Bab 16 Dendam Aga
Bab 16 Dendam Aga
Setelah pertengkaran Zio dengan Aga usai, apakah Aga hanya akan duduk diam melihat gadis yang dia cintai, gadis yang dia bela mati-matian, yang demi mendapatkan dirinya, dia bisa melakukan apa pun, direbut oleh orang lain begitu saja? Tentu saja tidak.
Dengan sifat Aga yang keras, dia tidak akan melepaskan sesuatu yang ia inginkan dengan begitu mudah. Meskipun ia harus bertarung lagi dengan Zio, dia tidak akan melepaskan Naya bahkan sampai napas terakhirnya.
Ya … begitulah Aga. Cinta telah membutakan dirinya sehingga menjadi sosok pendendam, dia bertekad akan memisahkan Zio dan Naya. Jerih payah Aga tiga tahun yang lalu belum membuahkan hasil yang nyata, bahkan Naya belum memberinya kepastian akan perasaannya.
Aga yang selama ini selalu setia mencintai dan melindungi Naya, tidak akan menyerah hanya karena Zio.
Meskipun dia sendiri tahu kalau perasaan Naya belum berubah pada Zio, tapi jika dia bisa membongkar kebohongan Zio pada Naya mungkin gadis itu masih bisa berpikir untuk tidak terjerumus dalam rencana Zio.
Aga terus memantau dalam diam apa yang dilakukan Zio selama Aga terbaring karena luka pukulan Zio cukup membuatnya masuk rumah sakit. Aga menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari tahu apa yang direncanakan Zio.
"Za, ada kabar apa tentang sesuatu yang aku suruh selidiki?" tanya Aga pada Reza, orang kepercayaan Aga.
"Sejauh ini biasa saja, mereka hanya sering bertemu dan sekedar mengobrol." Reza terdiam, menatap Aga dengan pandangan ragu, berpikir apa ia harus mengatakan semua yang terjadi pada Zio dan Naya.
"Teruskan." Seolah-olah Aga memang mengetahui ada yang masih di sembunyikan Reza darinya.
"Baik. Kemarin saya melihat Zio membawa Kanaya ke rumahnya, sepertinya orang tua Zio sudah mengetahui tentang hubungan mereka, karena Nyonya Sania terlihat sangat dekat dengan Kanaya," sambung Reza tanpa mengurangi sedikit pun dari apa yang di ketahuinya.
Brak!
Tangan Aga memukul meja dengan begitu keras, sehingga menyisakan warna ungu di jari-jarinya yang mengepal. Napasnya berderu tidak teratur, guratan kebencian semakin terlihat di mata tajamnya.
Reza tersentak kaget dengan suara dobrakan Aga. Nyalinya menciut, ia menundukkan kepalanya, takut setelah ini tidak akan bisa pergi dengan selamat.
"Dasar sampah! Dia semakin berani sekarang, mentang-mentang punya keluarga kaya dan terpandang. Lihat saja, apa yang akan aku lakukan setelah ini Zi," bisik Aga penuh emosi.
"Za, cari tahu siapa keluarga kandung Zio, bagaimanapun caranya kamu harus mendapatkan itu, kuberi waktu satu bulan," kata Aga dengan sorot mata tajam.
"Baik Tuan." Reza segera melangkahkan kaki pergi meninggalkan kamar Aga. Kepalanya menggeleng begitu keluar dari pintu, ia tahu tugasnya kali ini sangat sulit, jangankan sebulan, setahun saja belum tentu dia bisa mendapatkan informasi yang Aga inginkan. Tidak semudah itu mencari keluarga kandung Zio yang sejak bayi sampai dewasa hanya hidup di dalam hutan. Bahkan tidak ada tanda-tanda yang bisa dia cari melalui benda atau tanda lahir yang menunjukkan di mana kelurga kandungnya.
Andai bukan karena pekerjaan dan dia sangat membutuhkan uang, Reza ingin sekali pergi dari pekerjaan itu. Tapi kebutuhan untuk anak dan istrinya lebih penting, sehingga dia akan terus bekerja keras. Toh, Aga juga tidak pernah menyakiti dia ataupun keluarganya, hanya saja sifatnya yang keras dan selalu ingin menang sendiri membuatnya terlihat seperti pemuda jahat.
Aga duduk termenung di dalam kamarnya, menatap sebuah foto dalam figuran kecil yang ia letakkan di meja samping tempat tidurnya.
Foto seorang gadis bersama pemuda yang sama-sama mengenakan seragam SMA dengan pose kepala sang gadis bersandar di bahu pemuda itu, senyum bahagia keduanya tampak terlihat nyata. Tidak ada kepalsuan di dalam kedekatan mereka. Gadis itu tidak lain adalah Kanaya, dan pemuda itu adalah Aga. Keduanya terlihat sangat menikmati masa remajanya tanpa beban.
"Nay, apa aku harus melangkah sampai sejauh ini agar kita bisa kembali lagi seperti dulu?" lirih Aga sambil memandang foto itu.
Kenangan demi kenangan yang telah dilaluinya bersama Naya datang silih berganti, seperti rekaman ulang di dalam otak Aga. Dia membuang napasnya kasar, perasaannya pada Naya terlanjur mengakar sampai ujung, sampai dia sendiri tidak bisa mengendalikannya. Hanya satu yang ia inginkan saat ini, yaitu melihat senyum dan tawa Naya untuk dirinya, tulus tanpa paksaan.
Aga menyukai Naya sejak kecil, dia selalu mengikuti Naya di mana pun Naya sekolah. Dari SD sampai kuliah, Aga selalu berada di samping Naya. Dalam susah ataupun senang, dalam luka atau bahagia, hanya Aga yang selalu ada untuk Naya. Dengan membawa ketulusan cintanya untuk selalu melindungi dan membuat Naya bahagia.
Karena terlalu dalamnya cinta Aga, membuat dirinya menjadi posesif. Dia selalu marah dan cemburu ketika Naya bersama dengan pemuda lain, meskipun tidak ada kata cinta yang pernah Aga dengar dari Naya. Namun meskipun begitu, Aga selalu percaya diri bahwa Naya pasti juga menyukai dirinya, karena selama ini Naya tidak pernah bergaul dengan laki-laki mana pun selain Aga.
Sampai suatu ketika, Aga mengetahui kedekatan Naya dengan pemuda liar dari hutan bernama Zio. Pertemuan mereka yang tanpa sengaja karena Zio telah menyelamatkan Naya ketika dia hampir hanyut di sungai saat ada tugas dari kampus untuk penelitian. Perkenalan singkat itu justru membuat Naya dan Zio semakin dekat, Naya mulai sedikit jauh dari Aga, setiap ada waktu luang dia akan mengunjungi Zio di hutan.
Meskipun tidak ada kata cinta terucap dari mulut Naya tapi Aga bukanlah laki-laki bodoh yang dungu akan hal tentang perasaan. Aga tahu jika Naya telah menyimpan rasa untuk Zio. Karena tidak ingin Naya terjerumus ke dalam cinta konyol dengan pemuda yang tidak jelas asal usulnya dan tidak mempunyai masa depan akhirnya Aga bertekad memisahkan mereka.
Dengan kepolosan Zio pada saat itu, Aga bisa dengan mudah membohonginya. Membawa kalung Naya yang sengaja ia ambil ketika Naya tidak menyadarinya dan memperlihatkan pada Zio dibumbui dengan omong kosong yang akan Zio percayai. Rencana itu memang berjalan dengan mulus sampai 3 tahun, namun siapa sangka justru karena kejadian itu malah membuat Zio menjadi sekuat sekarang, menjadi sosok pemuda tampan yang kaya dan lebih buruknya, Zio kembali bertemu dengan Naya. Naya yang sejak kehilangan Zio tidak pernah menyerah akan perasaannya dan terus mencarinya semakin mendapat kesempatan ketika mereka kembali di pertemukan.
Takdir ternyata telah mempermainkan Aga, nasibnya lebih buruk dari Zio sekarang. Tidak hanya cinta yang telah bertahun-tahun ia rasakan tidak menghasilkan apa pun meski telah berusaha sekuat tenaga, namun juga harus bersaing dengan pemuda liar yang kini telah menjadi seperti mutiara.
