3. Jatuh cinta pada pandangan pertama
Istambul University
Fakultas kedokteran universitas Istambul dianggap sebagai sekolah kedokteran pertama di Turki berdiri sejak tahun 1453. Dibagi menjadi dua pada tahun 1967 karena konflik administrasi dan pendidikan. Fakultas kedokteran dipisahkan menjadi dua yaitu fakultas kedokteran Istambul dan fakultas kedokteran Cerrahpasa. Cerrahpasa Journal of Medicine adalah salah satu platform terkemuka untuk publikasi medis di Turki.
Azqila Ziya Yildiz adalah wanita cantik blasteran Turki dan Kazakhstan, mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter di universitas Istambul.
Istinye park
"Stt aww!"
"Maaf!" ucap seorang pria tampan tanpa memandang wanita cantik itu, ia berjongkok memungut botol minuman kaleng yang terhambur
"Biar aku bantu," tawar Azqila melakukan hal yang sama
"Astaghfirullah!" saat tangan mereka tak sengaja bersentuhan ketika mengambil botol minuman kaleng yang tersisa di lantai. Azqila pun dengan cepat menghindar
"Aku bantu!" pria itu berdiri dan mengulurkan tangan padanya
"Tidak perlu, terimakasih!" menghindar
"Tidak apa-apa nona," pria itu semakin mendekat
"Tidak perlu tuan, terimakasih!" ucap Azqila yang saat ini sudah berdiri dan pandangan mereka saling tertuju.
"Maaf karena saya belanjaan tuan terhambur," ucap Azqila akan tetapi tak direspon oleh pria tampan itu. Saat ini ia tidak bisa berkata-kata karena terpanah akan keindahan rupa dari seorang wanita yang berada dihadapannya itu.
"Apa tuan mendengarkanku?" melambaikan tangannya kearah pria itu.
"Oh maaf!" ucap pria itu dengan senyuman malu dan kembali bersikap cool dihadapan wanita cantik yang menyita perhatiannya.
"Apa kaki nona tidak apa-apa?" pria itu menatap penuh love pada Azqila
"Tidak apa-apa," menundukkan pandangannya
"Siapa namamu nona?" tanya pria itu
"Azqila!"
"Saya Adhulpus!" ucap pria itu yang merupakan CEO muda
"Untuk menebus kesalahan saya karena sudah menabrak nona, bagaimana jika kita makan siang bersama?" modusnya
"Tidak perlu tuan, saya yang seharusnya minta maaf pada tuan." tolak Azqila
"Permisi tuan, saya sedang buru-buru!" ucap Azqila lalu pergi, ingin sekali Adhulpus menghentikannya akan tetapi ia seolah kehabisan kata-kata karena terpanah akan keindahan insan bernama Azqila itu.
"Azqila," Lirih Adhulpus dan tersenyum
"Hai bro!" sapa seorang pria pada Adhulpus
"Hai!" balasnya dan mereka berpelukan ala pria cool
"Mengapa kamu termenung disini?" merasa Aneh Brayen
"Hanya menikmati keindahan tempat ini saja!" alasannya
"Kenapa kawanku ini sedari tadi senyum mencurigakan?" tanya Brayen
"Tadi aku bertemu dengan seorang gadis," senyum lebar Adhulpus
"Pasti dia sangat cantik, makanya kamu tidak berhenti tersenyum karena memikirkannya!" tebak Brayen sahabat sekaligus asisten pribadinya
"Sama sekali dia tidak cantik, lebih tepatnya indah, bahkan diluar batas nalar manusia!" ucap pria tampan maskulin itu dan tersenyum penuh arti.
"Dia wanita yang sangat sopan!" ucapnya lagi
"Aku penasaran padanya, karena membuat CEO tampan ini tak henti-hentinya tersenyum dan memujinya!" goda Brayen
"Dia wanita muslim!" jelas Adhulpus karena melihat wanita tadi yang ditabraknya menggunakan jilbab
"Sebaiknya jangan terlalu memikirkannya bro!" Brayen mengingatkan sahabatnya itu
"Kenapa?"
"Kita berbeda keyakinan dengannya!"
"Ya elah bro-bro, dengan alien saja kita bisa bersahabat, apalagi dengan manusia. Dan banyak orang muslim yang bersahabat dengan non muslim. Mereka menghargai perbedaan dan tidak masalah!" Jelas Adhulpus
"Apa kamu yakin hanya ingin berteman dengan seorang wanita yang menyita perhatianmu, bahwa sudah mencuri hatimu?" tak percaya Brayen karena saat ini sahabatnya itu seolah dimabuk cinta pada pandangan pertamanya.
"Apa aku langsung menikahinya saja?" candaan Adhulpus
"Lebih baik jangan terlalu memikirkannya karena dia pasti memilih Tuhannya!"
"Aku tau kamu tidak mudah memikirkan seseorang, apalagi terkesan pada pandangan pertama!"
"Jika senyuman saja sudah wanita muslim itu dapatkan, tidak menutup kemungkinan hatimu juga ia dapatkan!" jelas Brayen yang mengerti sahabatnya itu
"Aku hanya ingin menjagamu agar tidak terluka!"
"Biarkan takdir yang menentukan hal itu, saat ini aku hanya ingin tau siapa wanita itu!" jelas Adhulpus dan tersenyum pada sahabatnya.
"Sungguh keras kepala!" gumam asisten pribadinya itu
Di Kediaman tuan Ahmed
"Assalamualaikum." ucap Azqila
"Waalaikumsalam." jawab pria tampan yang sudah berumur itu
"Baba!" tak percaya Azqila saat melihat ayahnya karena pria tampan yang berusia itu berkata akan pulang minggu depan kepada putri kesayangannya. Tuan Ahmed sangat sibuk pada pekerjaannya sebagai CEO
"Kejutan untuk putri Baba ini," peluk tuan Ahmed
"Bagaimana kuliah kamu sayang?"
"Menyenangkan,"
Sedang ditempat lain Adhulpus disibukkan dengan pekerjaan, bertemu dengan kliennya karena tujuan pria tampan itu datang ke Istambul adalah untuk urusan bisnis.
Saat semuanya berjalan dengan lancar dan para kliennya meninggalkan tempat itu, sedari tadi Adhulpus selalu memperhatikan wanita berhijab yang lalu lalang, sedang Brayen hanya tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya itu karena ia tahu saat ini pria tampan itu masih penasaran dengan wanita yang ia jumpai tadi.
"Apa yang sedang engkau lamunkan?" ucap Brayen memecahkan kesunyian dalam diri Adhulpus
"Bukannya tadi kamu bilang ingin kembali ke hotel beristirahat, mengapa ada disini lagi?" tanya balik CEO mudanya itu
"Apa kamu tidak bahagia dengan kedatanganku kembali?"
"Seharusnya sedari tadi kamu datang temani aku saat bertemu dengan klien!" ucap Adhulpus sedikit kesal.
"Tadi bukannya CEO dingin ini yang memintaku untuk beristirahat saja dan tidak mau ditemani?"
"Salahmu mengapa malah kesini lagi!" tak ingin mengalah
"Hai kamu belum menjawab pertanyaanku kawan, apa yang kamu lamunkan?" kepo Brayen padahal sebenarnya ia sudah tahu, tapi hanya ingin memastikannya saja.
"Aku tidak melamun!"
"Benarkah?"
"Tentu saja!" meneguk air mineral yang sedari tadi botol bening itu ia genggam
"Aku kira kamu sedang memikirkan putri Jasmin mu itu!" goda Brayen
"Azqila maksumu?"
"Namanya Azqila!" perjelas Adhulpus
"Azqila, nama yang cantik!" ucap Brayen
"Apa secantik orangnya?" kembali kepo sahabatnya itu dan Adhulpus hanya tersenyum tipis
"Apa besok kamu mau ikut denganku?" ajak Brayen
"Kemana?"
"Hagia Sophia"
"Temanku disini merekomendasikan tempat itu, ia berkata sangat indah"
"Bukannya itu tempat ibadah umat Islam?" perjelas Adhulpus
"Iya, tapi apa salahnya jika kita kesana untuk melihat keindahannya?"
"Mungkin saja disana bisa bertemu dengan wanita yang menyihir hati beku tuan CEO kita ini!" goda Brayen
"Mungkin saja!" senyum tipis Adhulpus
***
Keesokan Harinya
"Aku rasa kamu terlalu tampan kawan" goda Brayen
"Kapan aku jelek?" percaya diri seorang CEO muda yang katanya pria paling tampan dan berkarisma.
"Menyesal aku memujimu, aku lupa jika kamu adalah manusia paling narsis di muka bumi ini!"
"Bukankah ini ajaran darimu?" goda Adhulpus
"MasyaAllah indah sekali, sudah lama aku tidak kesini" ucap Azqila, saat ia dan sahabatnya berada didepan Hagia Sophia
"Azqila!" panggil seorang pria dan berlari menghampirinya
"Nona masih ingat saya?" ucap Adhulpus pada seorang wanita yang baru saja ingin masuk ke Hagia Sophia
"Iya saya ingat tuan, maaf saya harus segera masuk!" Azqila melangkah untuk pergi
"Sebentar!" menahan tangan Azqila
"Astaghfirullah, tuan tidak boleh memegang tangan seorang wanita yang bukan mahram tuan!" Azqila menarik tangannya
"Maaf" Adhulpus merasa bersalah
"Bolehkah saya berbicara sebentar dengan nona?" pintanya sedang Brayen hanya menatap dari jauh
"Maaf, tapi ini bukan tempat untuk mengobrol!"
"Aku tau itu, tapi bisakah kita berbicara ditempat lain?"
"Tapi saya ingin menunaikan sholat Zhuhur dulu, jika tuan ingin menunggu silahkan!" ucap Azqila
"Iya, saya akan menunggu!" tersenyum dan beranjak pergi menuju Brayen
"MasyaAllah tampan sekali pria itu?" ucap sahabatnya yang sedari tadi speechless tak percaya dengan apa yang dilihatnya seorang pria tampan dan berpenampilan menarik, seperti yang ada dalam hayalannya selama ini.
Azqila tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya itu.
Satu jam kemudian, Adhulpus yang terlihat gelisah menunggu Azqila keluar.
"Akhirnya dia datang juga!" senyum lebar pria tampan itu
"Jika kamu bertingkah seperti ini dia akan tau tanpa kamu mengatakannya!" ucap Brayen mengingatkan
"Bisakah kamu pergi dari sini!" usir Adhulpus
"Aku yang mengajakmu dan sekarang kamu mengusirku?" tak terima Brayen walau akhirnya ia mengerti juga.
Azqila berjalan pelan sembari menundukkan pandangan menghampiri Adhulpus bersama sahabatnya
"Maaf menunggu lama," ucap Azqila yang masih menundukkan pandangannya
"Tidak sama sekali!" dengan penuh senyuman
Adhulpus mengirim pesan kepada Brayen agar membantunya membawa pergi sahabat Azqila itu, agar ia bisa leluasa berbicara dengan wanita yang saat ini menjadi bayangan dalam pikirannya. Dan Brayen melaksanakan tugasnya dengan baik.
CEO muda itu mendekat tapi Azqila malah mundur.
"Kenapa?" penasarannya padahal selama ini semua wanita berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian pria tampan yang menjadi billionaire itu.
"Saya tidak akan macam-macam!" ucap Adhulpus dan melihat disekitarnya banyak orang yang lalu lalang.
"Tidak baik bagi perempuan dekat dengan laki-laki yang bukan mahramnya!" jelas Azqila
"Apa yang ingin tuan bicarakan?" lanjutnya
"Bagaimana kami bisa ngobrol dengan nyaman jika ia saja tidak menatapku dan menghindariku!" batin Adhulpus
"Maaf jika pertanyaan saya tidak sopan atau tidak wajar karena kita baru saja saling mengenal, tapi jika nona tidak ingin menjawabnya tidak apa-apa!" gugup Adhulpus
"Apa nona sudah memiliki pacar atau pasangan?" tanyanya dengan penuh harapan
"Ah, maaf jika pertanyaan ini tidak nyaman untuk nona." ucap Adhulpus karena melihat Azqila hanya terdiam.
"Saya tidak punya pacar ataupun pasangan tuan, dan tidak akan pernah pacaran. Karena keyakinan saya melarang hal itu, dan InsyaAllah semua manusia di Dunia ini sudah memiliki jodohnya masing-masing!" jelas Azqila
"Seperti apa pasangan yang nona cari, apakah seperti saya?" tersenyum simpul
"Kaya, baik dan tampan!" ucap Azqila
"Berarti itu saya!" senyum lebar dan percaya diri Adhulpus
"Tapi semua itu hanyalah Dunia!"
"Maksud nona?"
"Yang terpenting baik agamanya!"
"Tapi agama kami berbeda!" batin Adhulpus
"Apa hanya itu?" CEO muda nan tampan itu bertanya dengan suara beratnya.
"Iya, hanya itu tuan!" ucap Azqila dan tersenyum tipis
"Apa saya bisa masuk dalam kriteria nona?" ucap Adhulpus ingin memastikan
