Kejujuran
Tania terbangun tengah malam, mungkin karena ia tidur cepat. Ia melihat Roni terlelap tidur disampingnya. Pelan-pelan Tania turun dari tempat tidur sambil membawa hp. Ternyata banyak pesan dari Ferdi. Ketika ia membuka pesan, terlihat Ferdi sedang online.
Ada chat masuk dari Ferdi
[Halo sayang.]
[Maaf tadi aku ketiduran.] jawab Tania
[Nggak apa-apa, kok sekarang online.]
[Iya, tadi terbangun terus merasa sangat haus.]
[Haus apa?]
[Haus ingin minum dong.]
[Aku kira haus akan c*uman dariku.]
[Iya juga sih] jawab Tania dengan hati yang berdebar-debar.
[Kapan-kapan ketemuan ya? Nanti kamu akan mendapat yang lebih dari tadi.]
[Oke, sudah ya? Aku mau tidur lagi.]
[Bye sayang.]
Tania seperti kehilangan logika karena seorang Ferdi
***
Pulang dari kantor Roni mampir ke sebuah tempat makan, ingin membelikan makanan titipan Alfi. Ketika sedang menunggu pesanan, ia melihat Tania sedang makan bersama dengan seorang laki-laki. Ia ingin menghampiri, tapi suasana tempat makan masih ramai. Kebetulan juga pesanan Roni sudah selesai dan ia melihat Tania dan laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya. Ketika ia selesai membayar makanan, Tania sudah tidak kelihatan lagi.
Roni pulang dengan pikiran yang tidak karuan. Siapa laki-laki itu? Sampai dirumah ternyata Tania sudah ada di rumah. Sikapnya biasa saja.
"Ini pesanan Alfi," kata Roni pada Tania.
"Makasih, Pa? Papa belinya dimana?" tanya Alfi
"Tempat biasa, pondok makan sederhana," kata Roni sambil melirik Tania. Tania terkejut mendengar apa yang dikatakan Roni.
"Kenapa, Ma? Kok kaget gitu."
"Nggak apa-apa kok, Pa?"
"Ayo makan sama-sama," kata Roni.
"Ayo, Ma, kita makan. Ini kan makanan kesukaan Mama," kata Nisa.
"Nanti saja," kata Tania.
Roni tersenyum melihat Tania, ia tahu kalau Tania sudah kenyang. Roni sengaja memesan lagi makanan kesukaan Tania di tempat makan yang lain.
"Mungkin Mama pulang kantor tadi sudah makan, jadi masih merasa kenyang," kata Roni. Tania kaget dan pura-pura tidak mendengar.
"Ih Mama makan diluar nggak ngajak-ngajak," kata Alfi cemberut.
"Siapa yang makan diluar?" tanya Tania.
"Kata Papa tadi," sahut Alfi.
"Papa bilang kan mungkin! Berarti belum pasti. Sudah-sudah, ayo kita makan. Ayo Ma, makan. Mama nggak menghargai Papa, yang sudah membelikan makanan untuk Mama," kata Roni dengan suara yang dibuat agak sedih.
"Iya ini Mama makan kok," kata Tania sambil mengambil makanan. Perutnya sudah kenyang, tapi terpaksa ia lakukan. Roni tersenyum karena berhasil memaksa Tania makan.
Malam ini Roni sengaja pura-pura tidur. Ia melihat Tania keluar dari kamar sambil memegang hp. Roni mengikuti Tania yang berjalan menuju dapur.
Di dapur Tania tampak senyum-senyum membaca pesan dari Ferdi. Roni sudah tidak bisa lagi menahan emosi.
"Ngapain Ma, malam-malam di sini?" tanya Roni.
Wajah Tania tampak pucat pasi
"Haus, Pa, makanya Mama mengambil minum," kata Tania sambil mencoba bersikap wajar.
"Kok bawa hp."
"Enggak apa-apa kok, Pa."
Tiba-tiba hp Tania berbunyi dan ada pesan yang masuk.
"Siapa yang mengirim pesan malam-malam seperti ini! Buka hpnya!" Roni berkata dengan emosi.
"E..bukan siapa-siapa kok, Pa," jawab Tania dengan ketakutan.
"Siapa!" Bentak Roni sambil merebut hp ditangan Tania.
"Jangan, Pa!"
Roni membaca pesan di hp Tania, matanya langsung merah menahan amarah.
"Siapa ini?" kata Roni.
"Siapa?" Bentak Roni.
"Ma, Alfi haus," tiba-tiba Alfi muncul. Tania merasa lega untuk sesaat.
***
"Papa tunggu kejujuran Mama," kata Roni ketika mereka berada di kamar.
Tania diam dengan pikiran yang berkelana.
"Masih nggak ngaku juga? Oke hp Mama, Papa yang pegang," kata Roni sambil mematikan hp Tania.
Akhirnya mereka merebahkan diri di tempat tidur tanpa suara. Tania bimbang, mau jujur atau tidak. Roni memikirkan apa yang telah dilakukan Tania tadi. Ia harus mencari tahu siapa laki-laki yang bersama Tania.
Pagi ini semua berjalan seperti biasa. Hp Tania masih dipegang Roni, tapi Roni tidak berani membukanya. Ia takut akan kenyataan yang nanti bakal ia temukan di hp Tania.
***
Waktu istirahat siang, Roni sengaja mengintai kegiatan Tania. Ia meminjam motor temannya dan nongkrong di warung makan dekat kantor Tania. Ternyata Tania tidak keluar sama sekali selama istirahat.
Sore pulang kantor, Roni sengaja lewat depan kantor Tania. Terlihat Tania keluar dari kantor dan mengendarai motornya. Roni mengikuti dari kejauhan. Ternyata Tania berhenti di sebuah rumah makan. Tak lama kemudian muncul laki-laki yang kemarin bersama dengan Tania. Mereka berdua berbincang-bincang dan masuk ke tempat makan tersebut.
Roni mengikuti Tania masuk ke restoran. Dengan sengaja ia melewati meja tempat Tania dan laki-laki.
"Lho Ma, kok ada disini?" tanya Roni pura-pura kaget.
Tania langsung pucat melihat Roni. Sedangkan Ferdi tersenyum santai.
"Oh, ini klien yang Mama ceritakan kemarin ya? Ya udah silahkan dilanjutkan meetingnya. Jangan sampai malam meetingnya ya pak, kasihan istri saya nanti kecapekan," kata Roni pada Ferdi. Ferdi tampak bengong, sedangkan Roni berjalan keluar restoran dan pulang.
Menjelang Maghrib Tania baru sampai rumah. Ia tidak melihat anak-anaknya. Mungkin sibuk dikamarnya. Menjelang makan malam anak-anak juga tidak kelihatan di meja makan. Tania melihat meja makan, dan tidak ada makanan sama sekali. Ia tidak tahu kalau pulang dari kantor tadi Roni membelikan makanan untuk anak-anak, dan meminta mereka makan sebelum mamanya pulang.
Tidak ada percakapan sama sekali. Rumah terasa sepi tidak seperti biasanya.
Pagi hari, Tania bangun kesiangan. Ketika membuka tudung saji, tidak ada makanan sama sekali. Anak-anak sudah siap berangkat sekolah tanpa sarapan. Tania pasti tidak tahu, kalau anak-anak sudah membawa nasi uduk di dalam tas yang dibelikan Roni.
Tania berangkat ke kantor dengan perut kosong. Biasanya kalau ia tidak sempat membuat sarapan, pasti Roni yang membuatnya.
Ketika sore pulang dari kantor, ia melihat anak-anaknya baru selesai makan bakso. Tak tersisa sedikitpun.
"Maaf, Ma, Nisa nggak tahu Mama pulang jam berapa. Jadi Nisa tidak membelikan bakso untuk mama," kata Nisa dengan wajah yang menyesal.
"Nggak apa-apa, Mama masih kenyang," kata Tania. Padahal ia sangat kelaparan. Akhirnya ia membuat teh panas dan makan roti yang ada. Roni hanya mengamati kelakuan Tania. Sebenarnya ia kasihan dengan Tania, tapi Tania tidak berusaha untuk meminta maaf.
Sudah hampir tiga hari kejadian seperti ini terjadi. Akhirnya Roni membuka suara.
"Ma, memangnya Mama nggak bosan dengan situasi seperti ini?" tanya Roni.
Tania masih terdiam.
"Kalau menurut Mama , Papa yang salah, Papa minta maaf. Tapi untuk hp tidak akan papa berikan, sebelum Mama menjelaskan siapa laki-laki itu. Atau Papa sendiri yang mencari informasi? Oke, kalau begitu besok, Papa akan menemui Selly untuk menanyakan siapa laki-laki itu. Karena Papa yakin, itu adalah laki-laki yang sama yang pergi dengan Selly ke restoran waktu itu. Atau jangan-jangan ada cinta segitiga antara Mama, Selly dan laki-laki itu," Kata Roni sambil berjalan menuju ruang keluarga.
Tania masih terdiam saja.
