Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Terpaksa berbohong

Sean dan Sheryl masuk ke toko pakaian, namun tidak ada drama penghinaan dan tatapan cemoohan disana. Sebab Sean dan Sheryl masuk ke toko pakaian biasa.

Memang bisa saja Sean membeli beberapa pasang pakaian mahal dan bermerk, namun dirinya merasa tidak akan menemukan alasan yang dapat meyakinkan Bibi Diana jika dia bertanya masalah uangnya dari mana 

"Sheryl, untuk sementara aku harap kamu merahasiakan masalah pembelian ponsel. Kak Sean tidak ingin Bibi Diana berpikiran yang bukan-bukan," kata Sean setelah mereka membeli pakaian.

"Tenang saja, Kak. Sheryl akan merahasiakan, asalkan Kak Sean jujur kepada Sheryl dari mana mendapatkan uang sebanyak itu," Sheryl sudah dewasa, tentu saja dia juga merasa penasaran dari mana semua uang milik Sean itu berada.

Sean menghela nafasnya, dia sama sekali tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana orang lain akan percaya, ketika dirinya pun masih bingung karena system yang mengaku System Kekayaan itu tiba-tiba datang dan langsung mengirimkan uang kepadanya.

"Dengar, Sheryl. Selain Kak Sean bekerja, Kak Sean juga sebenarnya sedang mendirikan beberapa usaha bersama teman-teman. Kak Sean belum bisa mengatakan ini kepada Bibi Diana, tapi Kak Sean berjanji, jika usaha ini sukses akan langsung mengatakannya kepada Bibi Diana." 

Sean tidak tahu harus berkata apalagi, dia tahu berbohong itu dosa dan bahkan melanggar salah satu prinsip hidupnya. Namun saat itu dia merasa tidak memiliki pilihan lain, selain berbohong kepada Sheryl dan Bibi Diana yang sudah dia anggap sebagai adik dan ibunya sendiri.

"Hmm… Baiklah, Sheryl berjanji tidak akan mengatakan hal apapun kepada ibu," Sheryl mengangguk.

"Satu hal lagi, mulai sekarang Kak Sean yang akan membiayai semua kebutuhan Sheryl. Karena itu, apapun yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk menghubungi hubungi Kak Sean. Kamu mengerti?" 

"Sheryl mengerti, Kak Sean. Terimakasih!" ucap Sheryl seraya mengangguk.

Keduanya terus berjalan seraya berbincang, bukan hanya pakaian dan ponsel, Sean juga membeli kebutuhan rumah untuk beberapa hari. Setelah itu, keduanya pun berjalan ke arah dimana kendaraan umum berada.

Di saat itu, mereka melewati sebuah tempat hiburan. JS KTV, nama tempat hiburan itu tercetak besar dengan cahaya lampu berwarna-warni.

"Ada apa, Sheryl?" Sean yang menyadari langkah Sheryl terhenti dengan pandangan melihat ke arah JS KTV.

"T-Tidak, tidak ada apa-apa…." Sanggah Sheryl.

"Kamu tidak bisa membohongi Kak Sean, Sheryl. Katakan saja, jangan ragu!"  Meskipun Sheryl tidak mengatakan apapun, namun Sean menyadari ada raut sedih di wajah adiknya itu.

"Kak Sean, tujuh hari lagi Sheryl berulang tahun ketujuh belas. Beberapa teman sekolah Sheryl meminta agar perayaan itu dilaksanakan di JS KTV ini. Sheryl telah mencoba menabung, namun tetap saja uangnya tidak akan cukup," Sheryl menggeleng pasrah.

Sean tersenyum ketika mendengar penjelasan Sheryl. Dia memang belum bisa jujur mengatakan rekeningnya penuh dengan uang. Namun jika untuk merayakan ulang tahun Sheryl yang ketujuh belas, Sean tentu tidak akan ragu untuk mengeluarkannya. Bukan hanya menyewa salah satu ruangan di JS KTV itu, bahkan jika dia membelinya langsung pun tidak akan mengurangi uangnya dengan berlebih.

Sean tahu, ulang tahun ketujuh belas memang salah satu hari yang dianggap sejarah oleh semua orang. Bukan hanya dipercaya sebagai peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Namun setelah mencapai umur tujuh belas tahun, seseorang mulai mendapat hak dan kewajiban sebagai warga negara. Bukankah salah satu syarat untuk mendapatkan identitas pribadi dan Surat Ijin Mengemudi adalah ketika seseorang telah mencapai tujuh belas tahun? Karena itu, Sean tentu akan mengabulkan keinginan Sheryl. 

Sean tentu masih ingat, ketika paman dan bibinya meminta maaf seraya menangis ketika merasa tidak bisa merayakan ulang tahun dirinya yang ketujuh belas. Meski begitu, mereka pun sebenarnya masih merayakannya di rumah, tapi hanya ada Sean, Sheryl dan paman serta bibinya. Karena itu, saat ini Sean akan merayakan ulang tahun Sheryl sesuai dengan keinginan dan harapannya.

"Kamu undang teman-temanmu untuk merayakan ulang tahunmu di JS KTV ini!" Kata Sean.

"Ta-tapi, Kak?!"

"Tenang saja, Kak Sean akan menanggung semua biayanya. Memangnya berapa orang temanmu yang akan diundang?"

"Sebenarnya tidak banyak Kak, hanya sepuluh orang. Lagi pula tidak banyak juga orang yang mau berteman dengan Sheryl," jawab Sheryl dengan sedih.

Sean mengelus puncak kepala Sheryl. Dia tentu tahu dan dapat merasakan bagaimana perasaan Sheryl. Mereka berasal dari keluarga yang sama, karena itu nasib mereka berdua pun sama juga. Selain System Kekayaan tentunya.

Sama seperti Sheryl, tidak banyak orang yang mau berteman dengan Sean. Dia bahkan dapat menghitung dengan jari tangannya orang yang benar-benar mau menjadi temannya.

"Kalau begitu undang mereka dan rayakan di JS KTV. Kak Sean juga sebenarnya telah menyiapkan hadiah untuk Sheryl, tapi hadiah itu ada dirumah. Nanti kalau sudah sampai, Kak Sean akan memberikannya," kata Sean.

Mereka terus saling mengobrol, bahkan sampai mereka naik taksi dan kembali kerumah.

"Kalian telah pulang…. Bagaimana jalan-jalannya? Lancar?" Bibi Diana dengan segera menyapa Sean dan Sheryl.

"Sangat lancar, Bibi Diana. Rainy City ternyata sudah banyak perubahan. Baru tiga tahun aku tidak kembali, namun sekarang sudah hampir tidak dapat mengenalinya lagi," ucap Sean, setelah itu dia meletakan barang yang dibelinya di atas meja.

"Ibu, Kak Sean membelikan aku dan ibu pakaian. Cobalah, semoga cocok di tubuh ibu," kata Sheryl seraya menyerahkan sebuah 'goody bag' kepada ibunya dan mengambil satu untuknya.

"Sheryl, Sean…."

"Aku hanya membeli masing-masing sepasang untuk kita bertiga, lagi pula pakaian ini pakaian biasa, bukan pakaian mahal dan bermerk. Jika pekerjaanku nanti gajinya naik, aku akan membelikan Bibi dan Sheryl pakaian mahal dan bermerk. Aku berjanji!" Tukas Sean. Dia sudah bisa menebak apa yang akan disampaikan Bibi Diana.

"Bukan-bukan itu, Bibi rasa ini sudah sangat bagus. Namun, Bibi harap kamu dapat menabungkan uangmu untuk bekalmu di masa depan," kata Bibi Diana.

"Bibi Diana tenang saja, saya sudah menabungkan sebagian besar gaji yang saya dapatkan dan hanya menggunakannya sedikit untuk membeli semua ini," kilah Sean.

"Syukurlah! Bibi harap kamu tidak terlena dengan membeli sesuatu hanya karena kamu menginginkannya setelah memiliki penghasilan. Kamu harus ingat, masa depanmu masih panjang dan perlu biaya untuk melewati itu semua," ucap Bibi Diana. 

"Saya akan selalu mengingat nasihat Bibi Diana," Sean mengangguk.

Setelah itu, dengan di bantu Sheryl, Bibi Diana kembali ke ruang tengah seraya membawa beberapa barang kebutuhan rumah yang dibeli Sean. Sementara Sean masuk kedalam kamar yang sejak dahulu dia pergunakan 

"Sheryl kemari sebentar!" Panggil Sean seraya berdiri di pintu kamarnya.

Mendengar Sean memanggilnya, Sheryl pun langsung menemuinya.

"Sheryl, didalam kartu ATM ini ada uang beberapa juta. Kak Sean sengaja mempersiapkannya untukmu. Selain akan cukup untuk merayakan ulang tahunmu di KTV, Kak Sean juga merasa uang di kartu ATM ini akan mencukupi kebutuhan sekolah Sheryl sampai lulus."

Sean tentu saja kembali berbohong. Kartu ATM itu adalah kartu pemberian Tuan Jensen dan bukan dipersiapkan dirinya untuk hadiah ulang tahun Sheryl.

Begitupun dengan nominal uang di dalamnya, Sean tidak berani menyebutkan isi kartu ATM itu lima miliar seperti yang dikatakan Tuan Jensen. Bukan karena takut dihabiskan begitu saja, hanya saja Sean merasa khawatir jika ada teman-teman Sheryl tahu jumlah uang dalam kartu itu, dia akan menjadi target teman-temannya yang berpikiran bulus dengan memanfaatkan Sheryl demi semua uangnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel