Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

"Amierra,"

"Hey, Amierra bangun. Ayo kita solat subuh dulu." Djavier membelai pipi Amierra dengan lembut. "Amierra," ucapnya sekali lagi.

"Sebentar lagi Bunda," keluhnya seraya menggeliat kecil.

Djavier tersenyum melihat tingkah polos Amierra barusan, menurutnya itu sangatlah lucu dan menggemaskan. Tatapannya terkunci pada wajah polos Amierra yang terlihat cantik,

Tangannya terulur untuk merapihkan helaian rambutnya yang jatuh ke wajahnya. Ia masih tidak menyangka akan menikah dengan perempuan yang dulu dia ajar. Dulu dan sekarang, Amierra tetap menggemaskan di matanya.

Bibir Djavier kembali terangkat ke atas melihat wajah Amierra yang terlelap. "Baiklah, aku akan solat duluan."

15 menit kemudian, Djavier sudah menyelesaikan ibadahnya. Tetapi Amierra masih nyenyak dalam tidurnya,

"Amierra ayo bangun, solat subuh dulu." Djavier mengusap pipi Amierra.

"Entar dulu," keluhnya.

Djavier akhirnya memilih mengambil Al-Quran dan duduk di samping Amierra. Ia membaca ayat kursi Al-quran dengan menaikkan nada suaranya membuat Amierra menutup telinganya dengan bantal.

"Siapa sih yang ngaji tengah malam begini," gumamnya.

Djavier tak terusik, ia tetap membaca al-quran hingga Amierra terbangun dengan wajah kesal dan ngantuknya.

"Paman?" pekiknya mendadak melotot sempurna. "Sedang apa kau di kamarku? Cepat keluar sebelum Ayah dan Bunda tau!" Djavier menghentikan membacanya dan menoleh pada Amierra dengan kernyitan di dahinya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Djavier membuat Amierra mengingat sesuatu.

"Ah, kita sudah menikah yah," gumamnya seraya mengusao wajahnya memuat Djavier menggulum senyumnya.

"Solat subuh dulu gih, Cantik." Amierra menaikkan sebelah alisnya.

"Paman bilang apa barusan?"

"Solat subuh," jawabnya.

"Bukan, setelah itu."

"Apa memangnya?" ucap Djavier mengedikkan bahunya membuat Amierra mencibir.

"So malu malu kucing." Amierra beranjak menuju ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu.

***

Pagi-pagi mereka berdua menikmati sarapan di dalam kamar hotel. Amierra menikmati makanannya dalam diam, Djavier sesekali melirik ke arahnya yang terlihat santai.

"Amierra,"

"Hmm." Amierra menoleh ke arah Djavier.

Djavier mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan satu buah ATM padanya.

"Saya ingin kamu yang mengatur semua keuangan keluarga kita,"ucap Djavier membuat Amierra mengernyitkan dahinya.

"Kenapa aku?"

"Karena kamu istri saya," ucap Djavier dengan santai.

"Aku tau kalau soal itu, bangga banget pake di sebutin terus," gerutu Amierra.

"Bukan begitu, saya beneran ingin kamu mengatur keuangan rumah tangga kita. Aku mempercayakan semuanya padamu, gaji saya masuk ke ATM itu."

"Tetapi kamu tidak perlu khawatir, saya ada ATM lain. Uang bonus dan uang tugas akan masuk ke ATM saya, selain itu saya juga ada usaha kecil-kecilan di daerah Bogor. Saya membuka usaha bengkel motor."jelas Djavier.

"Pantas Paman memberikan ATM yang ini, wong uang yang gede ada di Paman," gerutu Amierra.

"Bukan begitu, uang yang saya terima tidak setiap bulan, kalau kamu menaruh curiga pada saya. Ambil saja kedua-duanya, nanti saya bikin ATM baru. Dan kamu yang atur keuangan untuk saya," ucap Djavier membuat Amierra terdiam.

"Tidak apa-apa, pegang saja ATM yang itu. Aku percaya sama Paman kok," ucap Amierra akhirnya.

"Kamu masih mau menikmati suasana disini, atau pulang?"

"Tempatnya lumayan bagus, sepertinya aku ingin berenang dulu."

"Baiklah, kita akan pulang sore saja."

"Ke rumah?

"Ke rumah orang tua saya dulu. Sebenarnya saya sudah membeli sebuah rumah sederhana di Komplek Ranco Indah. Tetapi lusa saya ada pekerjaan ke Sulawesi Utara untuk satu bulan. Takut kamu kesepian di rumah, jadi sementara di rumah saja bersama Dania."

"Kenapa gak di rumah saya saja, Paman?"

"Kamu bisa bergantian menginapnya kalau kamu belum terbiasa di rumah orangtua saya." Amierra mengangguk paham seraya menyantap sarapannya.

"Paman pergi selama satu bulan?" Djavier menganggukkan kepalanya. "Padahal baru nikah juga," ucap Amierra membuat Djavier menaikkan alisnya.

"Beginilah seorang Abdi Negara, Amierra. Saya harap kamu dapat memahaminya," ucap Djavier.

"Ya," jawab Amierra. "Kalau begitu, besok bawa aku pergi seharian. Aku ingin berlibur, anggap saja sebagai ganti bulan madu," ucap Amierra membuat Djavier tersenyum.

"Baiklah," ucapnya

"Bagaimana kalau kita menginap saja langsung, jadi pulang ke rumahnya besok." Amierra begitu antusias membuat Djavier tanpa sadar tersenyum melihat ke antusiasannya.

"Kamu mau kemana?" tanya Djavier.

"Kemana yah, hmm." Amierra mengetuk telunjuknya ke dagu. "Gak usah yang jauh-jauh soalnya waktunya mepet," ucap Amierra.

"Kepulauan seribu aja gimana, Paman? Aku pernah kesana sama Mila, tapi ke pulau bidadari. Aku pengen ke pulau Tidung," ucap Amierra begitu antusias. "Katanya keindahannya dan juga ke asriannya masih natural, di sana juga di sebut surga kecil."

"Oke, kita pergi kesana."

"Serius?" tanya Amierra begitu senang, dan Djavier jawab dengan anggukan kepala. "Yes, makasih Paman." Amierra tanpa sadar beranjak dan memeluk leher Djavier dari samping dan mengecup pipinya.

"Eh?" saat sadar, Amierra segera menjauhkan tubuhnya. Tatapannya bertemu dengan tatapan tajam Djavier yang menoleh padanya, karena aksi spontan Amierra barusan. "Aku akan mandi," ucap Amierra segera berlalu pergi meninggalkan Djavier.

Djavier hanya tersenyum kecil melihat tingkah Amierra.

***

Setelah cekout dari hotel penginapan mereka, Amierra dan Djavier menaiki taxi menuju Dermaga Marina Ancol. Tak banyak pakaian yang mereka bawa, hanya beberapa. Dan sisanya mereka sempat beli di pertokoan dekat hotel.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Djavier dan Amierra sampai di Dermaga Marina Ancol.

Sesampainya di sana, banyak sekali yang memperhatikan mereka berdua, terutama pada Djavier. Amierra menatap suaminya itu, ia memperhatikan tampilan suaminya yang memakai celana pendek berwarna hijau army, di padu dengan kaos pendek berkerah berwarna hitam dan jangan lupa kacamata hitam yang bertengker manis di hidung mancungnya.

Pantas saja banyak yang melirik. Pikirnya.

"Ayo." Amierra tersadar saat Djavier sudah berdiri di hadapannya.

Amierra berjalan lebih dulu menuju jembatan dan menaiki speedboat putih. Seorang pria yang akan mengantar mereka membantu Amierra menaiki speedboat di susul Djavier.

Mereka berdua duduk di sana yang tersedia kursi dan meja kecil berisi dua gelas minuman fruit punch. Amierra duduk di sisi speedboat menatap hamparan lautan biru di depan matanya, kacamata hitam ia sampirkan di rambutnya.

Djavier yang duduk di hadapan Amierra, malah sibuk menatap istrinya itu yang terlihat mengagumi lautan indah di depannya.

Cuaca hari ini terlihat normal, air lautpun terasa tenang. Hembusan angin sejuk dan aroma khas lautan menggelitik hidung mereka.

Tujuan mereka adalah Pulau Tidung, Pulau yang letaknya dekat dengan Pulau Pari. Pulau yang memiliki luas 109 hektar (ha). Pulau Tidung merupakan salah satu destinasi tujuan wisata alternatif di Jakarta, berjarak kurang dari 30km, pulau ini sangat mudah diakses melalui pelabuhan Marina Ancol maupun dari Muara Angke. Secara administratif Pulau Tidung adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Secara umum Pulau Tidung terbagi dua yaitu, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Perkembangan pariwisata bahari sangat pesat di kawasan ini, dengan keindahan panorama pantai dan jembatan cintanya.

Amierra menoleh ke arah Djavier yang duduk tenang menatap sekeliling lautan luas di depannya. Mereka akan menempuh 3 jam perjalanan menuju pulau tidung.

"Paman, bukankah sangat indah." Mendengar ucapan Amierra, Djavier menoleh padanya. Amierra terlihat cantik dengan rambut panjang yang melambai-lambai karena hembusan angin. Ia terlihat meminum fruit punchnya.

"Kamu benar, Indonesia memikili banyak kekayaan alam yang bahkan tak di miliki Negara lain." Amierra mengangguk setuju.

"Paman pernah kesini sebelumnya?" tanya Amierra seraya menyimpan minumannya ke atas meja.

"Belum, saya pernah pergi ke Anyer saja bersama teman-teman saat masih kuliah dulu," ucapnya.

"Paman jangan terlalu kaku bicara denganku, biasakan gunakan aku kamu. Aku berasa berbicara dengan dosen Sastra," keluh Amierra yang di jawab senyuman kecil oleh Amierra.

"Mas, di sini ada hiunya gak?" tanya Amierra pada sang sopir.

"Ada mbak."

"Kalau kamu penasaran, turun saja ke lautan dan lukai tangan kamu." Amierra mencibir mendengar penuturan Djavier barusan.

Amierra kembali terdiam, ia menatap Djavier yang sibuk dengan gadgetnya. Iapun memutuskan untuk berselfie ria dengan gaya alaynya. Segera ia mempostingnya ke akun instagramnya.

***

Setelah menghabiskan waktu cukup panjang, merekapun akhirnya sampai di pulau seribu.

Mereka berjalan menyusuri jembatan menuju ke pesisir pantai, untuk menuju resort. Djavier melakukan cek in, dan Amierra menunggunya. Hingga Djavier kembali mendekati Amierra dan mengajaknya pergi mengikuti pelayan resort.

Karena bukan weekend suasa di sini tak begitu ramai pengunjung, hanya beberapa orang saja.

Djavier dan Amierra mendapatkan resort tepat di bibir pantai, bahkan di atas permukaan lautan. Resort itu memiliki balkon kecil dimana terdapat dua buah kursi malas. Dan air laut yang begitu jernih.

"Wow,, indah banget Paman," ucap Amierra yang kini berdiri di balkon kamar.

"Iya, kamu benar. Sangat indah," ucap Djavier yang berdiri di samping Amierra.

"Aku gak sabar ingin berenang," ucapnya.

"Sebaiknya kita makan siang dulu." Amierra menganggukkan kepalanya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel