Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. Sangat mencintainya

Di mension tuan Francois

"Ayah ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" ucap tuan muda Adhulpus

"Hum, tentang apa?"

"Aku ingin melamar seorang wanita muslim!" ucapan putranya membuat tuan Francois menyerngitkan dahinya

"Aku sangat mencintainya!"

"Apa keluarganya merestui hubungan kalian?"

"Iya, ayahnya sangat baik dan merestui hubungan kami"

"Apa dia tidak keberatan jika kamu bukan seorang muslim?"

"Aku muslim ayah!" ucap CEO tampan itu membuat salah satu sudut bibir tuan Francois terangkat

"Jika kamu berani mengambil keputusan besar seperti itu tanpa memberitahuku, lantas mengapa kamu meminta izin padaku untuk menikahi wanita muslim itu!"

"Apa keluarganya ingin kamu didampingi olehku?" ucap tuan Francois dan mendapat anggukan dari putra tampannya

"Kamu sudah dewasa, aku tidak bisa lagi menentang keputusanmu!" pasrah tuan Francois

"Jadi ayah merestui aku menikahi wanita muslim itu?"

"Terserah padamu!" ucapan tuan Francois dan mendapat pelukan dari anak sulungnya itu.

"Terimakasih ayah" bahagia CEO tampan

"Kapan kamu akan melamarnya?"

"Besok!"

"Baiklah, katakan pada Brayen untuk mempersiapkan semua hal untuk besok!" ucap tuan Francois yang membuat putra tampannya itu mengangguk.

***

Keesokan harinya keluarga Adhulpus mendatangi kediaman tuan Ahmed untuk melamar putri semata wayangnya. Lamaranpun diterima dan mereka menetapkan hari terbaik untuk diadakannya sebuah pernikahan. Paman yang mengislamkan CEO muda itu tentunya menjadi pendampingnya saat ini, hingga pria tampan yang berpenampilan mewah itu berani mengkhitbah Azqila tanpa adanya rasa gugup sedikitpun malah ia ingin segera dilaksanakannya akad pernikahan.

30 menit yang lalu saat tuan muda tampan itu mengkhitbah Azqila, wanita yang sangat ia cintai.

"Bismillahirrahmanirrahim....... Saya pria yang sangat mengagumi putri tuan, memperhatikannya dari jauh, pria yang selama ini tak sabar akan datangnya hari ini, mengukuhkan niat menemui tuan untuk melamar putri cantik kesayangan tuan!" ucapan pria tampan itu dengan gagah berani.

"Azqila Ziya Yildiz, namamu mampu menggetarkan jiwaku. Walau tanpa adanya komunikasi dan pertemuan engkau mempu membuatku buta akan keindahan Dunia, hingga hanya dirimu seoranglah yang ada dalam pandanganku. Selama ini aku memantaskan diri agar bisa bersanding denganmu, mengenal tuhanmu hingga aku jatuh hati kepadanya."

"Saya dengan sepenuh hati ingin menjadikan kamu sebagai pendamping hidup menuju jannahNya, menjadi imam disetiap lima waktumu dan disetiap waktu dalam kehidupanmu, menjadikanmu ibu dari anak-anak kita. Azqila Ziya Yildiz bersediakah engkau menerima khitbah dariku?" penjelasan panjang lebar pria tampan itu yang diterima anggukan malu oleh Azqila wanita sholeha, cantik nan anggun.

"Alhamdulillah" bahagia CEO tampan itu, mungkin jika tidak malu saat itu ia sujud syukur, bukan apa tapi tidak tepat untuk sujud syukur sekarang, ia akan melakukan hal itu saat meninggalkan kediaman tuan Ahmed.

Senyum bahagia terlukis di wajah tampan itu disepanjang pertemuan.

"Selamat ya bro!" ucap Brayen dan Paxton setibanya diluar

"Terimakasih bro"

"Apa yang kamu lakukan?" merasa aneh dua sahabatnya itu saat melihat Adhulpus sujud syukur

"Alhamdulillah....... Yeeeeeees!" teriak Adhulpus saat mobil yang mereka tumpangi melaju.

"Coba saja Lo seperti itu tadi saat Azqila menerima lamaranmu pasti kamu akan ditolak bro!" candaan Paxton dan Brayen hanya terdiam

Ada rasa yang tidak bisa asisten tampan itu jelaskan, perasaan aneh saat melihat Azqila. Bahkan rasa itu datang sejak mereka pertama kali bertemu, tapi Brayen mengingkari perasaan suka itu, ia beranggapan bahwa hanya karena Azqila cantik oleh karena itu ia tertarik kepadanya.

