Bab 5 Kisah Si Anak Singa
Bab 5 Kisah Si Anak Singa
Zio berdiri mematung sambil menatap gemerlap lampu kota di balkon kamarnya, dia menenteng sebuah buku di tangannya. Semenjak pertemuannya dengan Naya beberapa hari yang lalu telah membuat pikirannya menjadi kacau.
Zio sudah menyelidiki tentang kehidupan Naya, dia hidup dengan baik. Sekarang Naya telah menjadi seorang penulis hebat dan bahkan ada satu karya yang sangat mendunia yang Naya tulis. 'Kisah si Anak Singa' begitulah judul buku yang membuat semua orang memburunya, cerita dalam buku itu seolah-olah terasa begitu nyata.
Zio yang merasa penasaran tentang buku itu kemudian segera membelinya. Di sana memang tertulis kisah antara seorang gadis yang berteman dengan singa kecil yang tidak mempunyai keluarga. Dan gadis itulah satu-satunya keluarga yang dia punya.
Dalam kisah itu kemudian terjalinlah sebuah persahabatan antara si anak singa dengan gadis itu, sang gadis mulai memperkenalkan dunianya kepada si anak singa, memberitahunya bahwa tidak semua manusia itu berhati jahat. Sampai suatu hari sang gadis menawarkan kehidupan baru padanya, 'maukah kamu ikut denganku di duniaku? menjadi bagian dari keluargaku?' lalu si anak singa dengan senang hati menerima tawaran itu, namun belum sempat anak singa itu menjalani kehidupan barunya, ia tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Membuat sang gadis merasakan kesedihan yang mendalam. Si gadis terus mencari anak singa, namun ia hanya menemukan ibu singa yang telah meninggal. Si anak singa itu hanyalah sebuah julukan untuk seorang pemuda liar yang hidupnya di hutan dan di asuh oleh berbagai binatang termasuk singa betina yang selalu dia anggap sebagai ibunya.
Zio hampir meneteskan air matanya, ia merasa bahwa tokoh dalam cerita itu adalah dirinya. Hatinya merasa ragu dan gelisah.
'Apa Naya sengaja menulis cerita ini agar bisa menemukanku? dan juga, apa Naya begitu menderita sejak kehilangan diriku?'
Untuk sesaat Zio merasa tersihir, tulisan demi tulisan Naya mampu membuat hatinya lebih mencair. Namun, mendadak ia teringat kembali akan tragedi yang menimpanya. Egonya kembali menguasai dirinya, dendam di hatinya tidak bisa ditebus hanya dengan bait kata-kata yang tidak bermakna baginya.
Zio menghempaskan dirinya di atas kasur, pandangannya menerawang. Ia sedang berpikir, apa yang akan dilakukannya terhadap Kanaya.
Zio berencana untuk memiliki Kanaya, dia ingin membuktikan pada Aga bahwa dia bukanlah Zio yang dulu, pemuda liar yang dulu bisa ia tindas sesuka hati. Terlebih ternyata Naya bukanlah tunangan Aga, mereka hanya berteman dekat karena mereka berdua tumbuh bersama sejak kecil. Zio mengetahui itu lewat orang yang ia suruh untuk menyelidiki tentang kehidupan Naya. Meskipun Zio sudah tahu jika dulu Aga membohonginya tentang masalah pertunangan, namun Zio tetap masih tidak bisa menerima mengenai kalung pemberian darinya untuk Naya. Jika memang kalung itu berarti bagi Naya, bagaimana mungkin pada saat itu kalung itu bisa bersama Aga? Zio menyimpulkan sendiri bahwa ia tidak lagi berarti dalam hidup Naya.
"Ga, lihatlah! Siapa yang akan menang pada akhirnya," bisik Zio pada dirinya sendiri, pandangannya menerawang menatap langit-langit kamarnya. Rasa lelah karena memikirkan Kanaya membuatnya segera terlelap tanpa sadar.
***
"Bagaimana anda bisa membuat cerita yang begitu bagus nona Kanaya? Apakah ini nyata?" tanya salah seorang remaja dalam acara seminar yang Naya hadiri. Semenjak rilisnya buku 'Kisah si Anak Singa' itu membuat hidup Naya semakin sibuk, dia terus diundang dalam acara seminar di manapun. Mengorek tentang isi cerita yang Naya tulis.
