Bab 6 Tentang Leandro
"Aku tidak pernah menyesali segala kejadian buruk di masa lalu, karena semua itu telah menjadikanku manusia yang lebih kuat di hari ini."
Panggil saja Gio. Jika bukan karena Kakek Sergio yang menyelamatkanku dari cengkeraman para penjahat itu mungkin aku tak bisa seperti hari ini. Menatap mata sendu wanita yang aku cintai. Dia duduk di hadapanku sekarang. Bukan duduk di tempat yang enak yang memiliki pendingin ruangan. Kami duduk berhadapan di batasi teralis besi. Untungnya teralis besi ini tidak tertutup sepenuhnya setidaknya bisa memegang jemari tangannya yang dingin melalui celah-celah kecil. Hanya kemarin saja aku bisa memeluknya erat sebelum ia dibawa ke lembaga khusus Narkotika. Sekarang aku tak bisa memeluknya, hanya bisa menatap mata dan memegang jemarinya.
"Apa kau sakit, Ann?" Aku bertanya saat kulihat wajahnya yang pucat dan tirus.
"Aku tak apa-apa, Gio. Lihatlah aku sehat di sini." Ia berbicara seolah-olah ia sehat dengan menggoyangkan tubuhnya seperti menari.
"Apakah makanmu teratur? Kemarin kudengar kau jatuh pingsan? Ada apa Ann?"
"Itu karena aku kelelahan, Gio," ucapnya membohongiku.
"Ah .. aku tahu Ann. Kau berbohong padaku." Aku bergumam sendiri.
"Gio...." Panggilnya lembut. Panggilan yang selalu membuat aku rindu mendengar suaranya.
"Iya ada apa Ann? Katakanlah padaku."
"Aku ingin bertemu James. Bisakah kau mempertemukan aku dan James di sini," pintanya sedih.
Aku tersenyum kepadanya. "Iya. Akan aku pertemukan kau dengan James, Ann," balasku dari jawabannya yang membuat ia tersenyum padaku.
Aku selalu rindu dengan senyuman itu. Ann adalah orang yang membuatku sadar untuk bangkit dari keterpurukan selama ini. Aku masih ingat dengan jelas pertemuanku dengannya di masa sekolah saat tak sengaja menabraknya. Mengingat kejadian itu aku tersipu malu kepada diriku sendiri karena aku ingin mengenalnya lebih dalam.
Awal perkenalanku dengannya saat aku dan Sam menjadi mahasiswa magang di kampusnya. Mata dan bibir kecilnya seakan menghipnotis ketika ia menatap dan berbicara padaku. Aku memanggilnya "Ann", karena namanya terlalu panjang.
Seandainya saja aku tak pernah mengenalkannya dengan lelaki pengecut itu. Mungkin ia bahagia bersama yang lainnya walau bukan aku. Lelaki itu sudah membuat nama baikmu hancur, Ann.
"Entah kenapa kau masih mencarinya seakan kau tak percaya atas tindakannya yang telah ia lakukan kepadamu. Karena dia jugalah salah satu jariku terpotong karena aku tak bisa menjalankan tugas yang aku emban."
Ya ... orang yang kusebut di sini adalah orang yang dicintai Ann. Samuel Blake Lee. Aku menjadi sahabatnya sekaligus anak buahnya, karena hutang budi kepadanya saat usaha orang tuaku mengalami pasang surut dalam usaha dan akhirnya benar-benar habis tak tersisa. Aku pikir ia adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk membantuku akan tetapi itu hanya tipuannya saja untuk menjadikan diriku sebagai anak buah pengantar barang terlarang itu, tak bisa menolaknya karena ancaman yang ia berikan tak main-main. Sam akan mencelakai Ann. Ia tahu bahwa aku mencintai Ann.
Sekali lagi aku dibodohi olehnya. Ia mencelakai Ann untuk membawa barang haram itu ke Negara China di mana hukumannya sangat berat. Ia memperdayai Ann sama seperti aku yang sudah diperdayai oleh kelicikannya. Ia menyuruhku membawa barang itu ke Thailand karena ada calon pembeli di sana. Tapi nyatanya dijebak. Waktu di Bandara London, aku disergap polisi karena membawa barang itu. Aku sempat di interogasi, tetapi akhirnya dibebaskan oleh jaminan seseorang yang tak aku ketahui siapa orang itu.
Aku kira setelah lolos dari jeratan polisi, aku akan bebas, tetapi perkiraanku salah. Anak buahnya yang lain malah membawaku kepada Sam. Sial memang.
Ia dengan teganya memotong jariku hanya karena terbebas dengan mudahnya. Padahal aku tak tahu siapa yang memberi jaminan. Setelah puas dengan apa yang ia lakukan kepada jariku, ia kembali mencambukku keras.
"Kau tahu Gio. Aku tak akan mudahnya membiarkanmu lolos!" kecam Sam kala itu.
"Kau adalah ancaman bagiku untuk mencelakai gadis yang kau cintai itu. Targetku selanjutnya adalah dia."
"Ja-di se-lama ini ka-u hanya mem-peralatku?" Aku meringis menahan sakit di bagian perutku waktu itu.
Sam tertawa seringai. "Memang benar Sergio. Sejak kau mengenalku di kampus waktu itu. Aku sudah memanfaatkanmu. Kau bodoh ya Gio."
"Kenapa kau memanfaatkanku? Apa salahku kepadamu, Teman?"
"Teman katamu? Aku tak pernah menganggapmu teman, Gio. Kau dan gadis manja itu adalah masa laluku yang perlu aku basmi." Sam menatap mataku tajam.
"Aku tak pernah memiliki masalah denganmu, Sam." Aku berusaha mengingat peristiwa apa yang membutakan matanya untuk berbuat seperti ini.
"Kau tak perlu tahu, Gio." Sam mengangkat daguku untuk menatapnya.
"Sekarang masukkan ia ke gudang itu. Jangan sampai ia kabur." Sam memerintah anak buahnya untuk mengurungku.
*****
Entah apakah ini keberuntunganku atau ada bantuan dari orang lain. Ketika terkurung di kamar yang pengap, ada seseorang yang pikirannya tak waras masuk saat penggantian penjaga.
Ah ... entahlah kalau dipikir lagi rasanya ada yang janggal, bukan? Pokoknya apapun itu aku mesti berucap syukur karena bisa lolos dari sarang penjahat. Aku berlari walau tubuhku seakan tak mampu untuk berlari karena luka di perut.
"Kau sudah sadar, Leandro?" Ada seseorang memanggilku saat aku membuka mata di tempat yang bukan kamarku.
"Kakek, mengenalku?" Aku terkejut karena kakek tahu nama depanku.
"Aku ini Pamanmu, Leandro. Aku adalah kakak tiri dari ayahmu. Aku mencarimu selama ini dan akhirnya aku menemukan keponakanku."
"Maksud Kakek..oh maaf maksud Paman aku tak mengerti." Aku masih bingung.
"Namaku Wilson Philipus Sergio. Kau memang tak pernah mengenalku, Leandro tapi aku sudah mengenalmu sejak kau masih bayi. Ketika kedua orangtuamu meninggal. Mereka berpesan kepadaku untuk menjagamu dan melindungimu dari orang yang berniat buruk kepadamu, Leandro."
Paman menjelaskan semua yang terjadi mengapa beliau meninggalkan negaranya hanya karena Paman tak suka menjalankan bisnis keluarga. Hidup yang Paman jalani hanya bersenang-senang dan keliling dunia hingga akhirnya Paman mengetahui usaha keluarga habis tak tersisa. Paman mulai merintis usaha lagi dari bawah hingga sekarang.
"Aku senang akhirnya aku tak sendirian, Paman."
"Mulai sekarang kau jangan memanggilku Paman. Panggil aku ayah. Karena ketika aku tak sanggup lagi menjalankan usaha ini kau yang akan meneruskannya. Itu sudah ada di perjanjiannya." Paman tersenyum bijak.
Setelah itu aku memanggil Paman dengan sebutan ayah. Aku tak mengira selama ini paman memiliki pekerjaan lain selain usaha dari keluargaku. Nanti kalian akan tahu apa pekerjaan pamanku ini.
*****
"Sergio, kau melamun lagi, ya?" Seseorang membangunkanku dari lamunanku.
"Oh ... maaf Ann. Aku hanya sekedar mengingat pertama kali bertemu denganmu."
"Melamun sudah menjadi kebiasaanmu sejak dulu ya." Ann terkekeh melihatku.
Aku senang melihatnya tertawa.
"3188 waktu kunjungan anda habis." Sipir penjara memberi peringatan bahwa aku harus segera pergi.
"Pulanglah Gio. Kau bisa mengunjungiku lagi besok, bukan?" Ann segera beranjak pergi.
"Aku pulang dulu ya Ann. Kuharap kau makan banyak di dalam sana. Dan jangan khawatirkan teman-temanmu di dalam sana. Ada anak buahku yang selalu mengawasimu dan melindungimu jika kau disakiti."
Aku selalu menyukai senyumannya.
3188 adalah nama panggilannya di sini. Bukan Ann atau Coraline. Aku selalu mengawasi gerakan melalui mata-mata yang aku masukkan ke dalam penjara. Aku tak mau Ann tersakiti lagi. Aku akan berusaha mencari cara untuk membebaskannya.
Aku hendak menghubungi Lester saat kulihat Samuel sedang bersama kepala penjara. Apa yang hendak mereka bicarakan?
=Bersambung=
