Bab 4 Sidang Pertama Coraline
Hari ini Coral terlihat tak bersemangat. Dia pucat dan tak bertenaga. Siang ini Coral akan pergi ke ruangan penyidik lagi. Entah kenapa perasaannya mengatakan akan hal buruk yang terjadi.
"Nona Coral silakan duduk." Penyidik Liang mempersilahkan duduk.
"Nona, kami harus mengatakan ini kepada anda. Nona, di sini anda tersangka utama dalam pengedaran obat terlarang. Tahukah anda bahwa anda sudah memberi stempel tanda tangan anda di kertas ini?" Memberikan surat kepada Coral yang tak mengerti.
"Ini surat apa, Pak? Saya tak pernah memberi stempel di kertas ini."
"Tapi ada nama anda di atasnya, Nona. Ini adalah bukti bahwa anda memperdagangkan obat itu di negara ini."
"Sumpah Pak. Saya bahkan baru kali ini melihat surat perjanjian ini," isak Coral menahan air matanya tidak jatuh.
"Maaf Nona. Bukti sudah mengarah kepada anda semua. Tuan Charles adalah saksi dari ini semua."
"Bisakah kalian mempertemukan aku dengan Tuan Charles?" pinta Coral mengiba.
"Mungkin ada kesalahpahaman di sini," lanjut Coral emosi.
"Kami akan mempertemukan anda dengannya di ruangan persidangan. Untuk itulah kami menetapkan anda sebagai terdakwa. Mari ikut kami karena anda akan kami pindahkan ke sel tahanan khusus narkoba." Penyidik Liang membawa pergi Coral.
Coral tak bisa berkata apapun. Dia tak protes dan tak marah, yang dia ingin tahu adalah mengapa Sam, orang yang sangai dipercayai dan cintai mengkhianatinya.
"Tenanglah Coral. Paman akan berusaha semampu paman untuk menyelamatkanmu." Paman menenangkan Coral yang siap untuk dibawa pergi.
"Paman, bisakah paman menemui Samuel? Aku ingin meminta penjelasan darinya," pinta Coral menahan tangisnya.
"Paman akan usahakan ya, Nak."
Coraline hanya mengangguk seraya berjalan gontai menuju selnya bersama petugas kepolisian.
*****
Coral sedang berhadapan dengan orang yang dia cari selama ini. Orang yang telah mencuri hatinya hingga detik ini. Dia tak yakin apakah dia mampu berhadapan dengannya saat ini.
Samuel datang bukan atas perintah sang paman melainkan pria itu menemuinya karena ingin melihat betapa sengsaranya wanita yang pernah mengisi hatinya dulu.
"Sam, aku senang akhirnya kau datang. Kau tahu Sam? Ada orang yang menjebakku hingga aku di sini." Coral bersorak riang ketika bertatapan dengan mata Sam.
"Lusa persidanganku yang pertama. Aku takut, Sam." Orang yang dia ajak berbicara hanya terdiam saja seolah tak menggubris.
"Kau kenapa diam saja, Sam? Kau sakit?" Coral meletakkan telapak tangannya di kaca tipis yang memisahkan jarak antara mereka.
"Aku tidak sakit, Nona Hermingway." Sam menekan kalimatnya dengan tatapan dinginnya.
"Kenapa kau memanggilku Hermingway, Sam? Tak biasanya kau memanggilku seperti itu." Coral terlihat bingung dengan perubahan sikap Sam.
"Maaf Nona Hermingway. Memang seharusnya saya memanggil anda dengan sebutan seperti itu," ucap Sam dingin.
"Kau pasti bercanda, kan?"
"Aku sedang tak ingin bercanda, Nona. Aku sudah lelah dengan sifat manjamu itu."
Coral tercengang mendengarnya. Kalimat itu meluncur begitu santainya dari mulut Samuel. Dia menggelengkan kepala lalu melihat kembali ke arah Samuel.
"Kenapa Sam? Apa aku salah?" Elak Coral masih tak yakin.
"Tidak kau tak salah."
"Lalu apa Sam yang membuatmu seperti ini?" Coral merasakan kesedihan.
"Selama ini aku hanya memanfaatkanmu, Nona. Hanya kau yang bisa aku manfaatkan dalam pekerjaan ini."
"Apa maksudmu, Sam? Aku tak mengerti."
"Aku yang menaruh barang itu di kamarmu, Nona. Aku yang menjebakmu hingga kau berakhir di sini. Aku mendekatimu bukan karena aku menyukaimu tapi ada sesuatu yang membuat aku benci denganmu!" geram Sam dengan tatapan mata yang jahat.
"Mengapa kau memperlakukan aku seperti ini, Sam?" isak Coral berusaha menahan air matanya.
"Dasar wanita manja," cemooh Sam dan mendecih.
"Satu hal lagi. Mulai saat ini kau tak perlu memanggilku Sam. Panggil aku Tuan Blake. Aku jijik mendengar nama itu kau sebut. Lupakan aku. Aku juga secepatnya akan melupakanmu," kecam Sam dengan kejamnya.
