Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Diselingkuhi

Dini tak pamitan lagi dengan Mike, ia tampak kecewa, entah itu apa? Sejak meenrika sebuah pesan anonim, ia jadi memburu langkahnya.

Hujan turun gerimis. Tidak deras, tapi cukup membuat kaca helm Dini buram. Ia baru keluar dari tempat spa langganannya, mengenakan jaket hitam dan celana jeans robek di lutut. Tapi bukan angin dingin yang membuat tubuhnya menggigil, melainkan isi pesan di ponselnya.

Foto itu.

Baim Dan Kiki.

Dalam kamar yang pernah jadi saksi dirinya dan Baim.

"Anjing..." Dini berbisik, suaranya tercekat.

Ia memeluk tubuhnya sendiri saat menunggu lampu merah. Nafasnya berat, mata merah, dan tangan gemetar memegang stang motor maticnya. Kata-kata dari pesan itu terus memutar di kepalanya, "Pacarmu suka pindah pelampiasan. Tapi jangan khawatir, dia tetap sebut namamu saat keluar. :)"

Drrtt...

Pesan lain masuk.

Foto kedua. Kali ini lebih jelas. Baim. Kiki. Di sofa kamar Baim.

Tangannya... di tempat yang tidak seharusnya.Dan Kiki meikmatinya.

Lampu lalu lintas berubah hijau. Tapi Dini tak langsung jalan.

Motor di belakangnya membunyikan klakson. Dini baru sadar, lalu tancap gas tanpa arah. Jalanan basah, bayangan lampu memantul seperti dunia ikut mengejeknya.

Ditempat lain, Kiki dan Sarah mempersiapkan diri untuk menjajakan tubuh molek mereka seperti biasa, mangkal disebuah Bar elite di dekat kost'an mereka.

"Eh, Baim bilang mau ngantarin kita, kebetulan temannya juga cari teman ranjang," ujar kIki sambil mengenakan gincu merah marroon nya.

"Ya sudah, ayok... Biar ngirit juga, aku kok merasa gak enak saja kalau gak ngasih tau Dini dulu,"

"Ahhh, dia gak akan marah kok!" ujar santai Kiki.

Disisi lain. Setibanya di depan gang kost, Dini mematikan motor. Matanya sudah bengkak. Tapi ia tidak akan menangis lagi. Tidak di depan mereka.

Tangannya menggenggam kunci motor seperti menggenggam senjata. Setiap langkah menuju pintu kost seperti dentuman bom di dalam dadanya. Nafasnya mulai tak teratur.

Tangga ke lantai dua dilalui cepat, tapi hening. Tak ada suara tawa Sarah atau jeritan norak Kiki seperti biasa. Mungkin mereka berpikir Dini belum mengetahuinya.

"Seperti suara motornya Dini, coba kita cek ke bawah,"

Dan,

BRANKKKK....

"KIKIIIII...,"

Baim yang baru keluar dari kamarnya pun sampao terkejut dengan suara teriakan Dini, bahkan ia melihat wajah kekasihnya yang terlihat sangat marah.

"Kamu kenapa beb, kok bukannya kusut begitu?"

Dini tidak menggubris kekasihnya yang langsung menuju kamar tempat ia, Kiki dan Sarah tinggal.

"Kamu kenapa sih?" tan

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Kiki.

"Kamu tahu nggak rasanya ditusuk sahabat sendiri?! Aku selalu membela kamu waktu kamu nggak punya tempat tinggal! Aku bela kami dari omongan orang, Kiki!"

Sarah kaget, dan di balik pintu ada juga Baim yang terkejut. Bahkan ia mulai menghindari mereka.

***

Di tempat lain, Pak Burhan suami pemilik kos mendengarkan kegaduhan di lantai atas pun meminta sang istri Mulyani untuk mengecek.

"Eh kamu ke atas dulu kayaknya dari kamar trio cakep itu deh,"

Mulyani menuruti permintaan suaminya, Ia memang terkenal sebagai istri yang sangat sayang dan terlampau memanjakan suami yang pengangguran itu. Ya tak sadar jika suaminya ada main dengan Sarah selama ini.

Tiba-tiba, seorang sepupunya juga ikut bergerak. Namanya Nindy. Ia menengadah, menatap Mulyani. Lalu, menoleh ke kanan kiri. Dan bergegas memberi kode agar tidak bersuara.

"Ssst!"

Jari telunjuk ia letakkan ke bibir Mulyani," sudah biarin saja, malah bagus kalau mereka berkelahi bila perlu sampai jambak-jambakan, sudah kamu di sini saja tak usah ke atas," ia tersenyum.

Mulyani yang polos juga ikut tersenyum.

"Sini makan rujak sama aku gak usah gubris,"

Memasuki kamar kost sang sepupu, Mulyani tak jadi melerai.

Di lantai atas Dini dan Kiki saling adu mulut.

"Kamu tahu kan dia pacarku, enak banget kamu tidur sama dia,"

Baim yang mendengarkan ucapan Dini langsung melenggang masuk ke dalam kamarnya, ia terlihat ketakutan.

"Apa maksudmu?"

Meraih handphone dari saku celananya, ia langsung menunjukkan sebuah foto tepat di muka Kiki.

"Buat apa kamu keluar dari kamarnya Baim sampai pakai baju terbolak-balik," tanya ketus Dini.

Sarah dari tadi hanya duduk di pinggir ranjang dan terdiam, dia juga bingung dari mana Dini bisa mendapatkan foto itu.

"Aku hanya nganterin alat charge saja yang aku pinjam dari Baim, siapa sih yang berani memfitnah aku?" kilah Kiki."ini juga dari pesan anonim dan lu percaya,"

Amarah Dini mulai redup, ia sepertinya menyadari kesalahannya karena mempercayai pesan anonim yang tak jelas itu siapa.

"Begini saja deh kamu duduk dulu nanti kita bicarakan sama-sama, dan usahakan baik-baik ya," Sarah berdiri sambil menutup pintu kamarnya." Nggak enak kalau didengar sama anak kost yang lain,"

Kiki mulai duduk, sedangkan Dini menyandarkan tubuhnya pada tembok.

"Shit..."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel