5. Kita berjumpa lagi!
Keesokan harinya di bandara Internasional Istambul
"sst aww!"
"Astaghfirullah maaf, aku tidak sengaja." membungkukkan badan merasa bersalah karena telah menabrak seseorang
"Karena kamu ponselku terjat--!" ucapan Adhulpus terhenti saat melihat Azqila, dan tersenyum, perasaan yang sangat bahagia mengalahkan kebahagiaan saat ia memenangkan tender proyek terbesar di Dunia.
"Sekali lagi saya minta maaf," mengambil ponsel pria tampan itu yang terjatuh
"Ini ponsel anda!" menyodorkannya tetapi Adhulpus hanya terdiam, menatap sambil tersenyum.
"Maaf ini ponsel anda!" CEO tampan itu masih terdiam dan hanya menatap, senyum manis terlukis di bibir indahnya.
Beberapa menit kemudian tuan CEO muda itu tersadar dan mengambil ponselnya yang diberikan oleh Azqila
"Seharusnya aku yang minta maaf nona, karena tidak memperhatikan jalan dan hanya fokus pada ponselku saja." mecoba bersikap layaknya pria yang bertanggung jawab.
"Iya tidak apa-apa, kalau begitu saya permisi!" pamit Azqila
Seketika langkah wanita anggun itu terhenti karena Adhulpus memegang tangannya, mambuat Azqila tidak nyaman.
"Astaghfirullah!" melepas dengan segera
"Maaf, apa nona tidak mengenaliku?" ucap Adhulpus dan kembali menatap wanita yang selalu terbayang di benaknya itu.
Azqila memperhatikannya, bagaiman ia mengenali pria itu, saat ini Adhulpus menggunakan masker dan topi. Seolah menutupi seluruh wajahnya, bahkan matanya hanya terlihat saat ia mendongakkan kepala.
"Jika tidak mengenali, apa nona masih mengingat suaraku?"
"Azqila!" ucap Adhulpus dan membuka maskernya
"Saya mengingat tuan!" ucapannya membuat senyum manis kembali terbit di wajah tampan itu
"Jika nona mengingat saya, bisakah menyebut namaku!" pinta CEO tampan
"Tuan Adhulpus?" ucapan Azqila membuat jantung pria tampan itu berdetak tak wajar.
"Panggil kakak saja!" pintanya dan Azqila mengiyakan.
"Bisa kita berbicara berdua?" dengan nada berharap
"Saya baru-baru jadwal penerbangan ke Jerman tinggal beberapa menit lagi, saya permisi kak," ucapnya dan pergi, sedang Adhulpus mengikuti dari belakang karena arah tujuan mereka sama
"Kenapa mengikutiku?" heran Azqila tapi pria tampan itu hanya tersenyum tipis
"Bro!" teriak Brayen
"Dari tadi gue cariin juga!" lanjut Brayen
"Eh wanita cantik ini bukannya Azqila?" bisiknya pada CEO mudanya
"Iya, diam kamu!" Bisik Adhulpus pada sahabatnya itu
"Hai, saya Brayen!" ucap pria keren itu menyapa Azqila yang saat ini mereka sudah dalam pesawat
Sedang Adhulpus sibuk meminta penumpang yang akan duduk disamping Azqila bertukar tempat duduk dengannya.
"Jodoh tak akan kemana!" batin pria tampan itu
"Bukankah kita sangat berjodoh nona?" ucap Adhulpus tapi hanya mendapat senyum tipis dari wanita anggun itu.
"Nona ada urusan apa di Jerman?" basa-basi tuan CEO
"Keluarga saya pindah kesana tuan." singkat Azqila. Keluarganya mendadak pindah ke Jerman karena urusan bisnis sang ayah, dan tentunya tuan Ahmed sudah terlebih dulu kesana sedang putri kesayangannya itu menyusul belakangan karena masih mengurus surat kepindahannya ke universitas baru nantinya.
"Rupanya takdir baik berpihak dengan cepat kepadaku!" batin Adhulpus yang saat ini sangat bahagia.
"Aku sudah menemukan arti surat Al-Baqarah ayat 221 nona!" to the point CEO tampan itu membuat Azqila terdiam
"Apa jika saya seiman dengan nona, kita bisa menjadi pasangan?"
"Maksud saya suami istri?" ucapnya dengan kesungguhan
"Sebaiknya tuan belajar tentang Islam terlebih dahulu, karena memeluk agam Islam atas dasar cinta kepada Allah adalah pilihan utama. Dan pernikahan itu pilihan kedua!" jelas Azqila
"Bukan hanya itu, tapi agama islam memiliki aturan tersendiri. Memeluk agam Islam atas dasar cinta kepada Allah adalah yang paling sempurna!"
Beberapa saat Adhulpus hanya terdiam menatap Azqila, ia terbayang sang ayah yang pastinya akan menolak hal itu.
"Beri saya waktu untuk mengenal tuhan nona terlebih dahulu, sebelum mencintai umatnya!" ucap Adhulpus yang membuat Azqila tersenyum.
"Apa hanya itu syarat dari nona?" tanya CEO tampan itu kembali.
"Aku menginginkan seorang laki-laki yang beriman kepada Allah dan Rasulullah, aku ingin seseorang yang paham agama. Hanya itu tuan!"
"Baiklah!" ucap CEO tampan itu dengan suara beratnya, dan tersenyum.
"Jika sesuatu hal aku sangat inginkan, pasti aku akan bersungguh-sungguh dalam mendapatkannya!" Gumam Adhulpus
"Apa saya bisa meminta nomor telepon dan alamat nona?" ucapnya dan mendapat anggukan oleh Azqila.
Sesampainya di bandara Internasional Jerman, Azqila di jemput oleh ayahnya sedang dua pria tampan itu di jemput oleh sopir pribadinya.
"Apa saja yang kamu bicarakan bro dengan wanita cantik itu?" penasaran Brayen karena sedari tadi sahabat sekaligus CEO-nya itu senyum-senyum sendiri.
"Kepo!" ucap Adhulpus
"Gue penasaran soalnya Lo seperti orang gila!" goda Brayen
"Gue senang bukan gila!" Jelasnya tak mau dianggap gila oleh sahabatnya itu
"Mungkin saja kamu sudah gila karena dimabuk cinta!"
"Awas aja Lo nanti kalau jatuh cinta, pasti tingkahnya aneh melebihi gue!" jelas Adhulpus
"Aku sudah biasa hal seperti itu bro!" bangga Brayen
"Dasar raja buaya Lo!" celetuk tuan CEO-nya
"Itu bukannya suatu kebanggaan kamu punya banyak cewek, tapi cobaan dari Tuhan. Kasihan hati kamu sangat murahan, mudah termiliki. Jadi pria harus mahal, punya pendirian dan setia pada satu wanita bro!" jelas tuan Adhulpus
"Aku tau hal itu tapi belum ada wanita yang mampu mengubah kebiasaanku ini bro. Apa salah jika aku menikmati masa mudaku dengan bebas!" jelas Brayen membuat sahabatnya itu tersenyum meremehkan
"Kenapa Lo senyum gitu?" tak terimanya
"Habisnya kamu aneh, mau berubah jadi baik tapi harus orang lain yang mampu mengubah kebiasaan buruk kamu itu!"
"Kalau kamu meninggal sebelum bertemu dengan wanita yang mampu menggerakkan hati kamu kearah yang lebih baik bagaimana?" ucapan Adhulpus membuat Brayen berpikir
"Iya juga ya?"
"Bagaimana kalau cewek yang kamu naksir itu untuk aku saja bro!" ucapan Brayen membuat Adhulpus melayangkan pukulan keras dibahunya
"Oh shit!" teriak Brayen
"Berengsek Lo!" kecoplosannya
"Sudah berani kamu rupanya?" tatapan tajam Adhulpus dengan salah satu sudut bibirnya terangkat
"Maaf bos bukannya gitu, tapi bahu gue seperti mau copot ulah kamu bos!"
"Hahahaha....... Ekspresi wajah kamu kenapa begitu?" tertawa penuh kemenangan Adhulpus
"Iyalah aku tidak mau kerja lembur selama satu bulan lagi!" jelas Brayen yang tahu jika bosnya itu marah maka nasibnya akan berujung di meja kerja selama berjam-jam lembur satu bulan.
"Jangan pernah bercandaan tentang Azqila!" peringatinya
"Ok tidak akan!" jelas Brayen yang merasa ngeri
"Rupanya kucing bisa berubah menjadi harimau juga jika menyangkut wanita yang ia cintai!" batin Brayen karena selama ini wanita yang naksir pada sahabatnya itu selalu saja berakhir menjadi pacarnya, sedang Adhulpus tidak memperdulikan hal itu.
"Azqila adalah wanita paling cantik yang pernah aku temui!" jailnya kembali yang mendapat tatapan tajam dari Adhulpus
"Cuma memuji, beruntung kamu dapatkan dia bro!" ucap Brayen yang tidak ingin mendapat tinju menyakitkan lagi.
"Galak ama nih bocah, untung sahabat sekaligus bos gue. Jika tidak sudah lama gue sikat lo!" batin Brayen
"Kamu memaki saya dalam hati ya?" selidik pria tampan itu
"Tidak, mana mungkin aku berani melakukan hal itu!"
"Sungguh?"
"Iya tuan muda sungguh!" menarik nafasnya dengan berat
"Dasar manusia aneh!" batin Brayen
"Sekali lagi kamu memaki saya dalam hati maka tau sendiri akibatnya!" ucap Adhulpus
"Tidak bro sungguh!" jelas Brayen dan tak berani lagi berucap rahasia.
"Apa semua wanita yang selama ini kamu anggap pacar kamu mencintai mereka?" pertanyaan tuan CEO-nya itu membuat Brayen terdiam
"Benar juga, selama ini aku hanya menganggap mereka teman untuk berkencan sedang hatiku sedikitpun tidak tergerak akan cinta itu sendiri." batin pria tampan yang saat ini merenung akan sikapnya selam ini. Bahkan ia tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintai para wanita yang dikencaninya, hanya menggombal berkata mereka cantik dan seksi.
"Kenapa diam, apa kamu sudah menyadarinya?" membuyarkan lamunan sahabatnya itu
"Entahlah bro, aku tidak mengerti apa yang dinamakan cinta. Tapi jika cinta itu adalah ketulusan rasanya aku belum menemukan hal itu!" jelas Brayen
