Bab 5 Dendam Tersembunyi Samuel
Coraline tak menyangka jika perkenalannya dengan seorang pria di kampus akan membawa nestapa. Ia tak pernah tahu jika dirinya hanya dimanfaatkan saja. Andai saja waktu bisa berputar ia mungkin bisa berkumpul dengan keluarganya bersama James dan Martha.
Samuel memang pria yang licik dan kejam. Ia sengaja memilih tempat magang di kampus yang sama dengan Coraline. Targetnya memang anak dari Hermingway dan ia sudah merencanakannya sejak awal sejak kedatangannya kembali ke tanah kelahiran.
"Sam, aku sudah bosan menyamar menjadi dirimu melalui pesan gila ini." Jose melempar ponsel ke sofa dan mendengkus kesal.
Samuel tak menanggapi, ia terlalu fokus dengan dokumen yang harus diselesaikan petang ini.
"Sam, mau sampai kapan aku harus mengirim pesan untuknya? Mengapa tidak dirimu saja, sih? Lama-lama aku bisa menjadi pacarnya."
"Diamlah, Jos! Kau menggangguku!"
"Justru kau menggangguku, Sam. Kau menyuruhku menyamar menjadi dirimu. Aku sudah bosan!"
"Bersabarlah, Jos. Sebentar lagi wanita itu akan jatuh di tanganku," ujar Samuel sinis tanpa memandang Jose yang kesal.
Samuel memang pria yang licik. Ia menyuruh Jose menyamar menjadi dirinya ketika berkirim pesan kepada Coraline. Ia bukan pria yang romantis dan tak ingin mengumbar kata-kata indah untuk wanita yang ia benci.
***
Di belahan dunia lain ada seorang pria berjas hitam sedang duduk di kantornya seraya bertanya suatu hal pada anak buahnya.
"Apa kalian sudah memberikan rekaman video itu kepada Josephine?" tanya seseorang yang berdiri menghadap jendela.
"Sudah Tuan." Anak buahnya menjawab tegas.
"Bagus. Nah sekarang tugas kalian mencari kabar Nona Coraline. Aku tak mendengar kabarnya sampai hari ini." Ada nada khawatir di sela kata-katanya.
"Baik Tuan".
Mereka segera beranjak pergi meniggalkannya seorang diri. Selang beberapa menit, dia mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras.
"Tuan Sergio, apa anda di dalam?" Seseorang mengetuk pintu. Suaranya panik seolah ingin cepat memberitahu
"Iya Lester. Masuklah."
Lester, pria berparas campuran Asia dan Eropa itu masuk dengan tergesa dan tersengal.
"Ada apa, Lester?"
"Tuan Sergio ...."
"Jangan panggil aku tuan Sergio jika kita sedang berdua." Lester mengangguk.
"Ada kabar apa, Lester?"
"Leandro, aku mungkin harus menyampaikan kabar ini secepatnya kepadamu."
"Katakanlah segera, Lester."
Lester memberikan surat kabar mengenai penangkapan seorang wanita warga negara Inggris yang kedapatan membawa 4 kg barang narkotika. Itu adalah Coraline. Leandro terlihat emosi dan melemparkan gelas whisky itu yang ada di tangannya.
"Leandro, mungkin ini orang yang sama dengan orang yang menjebakmu waktu itu."
"Ya ... kau benar Lester. Lester, malam ini kita harus ke sana. Aku tak bisa meninggalkannya sendirian."
"Baiklah Leandro. Aku segera memesan tiketnya sekarang." Lester segera berlalu dari hadapan Leandro.
"Ternyata perilakumu masih belum berubah, Sam. Sejak dulu kau selalu melakukan hal licik untuk melakukan apa yang kau sukai." Leandro menahan amarahnya.
***
Leandro Martinus Sergio memandang perempuan di hadapannya dengan perasaan kacau. Pria bermata biru itu terlihat ingin menangis, tetapi dia sadar jika ada seseorang yang membutuhkan diriya sekarang.
"Kau tahu dari mana aku di sini, Sergio?" tanya Coraline seraya merapikan rambut panjangnya.
"Tak ada yang tak aku ketahui tentangmu, Ann," ujar Leandro alias Sergio--panggilan kesayangan Coraline untuknya. Sedangkan Leandro memanggilnya dengan sebutan Ann.
"Penampilanmu sekarang berbeda? Kau sudah punya pekerjaan mapan?"