"Selamat tinggal, Nona Hermingway. Aku rasa kita tak akan pernah bertemu lagi. Kau tahu, bukan? Hukuman yang ada di negara ini," sindirnya ke hadapan wanita yang kini menangis dan syok.
Sam melangkah pergi ketika wanita yang dulu pernah ada di sisinya memanggil namanya.
"Tuan Blake, pernahkah di hatimu ada cinta untukku? Walau itu hanya setetes air saja?" Coral terlihat rapuh saat ini. Dia butuh seseorang memegang dirinya.
"Cinta? Aku tak percaya ada cinta di dunia ini, Nona." Sam menengok ke belakang melihat Coral.
"Kuharap suatu saat nanti kau bisa mencintai wanita lain, Tuan Blake." Coral terlihat tegar dengan ucapannya.
Sam tersenyum sinis ke arah Coral kemudian melangkah pergi meninggalkan Coral yang sekarang menangis.
Coral tak percaya dengan ucapan yang barusan dia dengar. Coral bukanlah perempuan yang tegar, dia menangis sejadinya di sel yang dia tempati sendiri.
*****
Samuel merasakan kesenangan ketika satu persatu orang yang menjadi targetnya telah musnah di tangannya. Ia membenci keluarga Hermingway sejak kecil, karena keluarga itu telah membunuh adik dan ibunya. Janjinya sedari kecil untuk menghancurkan mereka telah terpenuhi.
"Kenapa kau melamun? Kau menyesal?" ucap Jose saat menemukan sahabatnya di ruangan kerja.
"Ingat Jose. Aku tak pernah sekalipun menyesali ini semuanya."
"Aku masih belum percaya kau membuat seluruh keluarga Hermingway jatuh dan hancur di tanganmu, Sam. Dari orangtua mereka hingga Coral dan Jamespun kau hancurkan. Dendam apa yang kau miliki kepada mereka, Sam?"
Sam tertawa dengan angkuhnya.
"Keluargaku meninggal karena mereka, Jose."
"Aku tak mengerti apa yang kau maksud?" tanya Jose antusias.
"Suatu saat aku pasti akan menceritakannya kepadamu, Jose." Sam menepuk bahu Jose sebelum beranjak dari ruangannya.
"Kau akan kemana?"
"Aku akan menemui seseorang yang dapat membuat---" Sam tak melanjutkan katanya.
"Menbuat apa, Sam?"
"Besok pagi kau akan tahu." Tawanya seraya pergi.
***
Hari ini Coral akan menjalani sidang pertamanya. Di merasa gugup dan tegang. Dia tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Seorang polisi wanita menuntun Coral menuju tempat duduknya di persidangan ini. Coral merasa takut, tetapi ada sepasang mata yang membuat dia tenang. Sang kakak menemaninya sepanjang persidangan.
"Penentuan hukuman atas nona Hermingway akan ditentukan seminggu lagi."
Keputusan sidang ini membuat Coral terguncang. Dia tak percaya dengan dakwaan yang ditujukan kepadanya. Dia tak pernah mengedarkan dan menjualbelikan barang haram itu.
Coral menangis karena tuduhan yang ditujukan kepadanya. Martha terlihat syok mendengar keputusan hakim tersebut.
Dengan langkah gontai. Coral menuju sel barunya yang akan ditempati bersama para penjahat wanita lainnya.
"Nah nona ini tempat sel baru yang akan anda tempati bersama yang lainnya. Nama panggilanmu sekarang 3188. Apakah paham?" tanya Opsir Lin.
"Ini ada teman baru. Pastikan kalian menjaganya dengan baik!" tegas sang opsir Poy.
"Kami pasti menjaga dengan baik, Opsir Poy," jawab mereka serempak.
"Hei ... 3188 kenapa kau bisa masuk ke sini?" tanya seorang wanita dengan tanda pengenal 3100.
"Kau membunuh, ya?" lanjutnya lagi.
Coral hanya terdiam saja saat rambutnya dijambak oleh wanita lainnya di sel ini.
"Kau ini jika ada yang bertanya, jawablah! Paham tidak!" bentak wanita dengan nomer 3102 dengan disertai pukulan di wajah Coral.
Coral tak melawan. Dia tak mau melakukan apapun. Pasrah itulah yang dilakukannya sekarang. Tak ada lagi harapan untuknya bisa keluar dari sini.
***
"Ada yang ingin bertemu denganmu. Bersiaplah."
Hari ini Coraline kedatangan tamu dari London. Dia begitu senang akhirnya ada keluarganya yang mengunjungi. Sejak dia berada di penjara hanya Paman Kent dan Josephine yang berkunjung.
"Siapa yang mau bertemu denganku, Bu?" tanya Coraline pada petugas.
"Kau akan tahu nanti. Lekaslah. Kita tak punya banyak waktu," ucap wanita bertubuh subur itu.
Coraline segera merapikan seragam kebesaran yang dia kenakan selama di penjara. Tak lupa menyisir rambut agar tampak rapi. Sang kakak tak menyukai penampilan Coraline yang urakan dulu.
Coraline berjalan dengan hati senang dan tersenyum karena menahan rindu pada sang kakak dan iparnya. Namun
yang datang James atau Martha, tetapi bukan.
"Kau ...kenapa ada di sini?"