"Ada apa denganku kenapa aku tidak bahagia melihat sahabatku sukses melamar wanita yang ia cintai!" batin Brayen

***

Di kediaman tuan Nandor seorang billionaire sahabat tuan Adhulpus

"Sampai kapan kamu akan seperti ini, menolak menjadi penerusku. Kamu adalah putra satu-satunya dalam keluarga ini, mau sampai kapan kamu akan bekerja sebagai asisten pribadi Adhulpus?" marah tuan Nandor

"Kamu itu putraku Brayen!......Apa kata orang nanti jika mengetahui hal ini. Aku mempunyai putra tapi tidak bisa diandalkan dan taunya cuma bermain-main, memilih menjadi bawahan di keluarga Adhulpus!"

"Ayah masih muda dan sehat, jadi biarkan ayah saja yang memimpin perusahaan. Aku tidak butuh uang sepeserpun dari ayah, jadi jangan memerintahku untuk berhenti bekerja!" tegas Brayen yang kecewa pada sang ayah

"Sampai kapan kamu akan membenci ayahmu sendiri Hah?"

"Sampai ayah menceraikan wanita sialan itu!" amarah pria tampan yang terlihat bad boy itu semakin tak terkendali

"Dia ibumu jadi hargai itu!"....... Jangan pernah berkata bahwa ibumu wanita sialan!"

"Dia bukan ibuku, sampai kapanpun wanita sialan itu tidak akan aku terima dalam hidupku!" ucap Brayen dan pergi dengan amarah yang meluap.

Pria tampan itu melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi, tak berapa lama kemudian ia sampai di mension pribadinya.

"Sialan!" teriaknya saat tiba dalam ruangan

"Mengapa ayah menikahi wanita yang membunuh ibuku!" teriaknya

"Aku berulang kali berkata hal itu tapi tidak ada satupun yang mempercayaiku!" ucapnya dan melayangkan pukulan di cermin yang ada dalam kamar mandi mewahnya. Darah segar kini mengalir dari tangan pria maskulin itu.

Seorang pria tampan dengan wajah bad boy, tapi hal itu yang membuat ia semakin menarik.

"Bro kita ketempat biasa!" jelas Brayen pada seseorang yang saat ini mereka melakukan panggilan telepon.

Baru saja beberapa menit tiba di mension kini ia harus pergi lagi ketempat yang membuat dirinya bisa melampiaskan kemarahannya.

Sesampainya di arena tempat pertandingan tinju, pria maskulin itu berjalan sambil menggunakan hand wrap dan sarung tinju. Naik keatas ring dan memulai pertempuran.

Tak ada ampun bagi lawan, begitulah Brayen melampiaskan amarahnya. Pukulan uppercut ia layangan pada lawannya ditambah dengan serangan yang bertubi-tubi membuat lawannya tak berdaya. Pemain silih berganti hanya pria menawan itu yang masih bertahan, dan menyudahi semua itu saat tubuhnya dipenuhi oleh darah.

Saat ia terjatuh tak berdaya, seorang wanita cantik datang menghampiri memapahnya membawa Brayen pergi dari tempat itu.

Setibanya di apartemen milik Brayen yang biasanya dijadikan tempat perkumpulan bersama dengan teman-temannya. Wanita cantik itu mengetahui sandi apartemen itu dan membawa Brayen masuk, mengobati lukanya.

Beberapa menit kemudian pria tampan itu tersadar dan menuju kamarnya membersihkan diri, setalah menggunakan pakaian rapi, ia menuju ruang tengah menemui wanita cantik itu.

"Apa kamu sudah tidak apa-apa sekarang?" ucap Alice mantan pacar Brayen dan saat ini mereka bersahabat, tapi wanita cantik itu masih memiliki rasa pada putra tampan tuan Nandor.

"Aku baik-baik saja!"

"Apa kamu lapar?....... Aku masak makanan kesukaan kamu ya?" ucap Alice dan mendapat penolakan dari Brayen.

"Kamu mau kemana?" ucapnya saat Brayen meninggalkan ruangan

"Antar kamu pulang!" jelas Brayen

"Aku masih ingin disini!" jelas Alice

"Terserah!" ucapnya lalu kembali melangkah meninggalkan ruangan itu

"Brayen!" teriak Alice tapi tak ia pedulikan

Mobil mewah itu kembali melaju menuju mensionnya, sedang Alice hanya bisa menatap kepergian pria yang dicintainya itu. Brayen tidak pernah membawa siapapun ke mension pribadinya, hanya apartemen itu yang menjadi tempat perkumpulan kawan-kawannya. Mungkin ia hanya akan membawa seseorang yang ia cintai.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel