Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Tak lama mereka di persilahkan masuk, dan penguji pertama mereka mulai berbasa basi ringan. Dan mulai bertanya beberapah hal kepada Amierra, setelahnya ia melakukan pengujian pada Amierra yang di jawab dengan santai oleh Amierra.

Setelah ujian singkat itu, mereka di beri wejangan tentang bahtera pernikahan. Setelahnya Djavier dan Amierra keluar dari ruangan itu.

"Aku pikir kamu tidak akan bisa menjawabnya,"

"Aku bisa menjawabnya, karena pertanyaan itu sangat gampang. Aku pikir akan di tanya soal pasal UUD, taunya nggak. Padahal kan kalau sulit dan aku tidak bisa jawab, kita gagal nikah." Ucapan Amierra hanya di jawab senyuman singkat oleh Djavier.

Dia sudah tau bagaimana Amierra,

"Setelah ini kemana? Aku sangat lapar,"

"Kita akan ke rumah sakit TNI, tak jauh dari sini hanya perlu jalan kaki saja. Tetapi kalau kamu lapar, kita bisa makan dulu."

"Makan dulu, aku lapar."

"Baiklah, ayo." Amierra mengikuti Djavier menuju ke kantin Markas.

Disana terlihat Iqbal bersama Mila dan Dania tengah menikmati makanan mereka. "Makan kagak ajak-ajak,"

Oho oho

Milla tersedak makanannya karena Amierra menoyornya. "Minum dulu,"

Iqbal menyodorkan sebotol air mineral pada Mila. Mila menerimanya dengan wajah mesem-mesem.

"Mau makan apa, Mier?" tanya Djavier.

"Apa saja yang bisa di makan," Djavierpun berlalu pergi meninggalkan mereka untuk memesan makanan.

"Mbak Amierra kenal Kapten dimana? Dia itu pria yang sangat pendiam dan tertutup, bahkan dia jarang sekali dekat dengan seorang wanita." Ucap Iqbal.

"Kami di jodohkan," jawabnya enteng.

"Oh benarkah?" ucapnya seakan tak yakin dan Amierra menganggukan kepalanya. "Dulu saat kami pelatihan di AKMIL, kami bersahabat hingga saat ini."

Amierra hanya manggut manggut saja hingga tak lama Djavier membawa nasi serta lauk pauknya untuk Amierra.

Amierra memakannya dengan lahap begitu juga Djavier.

"Setelah ini kemana lagi, Kapt?"

"Sekarang kami akan melakukan tes kesehatan di rumah sakit TNI. Mungkin akan sampai sore, kamu ada kerjaan Iq?"

"Kebetulan saya sedang tidak sibuk, Kapt."

"Bisa kamu antarkan Mila dan Adik saya ke rumah sepupu saya. Dania tau tempatnya, kasian juga mereka butuh istirahat."

"Siap Kapt,"

***

Setelah selesai makan, Amierra dan Djavier pergi menuju ke rumah sakit TNI tak jauh dari markasnya.

"Nanti akan di tes apa saja? Tes keperawanan itu bagaimana?" tanya Amierra.

"Saya tidak tau, tetapi itu tidak akan membahayakan kamu," ucapnya fokus menyetir mobil hingga masuk ke rumah sakit TNI.

Amierra berjalan sedikit kelelahan karena harus menyamai langkah lebar Djavier, apalagi dia memakai high heels.

"Heh Paman," teriaknya menghentikan langkah Djavier yang sudah berada 5 langkah di depannya. Djavier menoleh ke belakangnya dengan sebelah alis yang di naikkan.

Amierra menghembuskan nafasnya kasar. "Biasa aja jalannya bisa gak, aku udah kayak jalan bareng Banteng yang nyeluduk terus."

Djavier berusaha menahan tawanya mendengar amukan Amierra. "Cepatlah, kita sudah di tunggu."

Amierra mendengus kesal dan berjalan mendahului Djavier menuju ke ruang pemeriksaan.

Sesampainya disana, mereka melakukan beberapa tes kesehatan seperti pemeriksaan dari kesehatan jantung, urin, cek darah, rontgen dada, dll.

Setelahnya mereka duduk di hadapan seorang dokter TNI, seorang pria paruh baya dengan kacamata yang bertengker di hidungnya.

"Nona Amierra dan Kapten Inf Djavier." Ucapnya,

"Benar Pak," jawab Djavier.

"Apa sebelumnya kamu pernah melakukannya dengan calon suami kamu?" tanya dokter itu.

"Melakukan apa?" tanya Amierra dengan polos.

"Melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan." Ucapnya tanpa basa basi.

"Ya tidaklah Pak, kan kami belum nikah," ucap Amierra dengan santai.

"Sudah jujur saja, nanti juga bakal ketahuan saat di test!" desaknya.

"Lah saya sudah jujur, mau di test apa juga silahkan saja." Jawab Amierra tanpa rasa takut dan itu membuat Djavier semakin menyukai Amierra.

"Benarkah? Jaman sekarang kan banyak sekali kejadian seperti itu," ucapnya seakan memancing Amierra.

"Itu mereka, tetapi tidak dengan saya. Kalau Bapak mau melakukan test yah silahkan, saya tidak takut toh saya berkata jujur." Ucapnya membuat Bapak itu tersenyum seraya melepaskan kacamatanya.

"Kalian boleh keluar, hasilnya besok akan keluar." Ucap pria itu membuat Djavier mengangguk dan berpamitan.

"Begitu saja?" tanya Amierra saat mereka sudah keluar dari ruangan.

"Iya, memangnya kamu mau bagaimana lagi?" tanya Djavier.

"Tidak, sudah saja. Selanjutnya apa lagi?" tanya Amierra sedikit memijit betisnya yang terasa pegal.

"Besok pagi kita akan melakukan Pembinaan Mental atau biasa di sebut Bintal."

"Apalagi itu?" tanya Amierra.

"Itu hanya tes tentang kepribadian kita, nanti kita harus menjawab beberapa soal yang mereka ajukan. Biasanya tentang keagamaan dan wejangan pra nikah." Ucap Djavier.

"Lalu setelah itu?"

"Setelahnya kita menghadap ke Mayor Jenderal selaku pimpinan di Markas Infanteri Bogor ini. Dan membawa semua persyaratan yang sudah kita penuhi," jelas Djavier saat berjalan menuju parkiran mobil.

"Lalu?"

"Lalu kita pergi ke KUA untuk mengajukan pernikahan kita, supaya bisa tercatat di catatan sipil."

"Syukurlah, aku sudah males menjalankan beberapa tes lagi."

"Tenanglah semuanya sudah selesai, hanya tinggal besok tes terakhir."

Mereka berdua menaiki mobil Range Rover milik Djavier dan meninggalkan pekarangan rumah sakit.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel