Tentang Wulan
"Git. Mama kamu suka nggak ya kalau dibeliin parfume ini," katanya menunjukkan parfume The Body Shop.
"Suka banget. Apalagi harganya mahal, Mama aku suka beli parfume yang mahal-mahal. Tapi, seharga satu jutaan ke atas. Kalau ratusan, biasa dia beliin untuk pembantu," cerita Gita, pamer ke Wulan.
"Ya sudah kita beli ini aja Secret Viktoria. Harganya sejuta lima ratus ribu rupiah," kata Wulan dan dia menuju kasir, membayar semua barang yang dia ambil dari tempatnya tadi.
"Tiga juta dua ratus dua puluh lima ribu rupiah," sebut perempuan muda di bagian kasir itu, pada Wulan.
Wulan pun menyerahkan kartu kredit miliknya.
"Git. Aku main ke rumah kamu ya. Boleh kan?" kata Wulan saat menuju perjalanan pulang.
"Kangen sama Mama kamu. Sekalian mau ngasih parfume kesukaan Mama kamu ini."
"Iya....boleh pakai banget. Ayo kalau begitu langsung on the way ke rumah aku, setelah dari mall." jawab Gita sembari memainkan ponselnya.
***
Dengan kecepatan 80 km/ jam , mobil Wulan melaju menuju rumah Gita.
Seperti biasa, sampai rumah, Wulan langsung nimbrung di dapur, bantuin Mama Gita kalau waktu masak.
"Assallamuallaikum Tante. Apa kabar.'' sapa Wulan ke mamanya Gita.
"Wah kedatangan tamu cantik, hari ini," celetuk mamanya Gita.
Wulan langsung cium pipi kanan dan cium pipi kiri Mama. Seketika Mama Gita menggiringnya ke ruang meja makan. Karena, disana sebuah hidangan kesukaan Gita, sudah terhidang.
"Ini tadi Tante lagi buat risoles kesukaan Gita. Ayo cicip dulu," kata mama Gita mempersilakan tamunya mencicipi makanan buatannya itu.
Tak lama, kulihat Wulan menyerahkan parfume yang dia belikan untuk mamanya Gita.
"Tante, ini Wulan beliin parfume kesukaan Tante. Kata Gita, kesukaan Tante banget. Secret Viktoria. Maaf ya Tante, kadonya telat. Kemarin kan Tante ulang tahun ya?!" sebut Wulan sembari menyodorkan parfume itu ke Mamanya Gita.
"Seriusan? Mimpi apa ya Tante semalam dikasih parfume mahal seperti ini," kata mamanya Gita dengan wajah sumringah karena bahagia.
Tapi, di sisi lain, melihat itu, rasanya Gita ingin menendang wajah Gita Karena sebenarnya dia adalah musuh terselubung Mama.
Mama Gita nggak tahu siapa sebenarnya Wulan.
Mama Gita dengan senang hati, menerima kado pemberian Wulan.
"Eh tapi tunggu. Siapa yang kasih tahu ya kalau Tante ulang tahun kemarin," tanya Mama Gita bingung.
"Ya tahulah Tante. Kan Gita cerita sama aku," sahut Wulan meyakinkan mamanya Gita.
Gita mengernyitkan dahinya, bingung. Mencoba mengingat-ingat apa benar dia pernah cerita ke Wulan.
"Hmm....dia pembohong. Padahal aku nggak pernah merasa bercerita sama dia. Pasti dia dikasih tahu sama Papa. Dasar perempuan licik, nan pembohong," maki Gita dalam hati.
Gita ke kamar, karena mau ngecas ponselku yang dari tadi low baterainya.
Sedangkan Wulan, sibuk cari muka, dengan membantu pekerjaan Mamanya di dapur.
"Tante, aku jadi asisten Tante aja ya. Biar Tante nggak kewalahan ngerjain pekerjaan rumah," canda Wulan sama Mamanya Gita.
"Ih...Tante nggak sanggup bayar gajinya. Lagian pembantu Tante libur. Pulang kampung. Ngapain juga banyak-banyak asisten rumah tangga. Nanti Tante nggak sanggup bayar gajinya," cerita Mama Gita, seperti serius.
Wulan terkekeh mendengar jawaban Mama. Sudah setengah jam Gita membiarkan Wulan di dapur sama Mamanya. Entah apa yang dia bicarakan sama Mamanya Gita, Gita nggak terlalu ambil pusing.
***
Gita terus mencari cara bagaimana memergoki Wulan sama papanya. Kalau mereka sudah kedapatan berdua, Gita akan buat perhitungan sama mereka.
"Git....Wulan buatin minum es teh.....pasti dia haus," teriak Mama dari dapur.
Aku pura-pura nggak dengar.
"Git...sini sayang. Buatin Wulan minuman. Gimana sih, dari tadi nggak dibuatin apa-apa," protes mamanya mengulangi permintaannya ke Gita.
Tak lama, Gita mendengar langkah kaki mamanya menuju kamar. Tapi, Gita pura-pura tidur.
Karena Gita merasa masih malas melayani Wulan.
"Andai Mama tahu siapa Wulan, pasti Mama bakal buatin minuman yang dicampur racun tikus, biar dia mampus. Hahahahahah!" kata Gita membatin.
"Ya ampun, temannya datang dia malah ngorok di kamar," celetuk Mamanya. Gita pun dengan jelas mendengar kata-kata mamanya itu.
Mamanya pun kembali menutup pintu kamar Gita.
"Git....aku balik ya.....," kata Wulan pamit sama Gita, sembari mengetuk pintu kamar Gita.
"Hmmm.....iya," sahut Gita, menjawab dengan malas, tanpa membuka pintu kamarnya.
"Kamu pasti capek ya. Lanjut tidurnya, aku balik dulu ya. Besok aku main lagi kesini," teriak Wulan dari balik pintu kamar.
Mamanya masuk kamar, menyalakan lampu kamar Gita yang terlihat gelap sejak sore kedatangan Wulan tadi.
"Jam berapa ini Ma?" tanya Gita sambil menggeliat.
"Sudah mau jam 19.00 wib." jawab mamanya.
"Mandi sana sayang," perintah mamanya. Tapi, sepertinya Gita masih malas bangkit dari tempat tidurnya itu.
"Eh kita mau makan di luar sama papa kamu," kata mamanya Gita memberi info.
Gita angsung menegakkan tubuhnya.
"Beneran, Ma, ya?!" tanya Gita setengah tak percaya.
"Iya papa kamu mau rayain ultah Mama," jelas mamanya, membuat Gita langsung ngeloyor ke kamar mandi.
"Ya sudah Ma. Mandi dulu ya. Tidur aku lama banget tadi ya. Ma?!'' sesal Gita.
"Kamu capek ya, pasti sayang,'' ungkap Mamanya.
"Ya sudah, sekarang lanjut mandi sana," perintah mamanya mengulang-ulang dan penuh penekanan.
Setelah mandi, Gita langsung menemui Mamanya. Dia katakan sama Mamanya kalau parfume itu sebaiknya jangan dipakai. Mama Gita jelas terlihat bingung. Karena Gita melarang memakai parfume itu.
Meskipun mamanya bingung, Gita belum bisa menjelaskan alasannya.
"Hmm...Mama tahu. Jangan-jangan ini parfumenya mau kamu minta kan?" tebak Mamanya to the point.
Gita langsung menepis anggapan Mamanya itu.
"Kenapa sih kamu ini? Kamu baru saja kelahi sama Wulan? Sampai tiba-tiba berubah nggak suka begitu sama dia?" tanya Mamanya heran.
Sekali lagi Gita mengatakan kepada Mamanya, nggak bagus pakai produk itu. Gita pun mengarang cerita kalau parfume itu dibeli Wulan dari uang yang dia minta paksa dari orang tuanya.
