Bab 004
Tasya keluar dari ruangan Kepala Kantor dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis, Daren yang melihatnya langsung menghampirinya.
"Kenapa sayang, kenapa kamu nangis" tanya Daren.
Tasya pun memberikan surat pemberhentiaannya kepada Daren, membaca itu Daren langsung kaget.
"Kenapa bisa? Ayo kita duduk disana" ucap Daren sembari merangkul tubuh Tasya menuju kursi.
"Ayo kamu jelasin pelan-pelan sama aku, kenapa ini bisa terjadi" tanya Daren lagi.
Tasya kesulitan berbicara, ia tidak bisa menahan tangisnya, benar-benar sakit hati diberhentikan dengan tiba-tiba, hanya sebuah keluhan tidak jelas yang Tasya pun tak pernah melayani dengan buruk.
Daren memeluk Tasya yang masih menangis, Tasya semakin menangis terisak dipelukan Daren.
"Kalau begitu aku antar kamu pulang aja ya, udah malem kamu istirahat aja, besok kalok kamu udah mendingan bisa cerita sama aku" ucap Daren sembari merangkul tubuh Tasya menuju mobilnya.
*
*
Dirumah Daren istrinya sedang menunggu kedatangan suaminya, bisa dibilang sudah 2 hari belum pulang, namun Alisya tidak berfikir aneh, karena penerbangan ke Amerika memang butuh waktu tempuh yang sangat lama.
Hanya saja mungkin Daren telat karena ada urusan penting dan mendesak, hingga membuatnya telat untuk pulang kerumah.
"Sayang kamu kemana sih, kok belum dateng-dateng juga" gumam Alisya.
Dia mondar mandir sedari tadi diruang tamunya, menurut hitungan jamnya, seharus Daren telah sampai dirumah, namun sedari tadi belum juga datang.
Tasya masih menangis disamping kemudi Daren, ia menatap ke arah luar jendela mobil, tatapannya lesu, tak menyangka dengan apa yang terjadi padanya.
"Sayang.. Kamu baik-baik aja kan" tanya Daren.
Tasya tak menjawabnya, pandangannya masih ke arah luar, menatap langit dari balik jendela mobil.
Sesampainya dirumah, Tasya diantar masuk oleh Daren sampai pintu masuk rumahnya, namun Daren tidak singgah ia langsung pulang setelah mengantar Tasya.
"Sayang, aku pulang dulu ya, kamu istirahat, besok kita ketemuan, kamu ceritain kejadia hari ini, ingat jangan nelfon aku ya! Nanti takutnya Alisya main hp aku" ucap Daren.
Tasya mengangguk lalu masuk kedalam rumahnya, Daren pun segera pergi pulang kerumahnya sendiri.
Sampa dirumah, Daren telah ditunggu oleh istrinya Alisya.
"Sayang, kamu dari mana aja? Kok telat banget pulangnya" tanya Alisya pada suaminya Daren.
"Iya aku minta maaf ya, ada urusan mendadak" jawab Daren.
"Ya udah kamu pasti capek kan, ganti baju aku siapin air hangat dulu, nanti kamu mandi dan berendam ya, aku sambil siapin kamu makan" ucap Alisya, Daren hanya mengangguk.
Benar-benar sudah tak lagi mencintai istrinya, perasaannya hanya untuk Tasya seorang.
Dirumah Tasya menangis kepada mamanya, ia memeluk erat mamanya karena tak sanggup dengan sakit hati yang dirasakan.
"Sayang kamu kenapa nangis nak, ada masalah apa dimaskapai, kamu berantem sama temen 1 tim? Atau sama Silvia, kamu kenapa sih sayang, jawab mama dong?" ucap ibu Rita mama Tasya.
Tasya yang masih terisak tangis mencoba menjawab pertanyaan mamanya.
"Ma.. Tasya.. Tasya dipecat ma!" ucap Tasya sambil melanjutkan tangisnya.
"Dipecat gimana maksud kamu?" tanya mama Rita bingung.
"Dipecat ma! Dipecat! Tasya diberhentiin jadi Pramugari, Tasya gak bisa berkarir lagi.. Heeeee heeeee" ucap Tasya semakin menjadi tangisnya.
"Kenapa bisa sayang, apa kesalahan yang kamu perbuat?" tanya Mama Rita.
"Tasya gak ada buat salah ma.. Tasya di DO karena keluhan penumpang, dan Tasya gak tau itu keluhan semacam apa, Tasya gak pernah punya masalah sama penumpang, Tasya melayani mereka dengan baik ma.."
"Sayang.. Yang sabar ya, kamu gak coba minta tolong sama temen kamu Daren"
Tasya menggelengkan kepala, "Daren belum tau detailnya ma, Tasya belum cerita semua ke Daren, Tasya gak bisa ngomong, Tasya cuman bisa nangis didepan Daren"
Mama Rita memeluk Tasya dan mengelus kepalanya.
"Yang sabar sayang, nanti mama coba bantu kamu selesain masalah ini" ucap Mama Rita.
"Tasya gak mau jadi pengangguran ma, Tasya malu kalok temen-temen Tasya tau kalok Tasya di DO"
"Iya - iya mama ngerti, kamu tenang aja mama bisa atasin ini" ucap Mama Rita menenangkan putrinya.
*
*
Keesokan harinya Mama Rita menemui Kepala Kantor yang dikepalai oleh Bpk. Mario, orang yang mama Rita juga kenal.
Ttok..ttok..ttok..
"Masuk"
"Pagi Mario, apakah kamu sibuk" sapa mama Rita.
"Rita!" ucap Mario kaget.
"Ada sesuatu yang ingin aku biacarakan kepadamu" ucap Rita.
"Ada apa, apakah sangat penting sehingga kamu ke sini" tanya Mario.
"Iya, ini benar-benar penting, menyangkut putriku yang kau berhentikan begitu saja, tanpa memberikan keringanan kepadanya" jelas Rita.
"Putrimu? Maksudmu Natasya Aulia!" kaget Mario.
"Iya dia putriku yang menjadi Pramugari di sini, aku harap kamu dapat mengembalikan pekerjaannya,"
"Jika dia putrimu berarti.." belum selesai Mario berbicara dipotong oleh Rita.
"Iya, jadi kuharap kamu berubah pikiran"
"Kurasa aku tidak bisa!" ucap Mario.
"Kenapa tidak bisa?" bentak Rita.
"Sebenarnya ini bukanlah keinginanku, aku sebenarnya tidak tega memberhentikannya begitu saja, terlebih sekarang aku tau bahwa dia putrimu, tapi.. Kurasa kamu juga akan mengerti jika kau tau dibalik semua ini" balas Mario.
Mama Rita pun sedikit tak mengerti dengan ucapan Mario.
"Apa maksudmu, siapa dibalik semua ini" tanya Rita.
"Bryan Pattinson, dia dibalik semua ini, dia menghubungi kementrian perhubungan, meminta untuk memberhentikan Pramugari yang bernama Natasya Aulia, maskapai Vans Air. Entah apa yang putrimu perbuat kepadanya sehingga dia ingin sekali putrimu diberhentikan" jawab Mario.
"Seberapa pengaruhnya pria itu, sehingga menteri perhubungan mematuhi ucapannya" tanya Rita.
"Kau tidak mengenalinya, dia sangat terkenal bisnis nya dimana-mana, kau tau Robert Pattinson?"
"Iya aku tau, jadi maksudmu dia putranya Robert Pattinson? Bryan Pattinson! Pantas saja, pasti pria itu juga menyuap menteri, lalu apakah tidak ada cara lain, agar putriku bisa kembali meniti karirnya?"
"Aku juga tidak tau Rit, atau putrimu meminta maaf jika memang dia melakukan kesalahan pada Tn. Bryan". Jawab Mario.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih telah meluangkan waktu, aku permisi" ucap Rita.
"Iya, sama-sama" balas Mario.
Mama Rita pun kembali pulang ke rumahnya, hendak memberitahu putrinya, detail dari masalah yang menimpa Tasya.
Namun Tasya tak ada dirumah, kamarnya kosong, area dapur pun juga kosong.
*
*
Tasya pergi menuju hotel, tempat ia akan bertemu dengan Daren, sesampainya disana Daren belum datang, jadi Tasya harus menunggu.
*
*
Daren buru-buru bersiap menemui Tasya yang sudah sampai di hotel, ia tak ingin Tasya kesal karena menunggu terlalu lama.
"Sayang kamu mau kemana buru buru banget?" tanya Alisya.
"Aaa, aku ada urusan sayang, jadi aku harus cepet-cepet sampai gak boleh telat" jawab Daren.
"Gak sarapan dulu?" tanya Alisya lagi.
"Gak, nanti aku bisa sarapan diluar, kamu sarapan aja sendiri ya, next kita sarapan bareng ya! Aku pergi dulu, bye..." ucap Daren, yang hanya melambaikan tangannya.
