antara bahagia tidak menentu. Jantungnya berdetak lebih kencang dari yang seharusnya, hatinya seakan-akan tersiram oleh air es di Kutub Utara, semua serasa mimpi bagi Kanaya.
Zio tersenyum sangat manis kepada Naya, dia segera duduk di depan Naya yang masih terkejut karena kehadirannya.
"Apa mau terus berdiri seperti itu?" tanya Zio membuyarkan lamunan Naya.
"Oh, maaf! Apa kamu yang menelponku tadi?" tanya Naya segera duduk dan membuka pembicaraan.
"Iya, apa kamu terkejut?" Zio bertanya dengan lembut sambil tersenyum, kemudian dia memanggil pelayan agar membawakan menu makanan.
"Sejujurnya sangat terkejut."
"Haha." Zio tertawa nyaring. "Tidak perlu segugup itu Nay, anggap saja kita sedang di rumah pohon atau di gua rumahku." Perkataan Zio membuat Naya merasa bahagia, setidaknya hari ini yang sedang berada di depannya benar-benar Zio, si anak Singa-nya yang telah kembali.
Zio membolak-balik buku menu, dia terlihat bingung dengan apa yang akan dia pesan. Hingga akhirnya Zio memilih rendang daging sapi, makanan sederhana yang selalu menjadi kesukaan Zio.
Naya merasa terharu yang tidak ada henti-hentinya, apalagi ketika Zio memesan makanan favorit mereka berdua. Pada masa lalu, Zio selalu setia menunggu dirinya di rumah pohon hanya karena ingin memakan rendang sapi yang Naya bawakan. Sepulang kuliah Naya akan mampir di warung makan hanya untuk membeli rendang sapi, kemudian membawanya ke hutan dan menikmati rendang sapi bersama Zio.
"Ada apa?" tanya Zio setelah menyadari ada kristal bening di pelupuk mata Naya.
"Tidak, hanya terharu, kamu masih menyukai rendang sapi," kata Naya dengan mata berkaca-kaca.
"Akan lebih terasa nikmat jika memakannya di rumah pohon, sama seperti waktu itu." Pandangan Zio menerawang, membiarkan kenangan itu kembali hadir.
"Apakah kamu tahu Zio, setelah kehilangan kamu, rendang sapi sudah tidak terasa enak lagi bagiku, sepandai apapun koki yang memasaknya akan terasa hambar di mulutku." Naya berkata dengan air mata yang mengalir, membuat hati Zio merasa teriris.
"Jangan merusak hari bahagia ini dengan air matamu, Nay." Zio menyeka air mata Naya menggunakan tangannya. Menyentuh pipi Naya dengan lembut.
Naya tersenyum melihat sikap Zio yang berbalik 100% dari pertemuan pertamanya. Zio yang waktu itu kasar dan dingin, kini telah kembali menjadi Zio yang hangat dan perhatian.
"Maaf untuk kejadian beberapa hari yang lalu, karena aku sudah bersikap kasar padamu, dan maaf juga baru bisa menemuimu sekarang." Perkataan Zio terdengar sangat tulus.
"Tidak apa-apa, aku tahu pasti sangat sulit bagimu menyesuaikan diri hidup di tengah-tengah banyaknya manusia yang dulu sangat kamu benci."
Zio tersenyum, beberapa saat kemudian muncul pelayan dengan membawakan pesanan Zio dan Naya. Mereka segera menikmati makanan itu tanpa banyak bicara, masih terasa canggung setelah bertahun-tahun tak bertemu, apalagi sempat terjadi perselisihan saat itu.
"Oh iya, bagaimana hubungan kamu dengan Aga?" tanya Zio sambil mengunyah makanan yang ia masukkan ke dalam mulut.
"Bukankah kamu sudah tahu dari dulu? hubunganku dengannya hanya akan terus seperti itu, tidak ada perasaan khusus." Naya menjawab dengan kikuk, dia merasa hal ini perlu dijelaskan, agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara mereka di masa depan. Naya juga dulu pernah menceritakan pada Zio tentang satu teman laki-laki yang dekat dengannya. Yaitu Aga.
"Oh, mungkin aku yang sedikit lupa, soalnya kemarin aku sempat melihatmu berpelukan dengannya, aku kira hubungan kalian sudah semakin dekat," kata Zio dengan nada menyindir.
"Itu hanya pelukan seorang sahabat Zio, tidak ada yang lebih dari itu."
"Kamu yakin?"
"Yakin sekali, tapi kenapa kamu bertanya soal ini?" tanya Naya ragu dan sedikit curiga.
"Aku hanya mau memastikan saja, jika memang ada hubungan khusus aku akan mundur, tapi jika tidak ada maka itu bagus, aku yang akan maju," kata Zio yakin, kemudian menatap Naya. Makanan di piringnya telah tandas.
"Uhuk!!" Seketika Naya tersedak mendengar pernyataan Zio yang terang-terangan.
"Pelan-pelan Nay," kata Zio khawatir dan segera menyodorkan air minum untuk Naya.
"Maaf," kata Naya merasa bersalah.
Zio melihat ada sisa makanan yang menempel di bawah bibir Naya, dia segera membersihkannya menggunakan tangannya.
"Kenapa masih selalu seperti ini Nay, belum berubah," kata Zio yang membuat Naya terkejut, belum sempat hilang keterkejutan Naya, mendadak ada seseorang datang mendekat.
"Nay, kamu di sini?" tanya Aga dengan nada emosi yang ditahan.
"Eh, Aga, kamu di sini juga?" Naya menjawab dengan pertanyaan, dia merasa kikuk dan salah tingkah karena Aga pasti melihat apa yang Zio lakukan padanya.
"Hai Ga, sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Zio bertanya dengan senyum simpul di bibirnya, mencoba sok akrab pada Aga.
"Baik," jawab Aga ketus.
"Oh iya, karena kamu sudah di sini bagaimana kalau kita bergabung saja? pasti menyenangkan, iya kan Nay?" Perkataan Zio seolah-olah mengejek Aga, karena tentu saja Zio sudah mengetahui tentang rencana Aga yang akan mengajak Naya pergi ke suatu tempat, entah apa yang ingin Aga lakukan, Zio tidak terlalu peduli.
Hanya saja dia tidak ingin Aga mendahuluinya untuk memiliki Kanaya. Maka dari itu Zio segera melancarkan aksinya, merencanakan pertemuan dengan Naya secara tiba-tiba. Tidak lupa juga dia memberi tahu Aga tentang pertemuannya kali ini.
Dia ingin membuktikan pada Aga kalau Zio lah yang akan selalu Naya pilih. Dia ingin membalas rasa sakit yang dulu pernah Aga berikan padanya dengan memiliki Naya, karena Zio sendiri juga tahu betapa pentingnya Naya dalam hidup Aga.
'Datanglah segera ke Resto Naga Sakti, akan ada kejutan yang kamu terima dari Kanaya.' Begitulah pesan Zio yang dia kirimkan pada Aga sebelum pergi menemui Naya di resto yang saat ini tengah mereka tempati.
Kedatangan Aga yang tiba-tiba bukanlah suatu kebetulan, melainkan karena Zio lah di balik semua ini.
Zio telah merencanakan semuanya dengan sangat sempurna.
Aga yang merasa dipermainkan oleh Zio, hatinya merasa seperti dibakar dengan api, apalagi melihat perlakuan Zio pada Naya yang sudah melewati batasnya. Emosi Aga meledak ketika mendengar pengakuan Zio yang secara terang-terangan di depan Aga.
"Nay, ada yang ingin kukatakan padamu," kata Zio dengan serius.
Naya mengerutkan keningnya, menunggu perkataan apa yang akan Zio sampaikan padanya, hatinya berdesir lembut.
"Maukah kamu menerimaku lagi? Dengan penampilan dan identitasku yang baru? Yang bukan lagi seperti anak singamu yang dulu?"
Tanpa rasa malu atau bahkan merasa terganggu dengan kehadiran Aga di sampingnya, Zio mengungkapkan perasaannya pada Naya. Dengan adanya Aga justru membuat Zio semakin merasa percaya diri, dendamnya pada dua manusia di depannya kini perlahan-lahan akan segera terbalas.
