Pustaka
Bahasa Indonesia

DENDAM KEKASIH YANG TERPENJARA

121.0K · Tamat
monicamey
105
Bab
434
View
9.0
Rating

Ringkasan

Bagi Coraline, Samuel adalah dunianya dan cinta yang akan dia bawa sampai mati. Namun hidupnya hancur seketika saat Samuel, pria dingin dan penuh rahasia menjebaknya dalam kasus narkoba.   Penjara menjadi neraka bagi Coraline dan dendam pada Samuel tumbuh di setiap sudut hatinya. Di saat dia berada di titik terendah ada penolong yang membebaskannya. Leandro Sergio, pria yang diam-diam mencintainya.   Leandro membantu Coraline membalas dendam pada Samuel, tetapi kebencian sering kali berjalan beriringan dengan perasaan lain yang tak terduga.   Saat Coraline mulai menyusup ke dalam kehidupan Samuel untuk membalaskan dendamnya, dia justru menemukan sisi lain pria itu—sisi yang membuat hatinya terjebak dalam dilema antara cinta dan kebencian.   Ketika rahasia besar terungkap, dunia Coraline terbalik. Samuel bukan hanya pria yang menghancurkan hidupnya, tetapi ada suatu hal yang harus dihentikan.   Mampukah Coraline menerima kenyataan ini ataukah cinta yang mulai tumbuh di hatinya akan menjadi luka yang tak pernah sembuh?

RomansaBillionaireDewasaPengkhianatanEmosionalDinginBalas Dendam

Bab 1 Mencintaimu Adalah Hal Yang Menyenangkan

Samuel duduk di ruang tamu dengan wajah serius, menatap ponselnya yang memuat tiket pesawat ke Beijing. Dia menggenggam undangan pertemuan bisnis dari seorang mitra di China—kesempatan langka yang bisa mengubah hidupnya. Namun, ada hal lain yang harus diselesaikan di sana. Dia menutup ponselnya, tersenyum kecil, dan memandang Coraline yang tengah mengerjakan sesuatu di meja makan.

"Coraline," panggil Samuel sambil menyandarkan punggung ke sofa. Suaranya tenang, tetapi penuh antusiasme. Dia melihat sang kekasih dengan rambut tergerai sebahu tampak sibuk mengolah adonan.

Coraline menoleh pada pria bermata biru itu dengan penasaran.

"Ada apa?" tanyanya sambil menghentikan aktivitasnya.

"Aku ingin memberimu sesuatu." Samuel bangkit, menghampiri Coraline dengan tangan menggenggam sebuah amplop.

"Apa ini?" Coraline mengerutkan kening, menatap amplop itu dengan mata berbinar.

"Keinginanmu selama ini. Kita akan ke China," jawab Samuel sambil menyodorkan tiket pesawat. Lesung di wajahnya terlihat jelas saat dia menatap kekasih tercintanya.

Coraline melompat dari kursinya, memeluk Samuel erat.

"Kamu serius? Oh, Tuhan, ini mimpi!" Wajahnya bersinar, matanya berbinar penuh kebahagiaan.

Samuel membalas pelukannya, senyumannya terlihat tulus, tapi di balik itu matanya menyimpan ketegangan. "Apa pun untukmu," bisiknya.

"Kamu senang?" tanya Samuel merenggangkan pelukan dan menunduk sedikit melihat wajah Coraline.

"Tentu saja. Ini impianku pergi ke sana," sahut Coraline dengan hati senang.

"Kita akan bersenang-senang di sana."

Kembali mereka berpelukan. Dua tahun menjalin hubungan Samuel jarang sekali mengajak sang kekasih untuk pergi berkencan. Keseharian mereka hanya diisi di dalam rumah Samuel dengan Coraline yang selalu menunggunya.

***

Coraline melompat kecil di kamarnya saat dia baru saja pulang dari rumah Samuel. Tak pernah dia bayangkan jika sang kekasih yang terkenal dengan pekerja keras itu akan mengajaknya berjalan-jalan.

"Aku harus menelepon James meminta ijinnya."

Wajahnya memerah karena bahagia dan dia langsung meraih ponselnya untuk memberi tahu James, kakak laki-lakinya yang selalu protektif.

Namun, antusiasmenya langsung meredup ketika James menjawab pesannya dengan tegas.

“Coraline, itu terlalu jauh. Aku tidak yakin ini ide yang bagus.”

Coraline duduk di sofa, menatap layar ponsel dengan bibir mengerucut. Jari-jarinya mengetik cepat.

“James, please! Aku sudah dewasa dan aku ingin pengalaman baru. Lagi pula Samuel dapat dipercaya.”

Sementara itu James membaca pesan Coraline di ruang kerjanya. Dia menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Dalam pikirannya, terbayang Coraline kecil yang dulu sering memeluknya saat takut gelap.

Di sisi lain Coraline mulai cemas. Dia berdiri melangkah mondar-mandir di ruang tamu, sesekali menatap ponselnya.

“Ayo, James, balaslah pesanku," gumamnya dengan mata penuh harap.

Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar. Coraline buru-buru membuka pesan dari James.

“Aku khawatir, Coraline. Bagaimana kalau sesuatu terjadi di sana? Aku tidak bisa membantumu dari sini.”

Coraline mengepalkan tangannya. Dia tahu James hanya ingin melindunginya, tapi kali ini dia ingin membuktikan dirinya. Dia merekam pesan suara suaranya terdengar penuh semangat.

“James, aku akan baik-baik saja. Aku janji akan memberi kabar setiap hari, bahkan setiap jam kalau perlu. Percayalah padaku!”

James mendengarkan rekaman itu dengan ekspresi datar, tapi ada sesuatu di matanya yang melunak. Setelah jeda panjang, dia mengetik pesan.

“Baiklah, kalau itu membuatmu bahagia, aku setuju. Tapi jangan lupa, Coraline, aku selalu ada di sini kalau kamu butuh.”

Ketika pesan itu sampai, Coraline berteriak kecil sambil melompat-lompat. Dia segera membalas:

“Thank you, James! Kamu memang kakak yang terbaik!”

Di sisi lain, James tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan memandang keluar jendela, seolah berbicara pada dirinya sendiri, “Aku hanya ingin dia bahagia, mesti ada hal tak nyaman di hati ini."

***

Bandara Udara Internasional Heathrow di kota London dipenuhi sesak oleh para penumpang yang akan bepergian dengan tujuan berbeda. Coral dan Sam terlihat sedang mengantri untuk masuk dalam kabin pesawat.

"Jangan tegang," ucap Samuel melihat wajah Coraline yang menurutnya terlihat lucu.

"Iya ... aku tidak tegang kok," sahutnya sembari menghela napasnya.

Sam menggandeng tangan Coral erat dan mereka mencari tempat duduk sesuai nomer tiket penerbangannya. Setelah menemukan tempat duduk. Sam mempersilahkan kekasihnya untuk duduk dekat jendela. Coral menyukai itu.

Mereka hanya berdiam diri di dalam pesawat, tetapi tatapan serta genggaman tangan Sam membuat Coral tahu bahwa tanpa bicara saja Sam mencintainya.

Coral tahu kekasihnya orang yang tidak banyak bicara dan bukan tipe lelaki seperti dalam drama korea yang mencium bibirnya atau mengatakan "Aku mencintaimu". Dia hanya tahu bahwa Sam mencintainya melalui tatapan matanya yang teduh saat kedua mata mereka berhadapan.

"Kita sudah sampai, Sayang."

"Mari kita bersenang-senang di sini," kata Samuel setibanya di negara China.

Hampir tiga jam di dalam pesawat membuat Coral ingin segera turun dan merasakan suasana yang berbeda di negara ini.

Setelah pesawat mendarat di Bandara Udara Internasional China, tak hentinya Coral menjerit senang. Sam yang berdiri di sampingnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku sang pujaan hatinya.

"Begitunya senangnya dirimu jadi seperti anak kecil," ujar Samuel tertawa.

"Benarkah? Aku merasa ada kembang api di sini seperti mau meledak, Sam," jawab Coraline menyunggingkan senyum.

"Kalau begitu kita istirahat dulu. Besok aku mengajak ke tempat yang kau inginkan."

Di luar Bandara sudah terlihat sopir pribadi Sam yang siap mengantarkan tuannya menginap di tempat biasanya. Kondominium milik Sam.

"Sam, kau tak mengatakan padaku jika kau sudah ditunggu oleh sopir pribadimu," ujar Coral bingung melihat sopir dengan setianya menunggu sang tuan.

"Aku memang menyiapkan semuanya untukmu, Coral," kata Sam sambil membelai rambut hitam Coral.

Coral begitu bahagia. Akan tetapi tanpa dia sadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka berdua sejak mereka di London.

***

Rasanya Coral ingin menjerit saat mereka tiba di rumah besar milik Sam. Rumah besar yang disebut dengan kondominium di tengah perkotaan yang padat penduduk di China. Tak hentinya Coral menatap takjub melihat semua isinya sedangkan Sam hanya membuntuti dari belakang sambil tersenyum manis.

"Sam, kau ini jahat ya?" tutur Coral gemas dengan memukul bahu Sam.

"Memang kenapa aku, Coral?" tawanya lebar.

"Kenapa kau tak cerita juga kalau kau punya tempat yang indah ini? Asal kau tahu saja aku sudah menyiapkan tempat menginap di hotel walau aku tahu hotel yang aku pesan tidak sebagus di sini," ujar Coral memanyunkan bibirnya.

"Sudah jangan kau majukan bibirmu itu. Kau tambah jelek saja," ejek Sam disertai tawanya yang meledak.

"Aku bisa marah loh kalau kau ejek," geram Coral ingin mencubit lengan Sam.

"Kau kan tak pernah marah padaku, Coral. Kau tak akan tega memarahi orang yang kau sayangi yaitu aku," rajuk Sam dengan memeluk Coral dari belakang.

"Iya memang aku tak bisa marah padamu. Dasar kau ini." Coral memukul bantal sofa di wajah Sam.

Sam tersenyum melihat kelakuan Coral yang terkadang seperti anak kecil. Tapi Sam menyukainya.

Malam ini mereka menghabiskan waktu berdua di tempat ini. Makan malam dan menonton drama korea kesukaan Coral. Coral merasa dunia menjadi milik berdua malam ini dan untuk pertama kalinya sebelum mereka tidur di kamar masing-masing, Sam mencium bibir kecil Coral dengan lembut.

"Selamat tidur dan mimpi indah Coralku sayang. Besok kita akan ke tempat yang kau inginkan, " ucapan lembut Sam menggetarkan Coral.

"Selamat malam juga Sam." Coral terlihat gugup saat mengucapkannya.

Dia tak menyangka malam ini Sam menciumnya. Tepat di bibirnya. Hati Coral berbunga-bunga.

*****

Pemandangan Tembok Besar China yang disertai udara sejuk membuat pasangan muda mudi menghabiskan waktu bersama-sama dengan canda tawa. Pemandu wisata juga tak kalah seru menjelaskan sejarah berdirinya Tembok Besar ini.

Coral mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Pemandu Wisata tersebut. Dia terlihat sangat antusias mendengarkan tanpa disadari dirinya sudah terpisah dari Sam.

Coral terlihat bingung karena tak bisa bahasa mandarin untuk menanyakan kepada orang-orang di mana tempat informasi dan hanya bisa berbicara bahasa inggris saja selama ini. Dia berlarian mencari keberadaan Sam, menangis histeris.

"Sayang ..." Ada tepukan di belakang dan Samuel berlutut memberikan cincin.

"Samuel?" Coraline terkejut sekaligus bahagia.

"Maukah kau menjadi istriku?"

Semua orang bersorak dan menyuruh Coraline menerima cincin tersebut. Dengan hati penuh kebahagiaan Coraline mengangguk dan mengambil cincin lalu memakainya.

"Terima kasih, Sam."

"Aku yang berterima kasih karena kau mau menerimaku, Sayang."

Semua bertepuk tangan saat mereka berpelukan dan inilah yang ditunggu Coraline juga Samuel.

***

Dua hari menyenangkan bagi Coraline pasalnya Samuel mengajaknya berbagai tempat juga mengenalkannya pada rekan bisnis.

"Selamat malam, Sayang. Tidur yang nyenyak ya. Maaf aku besok aku tidak bisa menemanimu. Ada rapat dengan rekan bisnisku." Samuel mengirimnya pesan.

"Iya tidak apa-apa, Sam. Ingat jaga kesehatan ya."

Sesaat sesudah Sam pergi. Coral tak menyadari bahaya yang sudah mengintainya. Saat ini Coral sedang tertidur lelap dan bermimpi ketika seseorang masuk ke kamarnya tanpa dia sadari.

Orang yang berpakaian hitam itu sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. Benda yang berwarna putih dan ada jarumnya sudah dia siapkan. Seketika itu juga pria itu menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh Coral. Coral masih belum menyadarinya. Ketika tugas yang diberikan sudah dia laksanakan. Orang berpakaian itupun pergi dengan langkah kaki yang tak terdengar.

"Maafkan aku, Nona antik. Malang nian nasibmu," oceh pria itu sambil menutup pintu kamar.

"Bos, perintah anda sudah saya laksanakan." Pria itu menelepon tuannya untuk memberitahu perintahnya sudah terlaksana.

"Oke pulanglah sekarang. Jangan kau meninggalkan apapun di rumah itu."

Coral yang masih belum bangun dari tidurnya beberapa jam setelah orang itu pergi, terkejut saat dia mendengar suara bel oleh seseorang. Dia melihat jam dan masih dini hari. Coral pikir yang datang adalah Sam yang lupa membawa kunci rumah. Dia segera beranjak dari tempat tidurnya yang nyaman untuk membuka pintu. Bukan Sam yang dia temui, tapi orang-orang yang membuatnya takut.

=Bersambung=