Yang Coraline tahu tentang Leandro adalah pria itu pegawai di sebuah supermarket dengan penghasilan yang tak begitu banyak.
Kini pria yang menjadi sahabatnya saat kuliah tersebut tampil berbeda dengan pakaian tampak mahal dan sebuah arloji mewah.
"Nanti akan kuceritakan semuanya padamu setelah kau bebas dari sini," timpal Leandro terdengar menyakinkan, tetapi Coraline hanya membalasnya dengan senyuman dan tatapan kesedihan.
Leandro duduk bersama seseorang yang dulunya ceria berubah menjadi seorang yang pendiam dan tak banyak bicara. Dia tahu Coraline syok dan terguncang dengan kejadian yang menimpanya.
"Ann, kau tak apa-apa?" Leandro bertanya saat melihat wajah lebam di wajah Coraline
"Aku tak apa-apa. Ini aku terjatuh waktu aku mandi," ucapnya berbohong kepada Leandro.
"Aku harap tak ada yang menyakitimu di sana. Jika ada yang berbuat demikian akan aku hancurkan mereka," ucap Leandro mengepalkan tangannya.
"Sungguh aku tak apa-apa. Jangan kau khawatirkan aku ya." Coraline berkata dengan berbohong lagi.
"Oh ya, Sergio. Kau tahu kabar kakakku? Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi Martha tak pernah menerima teleponku," kata Coraline kecewa.
"Bukannya Martha tak bisa menerima teleponmu, Ann. James masuk rumah sakit."
Coraline terkejut mendengar saat Leandro menyebut nama kakaknya. Tak ada orang yang memberitahu mengenai kabar keluarganya.
"Apa James sakitnya parah?" Mimik wajah Coral berubah panik.
"Aku belum tahu. Nanti aku kabari perkembangannya? Sekarang kau harus memikirkan kondisimu sendiri." Coral mengangguk dengan tatapan nanar.
"Aku akan datang setiap akhir pekan ke sini. Jika kau ingin aku bawakan sesuatu, beritahu dia. Dia akan menghubungiku."
Leandro menunjuk salah satu anak buahnya yang menyamar menjadi sipir penjara hanya untuk menjaga Coraline dari tangan usil.
"Sergio ...." Coral memanggil namanya dengan lirih.
"Iya ada apa, Ann? Kau perlu sesuatu?"
"Tidak. Aku hanya ingin memintamu untuk menjaga Martha juga James dan kau tak perlu datang terlalu sering ke sini. Kau akan menghabiskan uang jika tiap akhir pekan kau mengunjungiku."
"Aku senang melakukannya, Ann. Setiap akhir pekan aku akan ke sini. Uang bagiku tak masalah."
Coral tersenyum simpul. "Ya itulah yang ingin aku lihat, Ann. Senyumanmu yang membuat aku rindu."
"Gio ...."
"Iya Ann. Aku di sini. Ada apa?"
"Aku rindu masakan buatanmu. Nanti jika kau datang lagi bawakan masakanmu, ya?" pinta Coral pada Leandro sebelum dibawa pergi oleh para petugas polisi wanita.
Leandro hanya menjawab. " Iya Ann. Nanti aku bawakan."
Pria itu tak kuasa meneteskan air mata melihat wanita yang dicintai berakhir seperti ini. Aku akan berusaha semampuku untuk membebaskan My Ann.
*****
Sore itu Leandro mendapatkan kabar dari Kent bahwa sidang keputusan final Coral akan dipercepat. Akhir pekan ini adalah keputusan yang ditentukan Hakim untuk memberi hukuman macam apa yang akan ditujukan kepada Coral.
"Leandro, ayah rasa ada orang lain di balik percobaan pembunuhan James ini." Sang ayah bertanya saat Leandro membaca berita bahwa James dibunuh di dalam selnya.
"Iya ayah benar. Aku sudah tahu dalangnya siapa, Ayah."
"Jika ayah tak salah menebak. Pasti keluarga Arlington, bukan?"
"Tebakan ayah benar."
"Kesalahan apa yang dilakukan keluarga Hermingway hingga dia tega melakukan itu terhadap kekasihnya sendiri."
"Aku masih mencari tahu, Ayah."
"Jaga Ann baik-baik di sana. Ayah akan meminta pertolongan kepada sahabat ayah agar Ann segera bebas."
Sang ayah segera pergi setelah mengucapkan kalimat itu.
"Dendam apa yang kau miliki terhadap keluarga Hermingway, Sam?"
=Bersambung=
