Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 19 Mari Menikah

Bab 19 Mari Menikah

Cahaya lilin yang menyala di sebuah taman pribadi yang Zio sewa terlihat sangat cantik, dilengkapi dengan warna warninya bunga-bunga yang bermekaran semakin membuat suasana di malam itu terlihat sangat indah.

Zio telah menyiapkan sebuah kejutan untuk Kanaya, dia ingin melamar Naya setelah mendapat persetujuan dari orang tuanya. Meskipun harus meyakinkan Sanders dengan berbagai macam cara, dan akhirnya ia berhasil meyakinkan Sanders karena semua kekhawatiran Sanders tidak ada dalam diri Naya. Seperti gadis yang hanya menyukai harta, atau gadis yang menyukai ketenaran dan ketampanan tanpa memedulikan keluarga. Kriteria seperti itu tidak ada dalam diri Naya, Zio berani menjamin karena sejauh ia mengenal Naya tidak pernah sedikit pun Naya terlihat seperti itu.

Setelah semua sempurna, Zio menunggu Naya di balik pohon rindang yang dihiasi dengan lampu mengelilingi pohon. Zio ingin memberi kejutan Naya setelah dia datang.

Selang beberapa menit Naya datang sambil matanya berkeliling mencari sosok Zio, ia tidak menyadari akan indahnya pemandangan di sekelilingnya karena fokus mencari pemuda itu.

Zio menutup mata Naya dari belakang, membuat Naya sedikit terkejut.

"Zio, kamu kah itu?" tanya Naya tersenyum.

Tidak ada jawaban, Zio terus mengarahkan Naya untuk berjalan sesuai intruksi Zio tanpa kata, Zio menuntun Naya masih dengan tangannya menutup mata Naya. Lalu dia menurunkan tangannya setelah mereka sampai di tempat tujuan.

"Buka matamu Nay," bisik Zio di telinga Naya sampai membuat gadis itu begidik, merasakan sengatan listrik di tubuhnya hanya dengan bisikan Zio yang terdengar seksi di telinga Naya.

Naya mengerjap, menatap takjub indahnya gemerlap lilin dan lampu kerlap kerlip yang saling menyatu dalam satu ruangan. Zio menyilakan Naya untuk duduk di tempat yang sudah ia siapkan. Meja dan kursi yang telah dihias, di sertai dengan bunga mawar di atas meja membuatnya nampak seperti di restoran bintang lima.

Hidangan segera datang setelah Zio memberi kode pada pelayan yang memang berdiri tidak jauh dari mereka untuk menunggu perintah Zio kapan pun.

"Kamu menyiapkan semua ini?" tanya Naya tak percaya.

"Bagaimana? apa kamu menyukainya?"

"Sungguh, ini sangat indah Zio."

"Nikmatilah, lupakan masalah untuk malam ini."

Mereka segera menyantap makanan yang baru pelayan suguhkan. Naya masih merasa sungkan karena ini pertama kali dalam hidupnya mendapat kejutan seindah ini dari orang yang ia cintai. Hatinya merasa gugup, senang dan juga bahagia.

"Zio, terima kasih," kata Naya di sela-sela makan malamnya.

"Simpan kata terima kasihmu nanti Nay, masih ada yang ingin kutunjukkan padamu," jawab Zio membuat kening Naya berkerut. Hatinya merasa bahagia sekaligus penasaran karena perkataan Zio, namun ia juga merasa takut dengan apa yang akan Zio perlihatkan padanya.

Setelah selesai dengan jamuan makan malam, Zio segera beranjak dari duduknya, menghampiri Naya dan menggenggam erat tangan Naya untuk membawa Naya ke suatu tempat yang lebih indah.

"Maukah kamu menikah denganku?"

Perkataan Zio cukup membuat jantung Naya berdetak lebih kencang dari yang seharusnya. Zio menekuk satu lututnya seraya memperlihatkan sebuah cincin bermata mutiara yang sangat cantik. Mata Naya mendadak berkaca-kaca, merasa begitu sangat bahagia.

Zio tersenyum manis. "Aku bukan lagi pemuda liar yang hidup di dalam hutan, langkah kakiku tidak lagi berjalan mengelilingi jalanan bersemak dan menjulang, tujuan hidupku sudah pasti. Bukan lagi pemuda yang tidak mempunyai masa depan, aku akan selalu menjagamu Nay," lirih Zio sampai membuat Naya tidak bisa berkata apa-apa.

Zio menunggu jawaban Naya dengan sedikit ragu, meskipun ia berhasil mengendalikan diri sejak awal, tapi hatinya tetap merasa gugup dan takut akan jawaban dari Naya.

Naya menganggukkan kepalanya sambil meneteskan air mata yang sejak tadi menggenang. "Aku mau Zio."

Jawaban Naya yang terdengar begitu tulus membuat hati Zio sangat bahagia. Cinta yang memang sejak dulu sudah menetap di hatinya kini semakin terasa menggebu di dalamnya. Rasa bahagia tidak bisa dia pungkiri akan hadirnya, meskipun ada setitik dendam dalam cinta itu, namun untuk saat ini ia ingin merasakan kembali beningnya cinta yang selalu ia simpan.

Zio beranjak, kemudian memakaikan cincin itu di jari manis Naya sambil tersenyum. "Terima kasih karena sudah mencintaiku apa adanya, dari Zio yang dulu sampai Zio yang sekarang," bisik Zio sambil mengusap air mata Naya yang masih mengalir.

Naya tersenyum menatap mata indah Zio, perasaannya tidak lagi bisa ia ungkapkan melalui kata-kata.

Sosok pemuda yang selama bertahun-tahun menetap di hatinya kini mampu ia gapai, cinta untuk Zio tidak akan pernah berkurang, bagi Naya Zio adalah kehidupan keduanya. Jika ia tidak bisa bersama Zio dalam kehidupan ini, ia lebih memilih untuk hidup sendiri selamanya. Begitu dalamnya cinta Naya pada Zio, namun entah Zio menyadari akan hal itu atau tidak, hanya dirinya sendiri yang memahaminya.

Zio mengecup kening Naya dengan lembut, kemudian memeluknya erat, meluapkan setiap detik rasa bahagia yang ia rasakan di momen indah ini.

'Terima kasih Tuhan, telah memberiku pemuda yang sangat aku cintai, menjadikanku sebagai wanita paling beruntung di dunia ini,' batin Naya dalam hati. Ia benar-benar merasa bersyukur atas apa yang terjadi malam ini.

Mereka terhanyut dalam kerinduan dan kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan, penantian Naya selama ini kini telah terbayar.

Zio melepaskan pelukannya, dia tersenyum lagi kepada Naya. "Kenapa masih menangis?" Zio kembali mengusap air mata Naya yang tidak bisa berhenti.

"Aku terlalu bahagia Zio, air mata ini bahkan tidak bisa melukiskan rasa bahagiaku saat ini," kata Naya sambil menatap dalam mata Zio.

Malam sudah semakin larut ketika pasangan itu tidak menyadari akan waktu yang terus berjalan. Ponsel Naya berdering yang ternyata panggilan dari ayahnya karena Naya tidak juga kunjung pulang ke rumah.

Zio segera mengantar Naya kembali ke rumahnya. Di dalam mobil Zio tidak melepaskan genggaman tangannya pada Naya, ia menyetir mobilnya pelan, menoleh ke arah Naya sesekali sambil tersenyum, membuat Naya salah tingkah ditatap Zio seperti itu.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di rumah Naya, Zio ikut masuk ke dalam rumahnya karena ingin meminta maaf pada ayah Naya secara langsung. Ia menyadari kesalahannya karena telah membawa Naya sampai selarut ini.

"Om, maafkan Zio baru bisa mengembalikan Naya sekarang, tapi om tenang saja, Naya tidak kurang sedikit pun," kata Zio sopan.

"Tidak apa-apa, Om hanya khawatir, dia gadis Om satu-satunya." Saputra terkekeh. "Terima kasih Zio sudah mengantarkan Naya pulang dengan selamat," sambung Saputra seraya menggenggam tangan Zio dengan akrab.

Ketika mata Saputra menangkap sesuatu yang mengusik hatinya di pergelangan tangan Zio, hatinya sedikit bergetar. Mendadak wajahnya berubah, ia begitu terkejut.

"Tidak masalah Om, sudah menjadi tugas saya menjaga Naya dengan baik," jawab Zio yang diabaikan oleh Saputra. "Om, kenapa?" tanya Zio setelah menyadari perubahan wajah tua Saputra.

"Oh, tidak apa-apa," kata Saputra kaget.

Kening Zio berkerut, memandang Naya dengan tatapan bertanya. Naya sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya secara mendadak.

"Ayah baik-baik saja?" tanya Naya melihat wajah Saputra yang sedikit pucat.

"Ayah baik-baik saja, kalau begitu Zio pulanglah, sudah larut," kata Saputra mencoba menahan emosinya.

Zio kemudian pamit, membawa pertanyaan yang tidak terjawab karena perubahan wajah Saputra.

'Siapa sebenarnya Zio?' batin Saputra setelah Zio pergi dari rumahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel