
Ringkasan
Sejak malam itu, tubuh Tasya bukan lagi miliknya sendiri. Semua milik lelaki bernama Bryan—sosok pria yang terkenal kejam, dingin, dan tak punya hati. Bryan tak percaya cinta, tapi percaya bahwa tubuh bisa tunduk tanpa perasaan. Tasya dijadikan pelampiasan. Dipeluk, dicumbu, ditaklukkan. Dengan brutal. Dengan sadis. Dengan penuh hasrat yang menyakitkan tapi candu. Tasya benci dirinya sendiri—karena setiap kali disentuh, tubuhnya menggeliat meminta lebih. Dan Bryan tahu cara menghancurkannya perlahan, sambil membuatnya jatuh cinta di tiap erangan. Karena cinta ini gak pernah lembut. Cinta ini dimulai di atas ranjang, dan gak akan berakhir… …sampai Tasya hancur sepenuhnya dalam pelukannya.
Bab 001
Suara cecapan sepasang kekasih di toilet kamar mandi yang ada di salah satu Bandara kini sedang terjadi, kedua sepasang kekasih tersebut merupakan salah satunya seorang Pramugari dan bersama kaptennya seorang Pilot yang merupakan laki - laki sudah beristri namun belum memiliki seorang anak.
Gadis tersebut bernama Natasya Aulia yang biasa di panggil Tasya dan kaptennya bernama Daren Irawan yang biasa di panggil Daren.
Tasya telah kehabisan nafas karena telah cukup lama mereka melakukan adegan ciuman di toilet, namun Daren kekasihnya tak kunjung melepaskan ciuman itu karen dirinya belum puas, beberapa hari sudah tidak bertemu dengan Tasya, jadi dia merasakan kerinduan yang begitu besar.
Akhirnya Tasya pun melepas paksa ciuman itu secara paksa, dengan mendorong wajah Daren pelan.
"Sayang, kenapa dilepas aku belum puas," ucap Daren yang terdengar merengek seperti anak kecil di umur yang sudah dewasa ini.
"Cukup untuk hari ini, kita harus bersiap-siap untuk take off, kamu nanti di cari sama Rangga," balas Tasya dengan suara yang terdengar begitu lembut.
Rangga merupakan teman karib Daren yang berprofesi sebagai copilot di maskapai yang sama dengan mereka yang memang merupakan satu tim.
"Sebentar lagi sayang, nanti aku tidak fokus mengemudinya jika aku belum puas,"
Ucap Daren sembari melumat bibir seksi Tasya lagi, bibir seksi Dengan warna pink alami bertekstur kenyal, membuat orang yang melihat bibir nya ingin sekali mencicipinya.
Kedua bibir itu pun bersatu kembali, menimbulkan suara cecapan di toilet kecil tersebut. Entah sampai kapan Daren akan puas, sejatinya jika sudah mencium bibir Tasya yang tipis dan candu baginya, jelas tidak akan ada kata puas bagi Daren.
"Sudah cukup, ayo kita keluar nanti keburu ada yang lihat kita berdua," ucap Tasya dengan suara yang terdengar menahan kesal, karna kekasihnya selalu keras kepala dan tidak mau mendengarkan ucapannya ini.
"Baiklah, kalau begitu kamu keluar lebih dulu," Daren membukakan pintu toilet untuk kekasih gelapnya ini.
Tasya pun keluar lebih dulu, tak lupa ia melihat kesekitar area toliet agar tidak ada yang melihat nya. Setelah di rasa aman, ia akhirnya keluar dari toilet sempit tersebut karna di isi dua orang, sedangkan Daren memiliki tubuh yang besar dan kekar.
Ia berjalan dengan mengendap endap menuju toilet wanita yang terletak di sebelah toilet pria yang ia jadikan tempat berciuman dengan Daren.
Tasya masuk ke toilet dengan berusaha terlihat tenang agar tidak ada yang mencurigai nya, namun tak berlaku untuk sahabatnya Silvia Apriani.
Silvi tau bahwa Tasya simpanan sang kapten yang telah memiliki istri namun belum memiliki anak tersebut.
Silvi saksi dari perselingkuhan sahabatnya itu, bukan tak tau bahwa Daren memiliki istri, namun Tasya memang menyukai Daren sebelum ia menikah, tak hanya karena ketampanan yang di miliki oleh Daren melainkan ada seuatu yang Tasya lakukan di balik itu semua.
"Habis... Itu ya?" Ledek Silvi kepada Tasya, dengan menguncupkan kedua tangannya lalu menyatukan nya, siapa yang tidak paham dengan kode seperti itu.
"Ya... Seperti biasa," jawab Tasya dengan santai dan langsung merapikan riasannya di depan cermin toilet.
"Tambah lagi lipstik nya, udah luntur tuh dikecup Dar... Eh sorry sorry," Silvi hampir keceplosan, buru buru dia melipat kedua bibrinya.
"Hemm hati hati kalau mau ngomong, jangan sampai ada yang denger, minta lipstik kamu dong, aduh rambut aku juga berantakan lagi," ucap Tasya kesal sembari mengeructkan bibirnya yang tipis.
"Nih lipstik nya aku tunggu diluar ya?" kata Silvi sembari menyodorkan lipstik berwarna nude pada teman satu tim di maskapainya ini.
**
**
Hari ini penerbangan menuju Amerika, banyak penumpang yang hendak berlibur ke sana dan ada juga para pengusaha ataupun CEO perusahaan besar yang hendak melakukan perjalanan bisnis ke sana.
Semua pramugari telah stand by di pesawat guna menyambut para penumpang, Tasya dan Silvi juga telah berada di sana merapikan awak kabin dan bersiap menyambut para penumpang dengan baik.
Disana Tasya menyambut para tamu kelas VIP bersama Silvi, karena mereka yang tercantik namun kecantikan Tasya lah tetap pemenangnya, maka di atur untuk menjaga kursi VIP.
Tasya menyambut para tamu dengan sangat baik, menebarkan senyuman manisnya agar tidak menganggu pemandangan para penumpang pesawat jika ia berwajah judes.
"Selamat datang tuan, silahkan duduk," ucap Tasya dengan lembut pada salah satu penumpan laki - laki.
Daren masuk ke area VIP lalu membisikkan sesuatu ke telinga Tasya, kekasihnya.
"Sesampainya di Amerika, bersiaplah kita akan ehem di kamar hotel kamu," ucap Daren dengan berbisik di telinga gadis itu.
"Iya sayang..." Balas Tasya dengan suara lembut dan segera membalikkan tubuh kekasihnya agar segera menghilang dan tidak mengganggu pekerjaannya ini.
Daren pun segera menuju kokpit, tak lupa memberi senyuman kepada Tasya yang juga di balas dengan senyuman manis oleh gadis itu.
.
.
Pesawat tengah berada di ketinggian 40 ribu kaki, terlihat sosok pria tampan ddengan postur tubuh yang tinggi gagah dan berotot, pria itu melirik ke arah Tasya sedari tadi, saat pesawat belum take off sampai akhirnya take off.
Ia menatap lekat wajah dan tubuh Tasya yang cantik dan sexy, dengan porsi tubuh bak gitar Spanyol sangat terlihat jelas oleh roknya yang sedikit ketat, lekukan tubuh nya pun terlihat, yang paling disukai banyak lelaki adalah paras di wajahnya dengan pahatan yang nyaris sempurna.
Pria tampan itupun memanggil Tasya dengan telapak tangannya yang ia lambaikan ke hadapan gadis pramugari tersebut.
"Permisi, kemarilah nona," panggil Pria tampan itu.
Segera Tasya menghampiri ke seatnya berada.
"Anda memerlukan sesuatu tuan?" tanya Tasya dengan suara yang lembut dan senyuman manis.
"Tolong buatkan aku kopi yang manis ya.. jangan lupa yang manis," pinta Pria itu sembari tersenyum menyeringai pada Tasya.
"Baik tuan," balas Tasya, kemudian ia berbalik badan menuju belakang.
Pria yang mengenakan setelan jas mahal serta kacamata hitam yang membuatnya terlihat keren, terlihat jelas bahwa ia pasti seorang konglomerat kaya.
Tasya yang tengah membawa kopi ke arah pria tampan itu pun segera meletakkannya di atas mejanya.
"Selamat menikmati tuan, kalau begitu saya permisi," Tasya hendak berbalik, namun di cekal olehnya.
Pria tampan itu pun memberikan kartu namanya kepada Tasya, meminta gadis cantik itu untuk menghubungi nya.
"Ini nomor telfon ku, hubungi aku jika kamu butuh sesuatu" ucap Pria tampan itu sembari tersenyum smirk, pandangannya tidak tersingkirkan pada tubuh Tasya yang seksi serta wajahnya yang cantik.
Tasya hanya melihat kartu itu, ia berfikir bahwa dirinya tidak akan membutuhkan Pria di depannya saat ini, untuk apa? Dia sudah memiliki Daren yang juga tak kalah tampan dan kaya.
"Maaf tuan, saya tidak bisa menerimanya, mohon maaf sebelumnya saya pikir mungkin ini hanya pertemuan pertama atau terakhir kita, jadi saya rasa saya tidak membutuhkan ini," jawab Tasya tanpa menggunakan kata kata sombong seakan akan jual mahal.
Pria tampan itu bernama Bryan Pattinson keturunan Indonesia-Amerika, Wajah tampannya telah terekspos dimana mana karena bisnisnya yang terkenal. Bahkan perusahaannya memiliki banyak cabang, di luar negeri dan dalam negeri.
Tidak usah di bayangkan lagi seberapa kayanya pria itu, bahkan perusahaan pusatnya terletak di luar negeri. Sedang yang di dalam negeri merupakan anak perusahannya, mengapa pria kaya itu tidak memliki jet pribadi?
Karna jet pribadi miliknya mengalami kecelakaan sekitar 10 tahun yang lalu dan belum terfikirkan lagi untuk membelinya lagi.
Siapa yang tak mengenalinya dan menolaknya jika diberi nomor telfon, Tasya adalah wanita pertama yang ia beri nomor telfon, terkadang seorang wanita lebih dulu meminta kepada Bryan.
Tapi Tasya berbeda dia malah menolaknya, dan berfikir dia tidak akan membutuhkan Bryan.
Habislah Tasya telah menyinggung seorang Bryan CEO dingin dan kejam yang tidak bisa dibantah ucapannya.
Bryan menyeringai licik, menatap Tasya begitu tajam.
Pria itu menghela nafas kasar, "Kamu yakin dengan ucapanmu? Kau tidak akan membutuhkan ku" ucap Bryan dengan sorotan matanya yang tajam, di balik kacamata hitamnya.
"Yakin tuan, maaf bila anda tersinggung, saya harus kembali bekerja" ucap Tasya lalu pergi meninggalkannya tanpa mendengarkan ucapan pria itu lagi.
Bryan kesal sehingga mengepal kedua tangannya, ia sangat marah, namun ia tahan amarah itu, demi menjaga image nya. Melampiaskannya di depan banyak orang akan membuat reputasinya buruk, tapi dia tidak akan tinggal diam.
"Apa yang dia katakan?" Tanya Silvi kepada Tasya.
"Dia memberikan kartu namanya kepadaku, tapi aku menolaknya, lagian untuk apa!" Tasya terlihat begitu santai, dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah menyinggung perasaan CEO kejam tadi.
"Hohhh, kamu ini mentang-mentang punya Daren malah merasa tidak membutuhkan bantuan orang lain" ledek Silvi sembari menyenggol sikutnya, membuat Tasya tersipu malu.
*Perhatian pada seluruh penumpang untuk tidak beranjak dari tempat duduknya Karena pesawat akan landing dalam 10 menit kedepan. Untuk perhatiannya terima kasih*
Pesawat akhirnya telah sampai di bandara Amerika, semua penumpang segera turun dari pesawat.
Tampak para Bodyguard serta asisten Bryan memasuki kelas VIP untuk menjemput Bryan, dan menggiringnya turun dari belakang.