"Menurut kalian apakah ini terasa nyata?" Naya menjawab dengan pertanyaan. Semua yang hadir dalam acara itu pun menjawab dengan serentak, "Iya".
"Sebenarnya kisah ini memang nyata, gadis itu sampai sekarang masih selalu setia menunggu anak singa, mencari dan terus mencari. Dia sangat menyedihkan," tutur Naya dengan suara yang sedikit serak. Ada kesedihan di matanya, pandangannya menerawang. Dia kembali teringat pertemuannya dengan Zio beberapa hari yang lalu. Dan sampai saat ini Zio bahkan tidak mencarinya atau sekedar menghubunginya, padahal Naya kerap beberapa kali masuk ke stasiun TV. Sama seperti saat ini, Naya di undang live di salah satu stasiun tv.
Mengingat begitu terkenalnya Kanaya saat ini, seharusnya tidak sulit untuk Zio menemukan dirinya. Namun nyatanya Zio benar-benar sudah tidak peduli padanya.
"Kak Naya, apa kita bisa bertemu dengan gadis yang ada dalam cerita kakak?"
Naya tersenyum, "Gadis ini tidak ingin disorot karena ceritanya, dia akan selalu bersembunyi. Alasan dia menorehkan kisah hidupnya dalam sebuah buku ini adalah untuk mencari anak singa, berharap dengan tulisan ini akan mempertemukan dirinya dengan anak singa, entah di belahan bumi mana anak singa berada, dan butuh berapa tahun lagi, Namun dia yakin bahwa suatu hari pasti mereka bisa bertemu kembali," Kata Naya panjang lebar. Ada kepercayaan dalam diri Naya ketika mengatakan itu.
"Kak, bagaimana kalau ternyata anak singa itu telah meninggal?"
"Dia masih hidup, dan bahkan dia hidup dengan sangat baik".
"Bagaimana gadis itu merasa yakin? dan kakak juga?"
"Karena di sini mengatakan itu," jawab Naya sambil menunjuk hatinya, "Semua yang dirasakan oleh hati tidak akan pernah berbohong".
Mendengar penuturan Naya, semua orang yang hadir seakan merasa tersihir. Mereka ikut merasakan kesedihan yang dialami gadis itu, kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Sungguh memilukan.
"Hikmah dari kisah ini yang sebenarnya adalah kita sebagai manusia tidak seharusnya bertindak jahat pada binatang, karena mereka juga makhluk hidup yang perlu kita lindungi. Dan juga, kita harus tahu bahwa semua manusia itu dilahirkan sama, entah dia hidup di hutan, di gurun, atau di manapun. Mereka berhak hidup bahagia dan mempunyai saudara seperti kita. Percayalah! seperti apapun penampilan mereka, jangan selalu di lihat dengan sebelah mata, bahkan dalam diri mereka ada hati yang bersih, kebaikan dan kepolosan yang terkadang tidak dimiliki oleh manusia normal seperti kita," tutup Naya yang kemudian diikuti suara tepuk tangan membahana.
Naya segera turun dari podium, menjabat tangan semua orang yang berebut meminta tanda tangannya.
"Mohon jangan berebut, setelah ini akan ada sesi tanda tangan di bagian depan," kata moderator mengingatkan semua orang dari kegaduhan.
Naya kembali duduk di tempat yang sudah disediakan untuk sesi tanda tangan, semua orang kini tak lagi ribut, mereka mengantri sambil menenteng buku yang akan Naya tanda tangani.
Sepasang mata milik seorang pemuda tengah menatapnya dari kejauhan. Senyum Kanaya yang terlihat terpaksa cukup menggores hatinya, Naya hanya terus tersenyum menyapa semua penggemarnya, mencoba menutupi luka yang ia rasakan.
Penuturan Kanaya saat acara seminar tadi membuat hati Zio ikut merasa sakit. Ada keraguan yang tiba-tiba ia rasakan, Zio melihat ketulusan dalam setiap kata yang Naya ucapkan.
Namun, lagi-lagi hati kecilnya mengingatkan akan kejadian itu, dimana dia hampir mati karena penghianatan Kanaya.
