Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Siapa Saira?

Bab 13 Siapa Saira?

"Iya Ra, kenapa?" Suara Zio terdengar di balik telepon, dengan gugup Saira memberanikan diri menelepon Zio ketika bersembunyi di balik tirai sebuah kamar hotel yang cukup mewah.

Saira berbisik, "Kak Zio, tolong aku ...."

Tanpa menunggu lama Zio segera meminta Saira untuk memberinya alamat hotel di mana tempat Saira berada saat ini. Dengan tangan gemetar, Saira mengirimkan alamatnya, dia tahu setelah Zio sampai di sini dia mungkin tidak akan bisa lagi hidup damai dari bayang-bayang kakaknya. Tapi, untuk saat ini nyawa dan harga dirinya lebih penting. Untuk itu dia berani meminta tolong pada Zio, karena memang sejak dulu Zio selalu ingin membebaskan Saira dari kehidupan yang mencekiknya.

"Hei, gadis cantik, bersembunyi di mana kamu, hah?! Kamu tidak akan pernah bisa lari dariku cantik!" teriak seorang laki-laki paruh baya yang berada di kamar itu, langkahnya sempoyongan akibat alkohol yang sudah membuatnya mabuk.

"Jangan main-main denganku cantik, apa kamu tahu apa konsekuensi dari tindakanmu jika kamu mencoba melawanku, hah?!" Laki-laki itu terus berteriak, dia bersandar di sofa sambil membawa sebotol alkohol di tangannya. Tidak mencoba mencari keberadaan Saira namun seolah-olah menunggu Saira keluar dari persembunyiannya sendiri.

Tangan Saira gemetar, takut jika tiba-tiba pria itu menemukan dirinya.

"Saira Sayang, Kakakmu sudah menjualmu padaku karena dia tidak sanggup membayar hutangnya. Jadi, kamu sudah menjadi milikku, percuma saja kamu bersembunyi, kamu tetap tidak akan bisa lari dariku," ancam laki-laki itu, dia terus mengoceh membuat kepala Saira semakin pusing. Dalam hatinya dia berdo'a semoga Zio benar-benar akan menolongnya kali ini.

Suara langkah kaki semakin terdengar, perlahan namun pasti menuju tirai di mana Saira bersembunyi. Saira menangis dalam diam, dia benar-benar takut jika laki-laki itu menemukan dirinya dan akan memaksanya melakukan sesuatu yang belum pernah Saira lakukan, meskipun selama ini pekerjaannya ada di sebuah club malam tapi Saira bisa menjaga kehormatannya, dia hanya bertugas mengantarkan pesanan dan kadang sekali-kali menemani pengunjung berjudi. Dia selalu menolak ketika ada pelanggan yang meminta dirinya untuk tidur bersama dengan alasan yang tidak masuk akal, entah itu dari punya penyakit yang menular, atau dengan penyamaran yang ia lakukan untuk tubuhnya agar terlihat tidak menarik, dan itu membuat semua pelanggan tidak mau menyentuhnya.

"Saira, aku menemukanmu." Tangan laki-laki tua itu segera merebakkan tirai yang menyembunyikan Saira, dia melihat Saira berdiri mematung dengan tangan gemetar ketakutan. Laki-laki itu tersenyum tipis.

"Kemarilah, cukup kamu layani aku dengan baik, maka kamu bisa pergi dari sini dengan aman," kata laki-laki itu dengan senyum menjijikan.

Melihat wajah tak berdosa laki-laki itu membuat amarahnya mendidih. Saira segera menampar pipinya dengan keras. Dia tersenyum kemudian menyeret tangan Saira. Melempar tubuh kecil Saira ke atas tempat tidur.

"Kamu berani?"

"Siapa takut?" Saira mundur perlahan, meremas seprei dengan kuat, mencoba mengumpulkan sisa tenaganya jika tiba-tiba laki-laki itu menyerangnya.

"Kamu manis sekali Sayang, aku jadi tidak sabar ingin menikmati setiap sentuhan darimu," ucap laki-laki itu sambil terkekeh hingga membuat Saira semakin muak.

"Jangan mendekat," kata Saira dengan sorot mata tajam. Dia mencoba menyembunyikan ketakutannya.

"Hahaha, kamu mengancamku? Aku bahkan tidak takut sedikit pun Sayang, tapi justru dengan sikapmu ini membuatmu semakin menarik," kata laki-laki itu dengan mata yang sudah jelalatan, memperlihatkan betapa nafsunya sudah tidak terbendung.

Laki-laki itu segera menaiki tempat tidur, hendak menyusul Saira di atasnya. Namun, tiba-tiba pintu diketuk.

"Sial, apa itu, mengganggu saja," sungut laki-laki itu seraya beranjak dari tempat tidur.

Setelah pintu terbuka, tanpa menunggu lama, dalam hitungan detik pukulan seorang pemuda yang ada di balik pintu itu sudah membuatnya sempoyongan. Pemuda yang tidak lain adalah Zio, dia bergegas memasuki kamar, mencari sosok Saira yang tengah ketakutan di atas tempat tidur dengan mencengkeram selimut yang sejak tadi dia gunakan untuk melindunginya. Di belakang Zio, Naya ikut masuk dan segera mendekati Saira yang ketakutan. Naya memeluk Saira erat, sehingga membuat gadis itu menangis terisak.

"Kak Zio, tolong aku." Saira berbisik dengan gemetar.

"Kamu tenanglah, aku akan mengurus semua ini," kata Zio pelan, di usapnya kepala Saira dengan lembut. Naya yang sejak awal sudah bisa menebak apa yang terjadi tidak menyangka jika yang sedang Zio tolong adalah Saira, gadis yang pernah dia temui dalam acara seminar tempo hari.

Keterkejutannya tidak hanya sampai di situ, melihat cara Zio memperlakukan Saira membuat hati Naya sedikit merasa sakit, Naya merasa cemburu.

Entah kenapa hatinya merasa ada hubungan khusus yang sangat dekat antara Zio dan Saira. Namun, meskipun hatinya merasa tidak nyaman karena kedekatan mereka, Naya tetap mencoba berusaha profesional. Dia hanya ingin menghargai kehidupan pribadi Zio.

"Hei! Siapa kalian? Berani sekali masuk ke kamarku dengan sangat tidak sopan?!" teriak laki-laki yang dari bibirnya sudah mengalir darah segar akibat pukulan Zio.

"Aku Kakaknya, yang seharusnya bertanya adalah aku, siapa kamu berani menyentuh Saira?" ujar Zio dingin dengan sorot mata yang tajam.

Laki-laki itu tertawa sinis. "Hahaha, siapa lagi yang akan mengaku Kakaknya hanya untuk mendapatkan gadis itu, hah?! Apa kamu pikir aku akan percaya perkataanmu?" kata laki-laki itu seraya mengusap darah yang mengalir di bibirnya.

"Terserah mau percaya atau tidak, aku ke sini hanya mau bernegoisasi denganmu," kata Zio dingin.

"Negoisasi? Untuk apa? Kakaknya sudah menjualnya padaku dengan harga yang sangat tinggi, apa kamu mampu menebus dia lebih dari nominal Kakaknya?" ancam laki-laki itu pada Zio.

"Katakan saja, berapapun itu aku pasti mampu membayarnya," kata Zio santai.

Mendengar perkataan Zio yang terkesan sombong membuat laki-laki itu semakin emosi, dia berpikir akan menaikkan harga yang tidak mungkin Zio bisa membayarnya.

"500 juta, apa kamu mampu pemuda tengil?" ancam laki-laki itu dengan tersenyum mengejek.

"Sebelum aku menjawab, maukah kamu berjanji satu hal padaku?"

"Dasar pemuda tengil, janji apa?"

"Jika aku mampu menebusnya sesuai dengan harga yang kau berikan, kamu harus melepasnya, dan dia sudah resmi menjadi milikku, kuharap kau tidak mengganggunya lagi di masa depan. Bagaimana?" tanya Zio yakin.

"Baik, mari kita selesaikan, apa kamu bisa berlagak setelah ini," kata laki-laki itu dengan sombong.

"Baik, akan segera kubayar padamu tunai, berikan nomor rekeningmu," kata Zio seraya mengambil ponsel di saku celananya.

Laki-laki itu ternganga, merasa tidak percaya dengan jawaban Zio yang terlihat enteng. Dia merogoh ponselnya, kemudian memberi Zio nomor rekeningnya. Tidak lama setelah itu ada pesan masuk yang mengatakan transferan sudah berhasil. Dan itu cukup membuat laki-laki itu terkejut.

"Bagaimana? jangan lupa kesepakatan kita," kata Zio santai setelah memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya.

"Dasar pemuda busuk!" umpat laki-laki itu seraya pergi meninggalkan kamar hotel.

Naya yang begitu melihat Saira ketakutan segera memberinya pelukan, berharap dengan pelukan itu mampu membuat Saira menjadi lebih kuat.

"Tidak apa-apa, dia sudah pergi, jangan takut lagi, oke," kata Naya pelan, dielusnya kepala Saira lembut, menepuk-nepuk bahunya agar lebih tenang.

"Kita harus segera pergi dari tempat ini, takutnya dia masih tidak terima nantinya," kata Zio seraya mengambil tas milik Saira yang terletak di meja rias.

Naya mengangguk, kemudian segera menuntun Saira pergi dari hotel. Setelah sampai di parkiran Zio segera membukakan pintu mobilnya untuk Naya dan Saira.

"Maaf Nay, kamu pulangnya jadi terlambat, setelah aku mengantar Saira aku akan mengantarmu dan meminta maaf pada Ayahmu secara langsung," kata Zio merasa bersalah.

"Tidak masalah Zio, aku sudah memberitahu Ayah, kamu tidak perlu begitu merasa bersalah," kata Naya sambil tersenyum.

"Tapi tetap saja aku harus bertanggung jawab."

Mobil melaju dengan tenang, Zio mengantar Saira ke rumahnya dulu kemudian baru mengantar Naya kembali ke rumahnya.

Dalam perjalanan menuju rumah Naya, perasaan canggung kembali merasuki keduanya. Naya yang sebenarnya mempunyai banyak pertanyaan mengenai Saira tidak berani bertanya, dia memilih untuk diam dan menunggu Zio memberitahunya jika dia sudah siap.

'Siapa sebenarnya Saira? kenapa mereka begitu dekat?' batin Naya.

Hatinya merasa sedikit tidak nyaman ketika mengingat gadis itu, apalagi melihat bagaimana perlakuan Zio pada Saira membuat hati Naya merasa ada sesuatu yang telah terjadi di antara keduanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel