Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14 Tragedi Saira

Bab 14 Tragedi Saira

Angin malam terasa semakin dingin, hari sudah sangat larut ketika Saira kembali ke rumahnya setelah di antar oleh Zio. Trauma masih dia rasakan, ketakutan dan bayang-bayang laki-laki yang membawanya ke hotel masih terus menari-nari di benaknya.

Ketika Saira dipaksa oleh Kevin, kakaknya, dan dibawa ke sebuah club malam, di mana laki-laki paruh baya itu telah menunggunya dengan senyum licik.

"Ra, kalau kamu benar-benar menyayangi Ibu dan Adik, patuhlah padaku," kata Kevin seraya menggenggam erat tangan Saira.

"Kak, aku mau dibawa ke mana?" tanya Saira curiga.

"Nanti kamu tahu sendiri, kamu hanya perlu patuh dan semua akan baik-baik saja, termasuk Ibu dan Adik," jawab Kevin dengan sorot mata tajam.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Saira tidak menyangka kalau kakaknya bisa setega itu, menjualnya pada seorang laki-laki tua hanya demi uang 300 juta.

"Kakakmu menjualmu padaku dengan harga 300 juta, dan itu adalah uang yang banyak. Kamu tahu itu, kan? Jadi mulai detik ini kamu sudah resmi menjadi milikku, menjadi simpananku," kata laki-laki tua itu yang membuat Saira merasa sangat terkejut.

"Jangan mencoba macam-macam padaku Saira, kalau kamu berani, bukan hanya kamu, tapi juga kehidupan Ibu dan Adikmu yang akan menderita," ancam laki-laki itu hingga membuat hati Saira merinding.

Saira tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Jika dia kabur dan melawan, keluarganya yang akan mendapat masalah, mungkin dia bisa menghindar tapi tidak untuk ibu dan adiknya. Belum juga Kevin, dia pasti akan memarahi Saira habis-habisan, dan bahkan bisa menyiksanya jika dia mencoba melawan.

Ketika laki-laki itu membawanya ke kamar hotel, Saira sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Dia tidak ingin masa depannya hancur di tangan laki-laki itu, ditambah lagi saat ini Saira masih berstatus remaja.

Saat laki-laki itu sudah sangat mabuk, Saira bersembunyi di balik tirai. Ia masih terus berpikir bagaimana bisa melaikan diri dari situasi ini tanpa harus melibatkan keluarganya.

Seketika terbesit nama Zio di kepalanya, satu-satunya orang terdekat Saira yang bisa membantu. Zio juga sudah berkali-kali akan membantunya namun selalu ia tolak, dan kini saatnya ia meminta pertolongan pada Zio.

"Kak, tolong aku!" Hanya kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Saira, berbisik agar tidak terdengar oleh laki-laki yang sedang berteriak karena Saira terus bersembunyi.

Sebelum Zio datang, laki-laki itu sudah dulu menemukannya, membuat hatinya begitu takut. Terlebih perlakuan laki-laki itu yang sangat kasar semakin membuat Saira merasa tertekan.

Ketika laki-laki itu melemparnya ke atas tempat tidur, Saira hanya bisa pasrah jika Zio tidak juga datang.

'Mungkin memang takdirku menjadi gadis hina seperti ini,' batin Saira pasrah. Ia memejamkan matanya sambil terus meremas ujung selimut yang ia pakai untuk menutupi tubunya. Meskipun pakaian Saira masih utuh, namun ketakutan membuat Saira merasa harus melindungi semua yang ia miliki. Tangannya gemetar, air matanya terus mengalir tanpa menimbulkan suara. Dia menangis dalam diam, meratapi nasibnya yang begitu sial.

Rancangan masa depan yang ingin ia gapai kini hanya menjadi angan-angan yang tidak akan pernah mampu ia wujudkan. Menjadi gadis terhormat, berpendidikan, dan karir yang gemilang. Hanya itu keinginan Saira dalam hidup ini, dia ingin membuat hidup keluarganya lebih nyaman dan bahagia. Tidak mengalami kemiskinan seperti yang dirasakannya saat ini. Dia ingin membuat adiknya menjadi seorang laki-laki yang berpendidikan tinggi, agar kelak tidak dipandang rendah oleh orang lain.

Air matanya menetes lebih deras, menahan rasa sakit yang harus dia alami, mempunyai kakak yang begitu tega terhadap adiknya sendiri cukup menggores hatinya. Meskipun sejak dulu memang Kevin tidak pernah menyukai Saira, namun ia berharap rasa tidak sukanya itu tidak akan menjerumuskan adiknya ke lubang neraka. Entah hatinya terbuat dari apa, kebencian seperti apa yang dimiliki Kevin sehingga tega menjual Saira kepada laki-laki tua yang bengis.

Setiap ucapan laki-laki itu tidak terasa mengena di hati Saira, rasa sakit hati pada kakaknya lebih menyayatnya. Dan ketika mengingat ibu juga adiknya, hatinya akan lebih merasa seperti di gores pisau yang begitu tajam.

Pikiran Saira terus melayang sampai suatu ketukan di balik pintu membuatnya tersadar. Suara familiar milik Zio cukup membuatnya sedikit tenang, namun tangannya masih gemetar, rasa takut itu tetap tidak kunjung hilang.

Sampai ia melihat sosok yang sangat ia kenal hadir bersama Zio, dia adalah Kanaya, penulis hebat yang selalu ia kagumi. Naya memeluk Saira yang masih duduk mendekap selimutnya, memberinya kekuatan dan kehangatan lewat dekapannya.

Perkataan lembutnya mampu membuat hati Saira merasa sedikit lebih tenang dan damai.

Kejadian itu akan selalu menjadi mimpi buruk bagi Saira seumur hidupnya. Setelah sampai di rumahnya Saira tetap membisu, membuat ibunya merasa khawatir apa yang terjadi padanya. Saira mengurung dirinya di dalam kamar, tidak membiarkan siapa pun mengganggunya, termasuk ibunya.

Zio kembali ke rumah Saira setelah mengantar Naya. Niat awal yang sebenarnya ingin mengetahui tentang apa yang terjadi pada Saira, tapi setelah sampai di sana mendadak dia tidak bisa berbuat apa-apa setelah melihat Saira seperti mayat hidup. Zio juga tidak menceritakan kejadian ini pada ibu Saira meskipun dia terus memaksa agar Zio memberitahunya, tapi itu adalah masalah pribadi Saira, Zio merasa dia tidak berhak ikut campur dalam masalah ini. Dia bisa membantunya terlepas dari jeratan laki-laki hidung belang itu sudahlah cukup.

Zio berpikir mungkin untuk saat ini Saira belum bisa memberitahunya karena dia masih trauma, Saira butuh waktu untuk menenangkan hatinya.

Sementara di dalam kamarnya, Saira masih terus saja meneteskan air mata, dia hanya tidak mengira apa yang akan terjadi pada dirinya jika Zio datang terlambat. Mungkin Saira tidak akan bisa hidup lagi dalam bayang-bayang hidupnya yang kelam. Tapi untung saja Zio datang tepat pada waktunya.

Saira mendengar semua yang Zio katakan pada laki-laki tua itu, dia tidak mengira kalau Zio akan berusaha berkorban untuknya. Menebusnya dengan jumlah uang yang tidak sedikit. Meskipun mungkin bagi keluarga Zio nominal itu tidaklah seberapa, namun bagi Saira seumur hidupnya bahkan belum pernah melihat uang dalam jumlah yang begitu banyak. Walau bagaimanapun, Saira berhutang begitu banyak pada kebaikan Zio selama ini.

Perasaan merasa terlindungi membuatnya begitu bersyukur, ternyata masih ada seseorang yang peduli padanya di dunia yang kacau ini. Meskipun itu bukan dari keluarganya.

Tanpa sadar Saira telah terlelap dalam tidurnya, membawa luka dan juga rasa sedikit bahagia dengan apa yang baru saja ia alami.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel