Pustaka
Bahasa Indonesia

Cinta Sang Penguasa

73.0K · Ongoing
Uday Mangkulangit
89
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Sean Arthur, adalah seorang pemuda biasa. Meskipun miskin namun berkat kecerdasannya dia mampu sekolah sampai kuliah dengan beasiswa. Namun meskipun begitu, Sean harus mendapat sebutan sebagai mahasiswa tanpa harga diri. Hal itu terjadi karena demi biaya hidupnya, Sean mau melakukan pekerjaan apapun demi mendapat imbalan uang. Karena hal itu pula Sean sama sekali tidak berani untuk memikirkan kata CINTA. Sean merasa hidupnya tanpa harga diri, lalu akankah ada gadis yang mau menjadi kekasihnya? Siapa sangka, ketika Sean merasa sedang berada di titik nadirnya hidupnya. Tiba-tiba rekening miliknya mendapat kiriman uang setelah dia mendapatkan sesuatu yang menamakan dirinya sebagai system kekayaan. Dengan uang tersebut, Sean bertekad untuk merubah hidupnya. Dia tidak ingin lagi dirinya dianggap sebagai orang tanpa harga diri dan membungkam mulut-mulut yang selama ini menghina serta tatapan orang-orang yang merendahkannya. Namun siapa sangka, kehidupan barunya itu membuat semuanya juga berubah. Karena bersamaan dengan itu, sebuah tanggung jawab besar pun harus di pikulnya. Lalu bagaimana dengan perjalanan cintanya? Apakah Sean juga akan berhasil memikul tanggung jawab itu? Lalu apa juga yang membuat dirinya di sebut sebagai penguasa? Inilah kisah Sean Arthur, dalam Cinta Sang Penguasa.

SupernaturalactionFantasikultivasiBillionaireKampuspendekarpetarungDewasa

Sean Arthur

Sean Arthur, seorang pemuda berusia 21 tahun. Saat itu dia baru saja keluar dari kelasnya di salah satu kampus terbaik di Mountain City. 

MOUNTAIN UNIVERSITY nama kampus itu dicetak dengan huruf kapital dan tebal pada sebuah tembok di halaman.

Sean Arthur bisa dikatakan sangat beruntung bisa kuliah di Mountain University, sebab kampus itu salah satu kampus terbaik di Mountain City bahkan masuk lima besar di dalam negeri.

Mengapa bisa disebut beruntung? Sebab Sean Arthur kuliah dengan beasiswa penuh, dia adalah salah satu mahasiswa tercerdas di kelasnya.

Sean juga bukan penduduk asli Mountain City, dia berasal dari Rainy City, sebuah kota di barat daya. Adapun mengapa dia bisa kuliah disana? Saat itu dia mendapatkan rekomendasi penuh dari sekolah tingkat atas tempat terakhirnya belajar.

Dalam pendidikan Sean beruntung, tapi tidak dengan kehidupan sosial dan ekonominya. Selama ini dia dibesarkan oleh paman dan bibinya, kedua orang tua Sean telah meninggal karena kecelakan bus yang mereka tumpangi saat dia berusia tujuh tahun. Paman dan bibinya Sean juga bukanlah orang kaya, mereka juga hidup dengan pas-pasan.

Adapun soal asmara, Sean bahkan tidak pernah berani memikirkannya. Memang benar dia cukup tampan dan juga cerdas, namun Sean juga cukup realistis. Ketampanan dan kecerdasannya saja tidak akan mampu membuat pasangannya bahagia. Bahkan jaman sekarang, tanpa 'koneksi' kecerdasan saja tidak akan menjamin kehidupan kedepannya menjadi lebih baik. 

Sean Arthur sudah mencobanya, namun apa hasilnya? Dia akhirnya harus rela bekerja apa saja dengan menghabiskan separuh harinya demi untuk menyambung hidup. Dia juga rela menjalani pekerjaan apapun, bahkan jika itu menjadi pesuruh, mengambil atau membawa barang sesama mahasiswa dengan imbalan satu atau dua dolar. 

Sebuah keadaan yang sering menempatkan dirinya berhadapan dengan cibiran dan bahkan hinaan. Apakah dengan dirinya yang seperti ini akan ada gadis yang mau kepadanya? Mungkin ada, tapi di era seperti ini Sean merasa perbandingannya satu per sejuta.

Drtzzz…

Tepat ketika itu, ponsel Sean berdering. Melihat nama pemanggil di layar ponselnya, Sean pun dengan segera menerima panggilan itu.

"Halo,Sheryl!" Panggil Sean begitu sambungannya terhubung.

"Kak Sean…. Ayah kecelakaan di tempat kerja. A- ayah meninggal, Kak…." Suara perempuan terdengar dengan sedikit terbata.

"A- apa? Paman meninggal?" Raut wajah Sean dengan segera berubah muram begitu mendengar kabar tersebut, bahkan langkahnya pun langsung terhenti. Dia mematung!

"Benar, Kak. Kata ibu, jika Kak Sean memiliki waktu libur dan ingin melihat ayah di kebumikan, ibu akan mengirim uang untuk biaya Kak Sean pulang," kata Sheryl pada sambungan telepon.

