Terulang Lagi
Pagi ini Tania bersemangat sekali. Setelah mandi pagi sebelum Subuh tadi, Tania sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak.
"Papa bahagia sekali," kata Roni memeluk Tania dari belakang.
"Ih Papa ngagetin aja. Jangan peluk-peluk ah, malu nanti dilihat sama anak-anak. Apa yang tadi malam masih kurang puas?" kata Tania menggoda Roni.
"Puas, tapi pengen nambah lagi," kata Roni.
"Nanti malam lagi ya sayang? Anak-anak tolong dibangunin untuk salat Subuh."
"Oke, Sayang." Roni menjawab sambil menc*um Tania. Tania tersenyum.
Anak-anak sudah siap untuk sarapan. Mereka makan dengan lahap.
"Ma, ini hp Mama. Papa nggak buka sekali pun. Gunakan hp sebaik mungkin, untuk keperluan yang baik ya, Ma," kata Roni sambil menyerahkan hp pada Tania.
"Makasih ya, Pa. Pa, Kemarin Mama dipanggil Pak Dewa, Minggu depan Mama dan Meta disuruh berangkat ke Jakarta.
untuk melakukan tindak lanjut meeting yang disini kemarin. Boleh nggak Pa?" kata Tania.
"Berapa hari, Ma?"
"Berangkat Senin pagi, Rabu sudah pulang kesini! Papa bisa tanya sama Meta atau sama Pak Dewa."
"Papa percaya kok sama Mama."
Selesai sarapan mereka bersiap-siap untuk berangkat sekolah diantar Roni.
"Ayo Pa, buruan! Nanti terlambat," kata Nisa.
Nisa kelas delapan, Ambar kelas lima sedangkan Alfi masih taman kanak-kanak. Alfi pulangnya lebih cepat, pulang sekolah langsung ke rumah neneknya, yaitu orang tua Tania yang masih satu komplek dengan rumah mereka.
"Iya sebentar," sahut Roni
Sampai di kantor Tania langsung membuka hp yang beberapa hari ini disita oleh Roni. Banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab.
Dengan hati berdebar ia membuka pesan dari Ferdi. Ia memang mengatakan pada Ferdi kalau hp disita sama Roni. Hati kecilnya ingin memblokir nomor Ferdi. Ketika dilihat Ferdi sedang online, rasa rindu ingin menyapa Ferdi.
[Assalamualaikum.] tiba-tiba ada pesan masuk. Ternyata dari Ferdi.
[Waalaikumsalam,] jawab Tania.
[Apa kabar Tania? Sudah boleh pegang hp lagi ya?]
[Iya, tadi sudah dikasihkan hpnya.]
[Aku kangen sama kamu! Kapan bisa ketemu?]
[Jangan dulu ya? Nanti ketahuan lagi sama Roni, bisa gawat. Setelah hari Rabu ya?]
[Lama sekali? Kenapa harus setelah hari Rabu?]
]Senin aku ke Jakarta, Rabu baru pulang.]
[Ooo, harus menahan rindu lagi ya.]
[Haha...sabar ya?]
Dunia Tania terasa indah lagi. Tania sudah lupa akan janjinya dengan Roni. Setan bersorak gembira karena berhasil menggoda manusia.
***
Hari ini pagi-pagi sekali Tania sudah dijemput mobil kantor, di dalam mobil sudah ada Meta. Mereka akan diantar ke bandara.
"Pak, kami pergi dulu," pamit Meta pada Roni yang selesai memasukkan tas travel Tania.
"Iya, hati-hati ya?" jawab Roni.
Mobil berjalan dengan kecepatan sedang, setelah hampir satu jam, mobil sampai di bandara.
"Makasih ya, Pak," kata Tania pada Pak Rudi sopir mobil kantor.
Di dalam pesawat, Tania sudah membayangkan kalau ia akan puas melakukan videocall dengan Ferdi, tanpa ada gangguan dan tidak bakal ketahuan oleh Roni. Tania senyum-senyum sendiri.
"Kenapa Bu? Kok senyum-senyum sendiri?" Suara Meta mengagetkan Tania.
"Ish kamu ini mengganggu orang menghayal saja," kata Tania.
"Haha.. hayo menghayal apa dan siapa?" Meta tertawa.
"Ada deh," jawab Tania.
***
Sampai di Jakarta, Tania dan Meta sudah di jemput mobil kantor dan langsung menuju kantor pusat.
Hari ini acara begitu padat, hanya ada waktu untuk istirahat ketika istirahat siang. Setelah istirahat dilanjutkan lagi dengan meeting.
"Selesai juga acara kita ya?" kata Tania ketika mereka dalam perjalanan menuju hotel yang sudah disediakan oleh kantor.
"Iya Bu, capek sekali rasanya. Pengen tidur," kata Meta.
Sesampai di hotel mereka sudah disiapkan kamar masing-masing. Setelah selesai mandi, Tania membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
Tok..tok..
Tania terbangun mendengar ada yang mengetuk pintu, rupanya ia tadi tertidur.
Tania membuka pintu, ternyata ada Meta yang sudah bersiap sepertinya mau pergi.
"Bu, Meta mau jalan dengan teman. Ibu mau ikut?" tanya Meta.
"Teman apa teman?" Tania menggoda Meta.
"Teman waktu kuliah dulu, sekarang kerjanya di Jakarta, perempuan kok Bu."
"Ibu di hotel saja. Pengen istirahat."
"Nggak apa-apa ibu sendirian."
"Nggak apa-apa kok Met, pergilah!'
Meta pamit dan pergi. Tania merebahkan badan lagi sambil membuka hp. Ternyata pesan banyak dari Ferdi.
[Menginap di hotel apa sayang?] Pesan Ferdi. Tania selalu bergetar ketika membaca pesan sayang dari Ferdi.
[Hotel Bulan Bintang.]
[Oh, yang di daerah Kemayoran ya?]
[Iya kayaknya, soalnya aku nggak paham! Hehe.]
[Ya udah istirahat ya sayang!]
Tania tersenyum membaca pesan dari Ferdi. Tania merebahkan badan sambil menyalakan televisi. Ia sibuk memainkan hp membalas pesan dari Roni dan anak-anaknya. Tiba-tiba ada video call dari Ferdi.
"Halo Sayang!" sapa Ferdi
"Halo juga."
"Jalan yuk! Aku sudah ada di lobby!" kata Ferdi
"Ha, jangan bercanda. Nggak lucu," kata Tania pura-pura merajuk.
"Serius ini aku lagi di lobby," kata Roni sambil memperlihatkan suasana lobby.
"Percaya kan? Buruan, dandan yang cantik ya?" Ferdi langsung memutuskan panggilan.
Tania buru-buru bangun dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk menemui Ferdi.
***
Tania berdandan secantik mungkin, hatinya berbunga-bunga seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Tania bercermin dan mengamati penampilannya sendiri kemudian tersenyum. Ia merasa puas dengan penampilannya dan berharap Ferdi akan terpesona melihatnya nanti.
Bergegas ia keluar dari kamar hotelnya dan menuju lobby.
"Hai cantik!" Panggil Ferdi yang sedang duduk di lobby hotel
Tania menoleh dan tersenyum, ingin ia memeluk Ferdi tapi suasana lobby sangat ramai. Ia berjalan menghampiri Ferdi dan duduk berhadapan dengannya.
"Lama menunggunya?" tanya Tania.
"Demi kamu, selama apapun aku tunggu!" kata Ferdi.
"Gombal ah!" jawab Tania tersipu malu.
"Tapi kamu senang kan digombalin!"
Tania pura-pura cemberut.
"Tetap cantik walaupun cemberut gitu! Ayo sambil jalan!"
"Kemana?" tanya Tania
"Ke surga dunia."
Tania tersenyum, mereka berjalan bergandengan tangan menuju tempat parkir mobil. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang mengamati dan mengikuti mereka. Mobil yang dibawa oleh Ferdi melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah restoran yang cukup elit. Ternyata Ferdi sudah memesan tempat untuk mereka.
"Kok bisa kamu ke Jakarta juga! Kapan berangkatnya?" tanya Tania.
"Apapun aku lakukan untuk bisa ketemu sama kamu!"
"Aku tuh serius nanya!" kata Tania
"Aku juga serius jawab! Tadi pagi berangkat terus ada kegiatan! Ayo makan dulu."
Ternyata Ferdi ke Jakarta menggantikan temannya yang seharusnya berangkat ke Jakarta, karena temannya berhalangan. Pucuk dicinta ulam tiba. Ferdi langsung menyetujui untuk berangkat ke Jakarta.
Mereka makan sambil sesekali saling menatap dan tersenyum. Saling menyuapi dan bercanda, dunia serasa milik berdua.
Selesai makan, Ferdi mengajak Tania ke hotel tempat Ferdi menginap. Sepanjang perjalanan tangan Ferdi menggenggam tangan Tania dan Tania bersandar manja di bahu Ferdi.
Sampailah mereka di hotel. Mereka menuju kamar Ferdi sambil bergandengan tangan.
"Ayo masuk, nggak usah malu-malu. Aku sendirian kok! Dijamin nggak ada yang ganggu!" kata Ferdi sambil membuka pintu kamar hotel
Begitu pintu ditutup, Ferdi langsung menc*ium Tania, Tania yang terkejut secara spontan membalasnya dengan penuh gairah.
Terjadilah sesuatu yang seharusnya tidak boleh mereka lakukan. Setan pun bertepuk tangan gembira.
Sepertinya tidak ada penyesalan di wajah Tania, mungkin nafsu sudah menutup logika Tania. Terlihat kepuasan di wajah mereka berdua. Wajah kelelahan karena nafsu dunia.
"Anterin aku pulang ke hotel ya?" pinta Tania, ketika waktu menunjukkan pukul dua belas malam.
"Nggak nginap disini saja?" Ferdi menawarkan.
"Kalau disini nanti malah nggak bisa istirahat!" kata Tania tersenyum.
"Nggak apa-apa, kita nikmati malam hanya berdua," kata Ferdi
"Jangan ah, besok aku jadi loyo tak bertenaga hehe." Tania tertawa
"Oke deh, besok lagi ya?" kata Ferdi
"Iya." Tania menjawab sambil bangkit dari tempat Tidur tanpa memakai busana sama sekali. Mata Ferdi menatap Tania yang sedang memakai pakaian tanpa berkedip.
"Jangan dilihat ah, malu aku!" kata Tania pura-pura malu.
"Tubuhmu mengalihkan duniaku," jawab Ferdi
"Ah bisa aja kamu!"
Ferdi mengantar Tania ke hotel tempat Tania menginap. Sebelum turun dari mobil, mereka masih sempat memadu kasih di mobil.
"Udah ah, nanti malah aku keenakan," kata Tania sambil membuka pintu mobil.
Ferdi tersenyum dan melambaikan tangan.
***
Di tempat lain, Roni terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Ia bermimpi tentang Tania. Semoga istriku baik-baik saja, ucap Roni dalam hati.
Roni mencoba tidur lagi. Mata terpejam tapi pikiran melayang kemana-mana, memikirkan mimpi yang baru saja dialami. Hatinya gelisah memikirkan Tania. Akhirnya Roni bangkit dari tempat tidur dan mengambil air wudhu untuk menunaikan sunah. Mengadukan semua permasalahan hidup pada sang pemilik hidup.
Setelah selesai Roni kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan berharap rasa kantuk segera datang.
***
"Jalan-jalan kemana tadi malam, Meta?" tanya Tania ketika mereka sarapan.
"Ke mall Bu, mumpung lagi di Jakarta hehe. Ibu ngapain aja tadi malam?" tanya Meta.
"Istirahat di kamar, kecapekan. Mungkin karena kegiatan kemarin padat ya?"
"Iya, mudah-mudahan hari ini agak santai!" sahut Meta.
"Amin," jawab Tania.
Selesai sarapan mereka sudah dijemput mobil dan menuju kantor pusat untuk melanjutkan kegiatan yang kemarin.
***
Hari ini kegiatan lebih padat dari kemarin.
Jam delapan malam mereka baru sampai ke hotel. Tania melihat Ferdi sudah menunggu di lobby. Tania memberi isyarat pada Ferdi untuk membuka pesan di hp, Ferdi mengangguk.
[Nanti ya, nunggu Meta masuk ke kamar dul.] Tania menulis pesan pada Ferdi.
[Oke!] Balas Ferdi
[Aku juga mandi mau dulu!]
[Nggak usah, nanti kita mandi sama-sama.] Balas Ferdi.
Tania tersenyum. Setelah Meta masuk ke kamar, Tania kembali keluar menemui Ferdi di lobby. Mereka pergi menikmati malam yang indah dan menggairahkan di Jakarta. Menikmati surga dunia yang seharusnya terlarang bagi mereka.
Tania tidak ingat dengan janjinya pada Roni, tidak teringat dengan keluarganya, suami dan anak-anaknya yang senantiasa mendoakan kebaikan untuknya. Setan bersorak gembira karena berhasil melakukan tipu muslihat pada manusia.
