Bab 5
Keesokan harinya, Amierra dan Djavier melakukan pemotretan di studio Foto dengan Djavier yang memakai seragam kebesarannya membuat Amierra tak hentinya melirik Djavier yang terlihat tampan dan gagah.
"Apa ada yang salah di saya?" tanya Djavier yang merasa heran dengan Amierra.
"Tidak," Amierra memalingkan wajahnya ke arah lain seraya bercermin merapihkan dandanannya. Ia sedikit merapihkan rambutnya yang di gelung ke atas hingga memperlihatkan leher jenjangnya.
Setelah beberapa kali melakukan sesi foto, kini mereka berada di dalam mobil menuju ke tempat makan. Amierra terlihat sibuk melepaskan tatanan rambutnya.
"Paman, aku kan sudah bilang kalau aku sudah tidak perawan. Memang nanti Paman gak akan malu saat di tes keperawanan," ucap Amierra seraya menyisir rambutnya.
"Tidak,"
"Lah kenapa?" pekik Amierra, "Sebaiknya kita batalkan dari sekarang, aku tidak mau Ayah dan Bunda tau kalau aku sudah tidak perawan."
"Saya malah sangat ingin melakukan tes itu," ujar Djavier dengan santai membuat Amierra mencibir kesal.
"Kamu sengaja ingin mempermalukanku, iyakan?" pekiknya,
"Tidak, saya hanya ingin kamu tau kalau kamu masih perawan."
"Eh?"
Djavier menoleh ke arah Amierra dengan senyuman khasnya. "Aku tau kamu masih perawan,"
"Ta-tau dari mana?" Amierra masih memasang wajah santainya, walau dia sudah salting karena ketahuan.
"Dari wajahmu, dari bentuk tulang wajahmu." Ucap Djavier membuat Amierra memegang wajahnya.
"Memang bisa melihatnya?" tanya Amierra masih memegang wajahnya. Dan Djavier mengangguk pasti,
"Yah susah bohongnya dong," gerutu Amierra membuat Djavier terkekeh.
"Harus bagaimana lagi membatalkan pernikahan ini?" keluhnya.
"Tidak usah di batalkan," ucap Djavier membuat Amierra mencibir kesal.
'My Ozan, kamu dimana sih. Tolong aku...' batinnya.
Tak lama mereka sampai di sebuah rumah makan, dan keduanya berjalan menuju kesana. Mereka memesan makan siang untuk mereka berdua.
Amierra menyantap makanannya dengan lahap karena emosi, sulit sekali membohongi Djavier dan membuatnya ilfeel.
"Pelan-pelan makannya, Amierra."
Amierra tak mendengarnya dan ia makan dengan dengan sangat lahap dan sedikit bertingkah arogant.
Oho oho oho
"Aku bilang kan, pelan-pelan." Djavier menyodorkan minuman ke Amierra yang langsung di teguk olehnya hingga tandas.
"Tidak baik makan seperti itu," Amierra hanya diam saja dan kembali menikmati makanannya.
Djavier tau kalau Amierra sedang kesal dan tidak ingin menikah dengannya.
"Apa kamu punya kekasih?"
Deg
Amierra mematung di tempat mendengar pertanyaan Djavier itu. "Kenapa bertanya seperti itu? Apa Paman akan mengejekku karena aku tidak laku?"
"Bukan begitu, kenapa kamu selalu salah paham pada saya. Maksud saya, apa saat ini kamu memiliki kekasih, sampai tidak ingin menikah dengan saya?" tanya Djavier.
Amierra menimbang-nimbang ucapan Djavier, haruskah dia mengakuinya? Bukankah kisahnya dengan Fauzan sudah kandas dari 2 tahun yang lalu.
"Ada apa?" tanya Djavier.
"Tidak punya," jawab Amierra.
"Lalu kenapa kamu menolak perjodohan ini?" tanya Djavier.
"Alasannya karena 1. Aku tidak kenal kamu, Paman. Yah memang dulu saat kamu kuliah, kamu guru ngaji aku. Tetapi itu bukan sebuah pendekatan, setidaknya kita harus saling mengenal seperti pacaran dulu. 2. Karena usia kita terpaut jauh, 10 tahun Paman. Ya tuhan," keluhnya. "Dan ketiga aku terbiasa hidup enak dan di manja kedua orangtuaku. Aku tidak mau hidup tidak berkecukupan dan tidak terjamin."
"Apa hanya itu?"
"Sebenarnya masih banyak, tetapi itu yang mungkin masuk akal." Ucap Amierra.
"Saya akan jawab, pertama saya tidak pernah berpacaran dengan siapapun. Saya lebih suka status yang halal daripada haram. Saat ini kita sedang ta'aruf untuk saling mengenal satu sama lainnya, tidak perlu dengan pacaran dulu." Jelas Djavier. "Saya menawarkan status yang jelas di mata tuhan, agama dan negara bukan status yang tidak jelas seperti pacaran. Toh setelah menikah kita bisa berpacaran dan saling mengenal satu sama lain."
Amierra terdiam mendengar penuturan Djavier. Kalau ngomong kok suka bener,
"Yang kedua, Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah di usia 25 tahun dan istrinya Khadijah berusia 40 tahun. Usia mereka terpaut sangat jauh, dan saat beliau menikahi Siti Aisyah, usia mereka terpaut sangat jauh karena Siti Aisyah masih gadis remaja saat itu. Usia bukan masalah saat Allah SWT sudah berkehendak dan menjodohkan dua manusia itu."
"Dan yang ketiga, insya allah di saat tubuhku masih kuat dan Allah mempercayakan cukup rezeki pada kita, aku tidak akan membuatmu hidup susah. Aku akan tetap berusaha bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kita kelak."
Amierra melongo mendengar jawaban dari Djavier, ia tidak habis pikir kalau Djavier akan menjawab seperti ini.
"Saya tau kamu belum bisa membuka hati untuk saya, tetapi insa allah dengan berjalannya waktu perasaan itu akan Allah tumbuhkan di hati kita. Saya hanya ingin memenuhi amanat Kakek saya. Beliau ingin menyaksikan pernikahan ini sebelum Allah memanggilnya,"
Amierra menunduk mendengar penuturan Djavier yang panjang lebar.
Tapi aku tidak mencintainya,
Ini sungguh membuatku frustasi, tuhan.
"Sebaiknya kamu lakukan solat Istikharah setiap malam, untuk beberapa malam ke depan. Insa allah, kamu akan menemukan jawabannya. Apa yang harus kamu lakukan,"
"Baiklah begini saja, saya akan undur keberangkatan kita ke Bogor hingga hari Senin depan. Dan selama itu kamu pikirkan baik-baik, minta pertolongan pada Allah SWT untuk pilihan kamu. Setelahnya kamu temui saya,"
Amierra hanya terdiam membisu mendengar penuturan Djavier barusan.