Saat mendengar itu, dada Sean tampak turun naik dengan cepat. Berbagai rasa menghantam batinnya. Dia tentu ingin pulang untuk melihat paman yang selama ini telah dia anggap sebagai ayahnya itu untuk terakhir kalinya. Namun dia juga tidak bisa menerima kenyataan bibinya harus mengirim uang agar dirinya bisa pulang. Sean tahu biaya mengebumikan itu tidaklah murah, karena itu dia tidak ingin membebani bibinya lagi. 

Sean tentu tahu keadaan ekonomi keluarga paman dan bibinya. Selama ini mereka hidup dengan pas-pasan, hanya mengandalkan gaji pamannya yang bekerja sebagai kuli bangunan. Karena itu pula, semenjak sekolah tingkat atas sampai kuliah, dirinya pun mencoba menghidupi dirinya sendiri dengan melakukan pekerjaan apapun. Tentunya selama pekerjaan itu dia anggap tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku.

"Maafkan Kak Sean, Sheryl. Kak Sean saat ini benar-benar sedang sibuk di kampus. Mungkin dua atau tiga hari lagi Kak Sean akan pulang. Katakan pada bibi untuk tidak mengirim uang untuk biayaKak Sean pulang…." Sean berkata dengan suara lirih dan kedua kelopak mata yang mengembun.

Dia memang tidak tahu harus berkata apa, apakah Sean benar-benar sibuk? Tentu saja tidak. Dia bisa mengajukan libur dua sampai tujuh hari, namun yang jelas saat itu dia tidak memiliki uang untuk biaya perjalanan pulang ke Rainy City dan juga tidak ingin membebani bibinya dengan mengirimkan uang untuk biaya pulang dirinya.

"Baiklah, Kak Sean. Kata ibu tidak apa-apa kalau Kak Sean sibuk. Jangan lupa istirahat dan jaga kesehatan…." Kata Sherly sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

Hati Sean benar-benar kacau saat itu, bahkan dirinya merasa kedua kakinya seakan tidak menapak tanah. Tidak tahu caranya, saat kembali sadar, ketika itu dia sudah berada di Taman Ekologi Hutan di belakang kampus. Tempat favorit ketika dia merasakan hidupnya sangat tertekan seperti saat itu.

Sean duduk diatas bangku taman dengan waktu yang lama. Bahkan ketika malam mulai menyapa sekitar dan semua pengunjung sudah pulang, Sean masih terus duduk dengan tatapan yang kosong ke arah danau buatan. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa saat itu.

Slash!

Tidak lama setelah itu, seberkas cahaya dari langit membelah udara bagai cahaya petir, namun anehnya sama sekali tidak ada suara guntur atau apapun.

"Akh…!"

Sean yang tidak menyadari adanya cahaya itu hanya bisa mengeluh pendek, ketika merasa tubuhnya tiba-tiba bagai tersengat aliran listrik yang sangat kuat. Tidak hanya itu, Sean pun langsung jatuh dari tempat duduknya dan tampak tidak sadarkan diri.

"Ukh…!" Setelah beberapa jam berlalu, Sean mengeluh pendek seraya berusaha bangkit.

"Apa yang telah terjadi?" Sean bergumam dalam hatinya setelah berhasil duduk dengan susah payah, kemudian menyadari keadaan sekitarnya yang gelap dan hanya diterangi beberapa lampu taman kecil.

DING!

Saat Sean sadar berusaha mengingat apa yang telah terjadi, sebuah suara mirip robot terdengar di benaknya.

'Selamat datang di system kekayaan! Dengan system ini, anda bukan hanya akan memiliki uang tak terbatas, tapi juga berbagai keterampilan dan kekuatan. Tekan 'Ya' jika anda setuju menerima system ini.'

Sean yang masih bingung dengan sumber suara yang baru saja dia dengar, kembali dikejutkan dengan munculnya sebuah panel hologram di depannya. 

"System Kekayaan? Apa ini?" Sean tidak tahu maksud dari tulisan yang ada pada panel hologram tersebut.

Meskipun sedikit ragu, namun akhirnya Sean menekan tombol 'Ya' yang ada pada panel hologram itu 

'Proses penyatuan anda dengan system akan dimulai dalam hitungan, 3, 2 1…'

'1 %

3 %

5 %

10 %

25 %

50 %

75 %

99 %

100 %.

'Proses penyatuan selesai, harap tunggu sebentar.'

Sean masih belum menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi, namun ketika proses penyatuan itu berlangsung, pada setiap persennya dia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Bahkan beberapa bagian tubuhnya terasa bagai tersengat aliran listrik.

Beruntung, ketika Sean berada diambang batas kekuatannya, system itu telah menunjukan angka 100 % dan keadaan tubuhnya pun berangsur pulih dengan cepat.

'Selamat datang di system kekayaan. System ini bersifat tunggal dan tidak dapat dipindahkan. Jika pemilik system ini mati, maka system ini juga akan hilang dengan sendirinya.'

Setelah itu, Sean melihat beberapa kalimat kembali muncul pada panel hologram.