"Dia itu Ma, suka memaksa minta uang sama Mama Papanya. Mau ya Mama, pakai parfume dari hasil minta dengan cara paksaan? Wulan itu nggak bisa menghargai orang tuanya Ma," kata Gita, yang terpaksa menjelek-jelekkan Wulan di depan Mamanya.
"Hah... masa iya. Sepertinya Wulan nggak kayak begitu?" kata Mamanya seolah membela Wulan.
Akhirnya, Gita nggak mau meneruskan perdebatan itu.
"Terserah deh, Ma. Mau percaya atau nggak," celetuk Gita kesal, langsung masuk kamar lagi.
"Nggak boleh negatif begitu, menilai orang lain," kata Mama Gita, menasehati.
"Belain terus, si calon pelakor itu, Ma." andai aku berani mengatakan itu ke Mama.
"Pasti Mama akan membuang minyak wangi pemberian Wulan itu. Kalau Mama tahu dia pelakor, pasti Mama bakal jijik menerima kado parfume itu." gumam Gita lagi.
"Nih....dia chat Mama." kata Mamanya sembari menunjukkan chat Wulan.
"Semoga suka ya Tante parfume dari Wulan tadi," tulis Wulan, saat mengirim chat di HP Mamanya.
"Sini Ma, aku yang bilang ke Wulan, kalau Mama nggak suka parfumenya,'' kata Gita sewot.
Mamanya nggak respon saat Gita mengatakan itu.
"Suatu hari nanti, Mama pasti akan benci banget kalau tahu identitas Wulan yang sebenarnya." gerutu Gita.
"Dia suka memaksa minta uang pada orang tuanya?" tanya Mamanya heran.
Gita hanya menaikkan kedua pundakku, dan berlalu dari hadapan Mama.
"Eh belum selesai ngobrolnya, main tinggal aja. Gimana anak satu ini. Nggak sopan banget sama orang tua," protes mamanya yang mencoba menghentikan langkah Gita, tapi percuma karena Gita tetap beranjak pergi dari hadapan mamanya.
Gita menghidupkan musik di kamarnya. Tapi, suaranya pelan. Lalu, dia melanjutkan tidur lagi. Karena masih ngantuk.
"Kali ini kamu jadi ratu di depan Mama. Awas aja kamu, Wulan. Tunggu pembalasan aku!" ancam Gita masih bicara sendiri.
***
"Sayang. Siap-siap yuk! Papa kamu mengajak kita malam."
"Tumben kamu hari ini seharian tidur. Papa kamu sebentar lagi on the way ke rumah. Cepet siap-siap sana," perintah Mama Gita.
"Nggak ah Ma. Nggak lapar. Mau lanjut tidur lagi. Lagian ini sudah jam 21.00 wib, mau keluar juga malas Ma," jawab Gita masih posisi rebahan di kasurnya.
"Temani Mama, makan yuk. Ini kan ulang tahun Mama, " ajak Mamanya lagi, mencoba membujuk Gita.
"Nggak mau Ma. Malas makan," tegas Gita. Hingga akhirnya Mama menyerah. Dia pergi sendiri.
"Biar romantis, Mama sama Papa aja berdua makan malamnya," kata Gita memberi saran.
"Papamu bilang, suruh ajak Wulan," kata mamanya sambil mendekat ke arah Gita.
"Kenapa harus Wulan sih Ma? Hana kan bisa?" protes Gita.
"Kata papa kamu, kamu akrab sama Wulan," sebut mamanya lagi.
"Gimana kalau Hana dan Wulan aku undang makan malamnya." usul Gita serius.
Lama, papa menjawab usulan Gita.
"Boleh banget, Gita. Mereka kan kawan akrab kamu," sahut Mamanya.
Gita mencoba menoleh ke arah papanya. Dia terlihat seperti nggak respon saat mamanya mengatakan itu.
"Ma. Mendingan aku nggak usah ikutan aja Ma." Gita buru-buru meninggalkan keduanya.
Dengan keras, Gita merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia masih berpikir keras bagaimana caranya mengatur strategi agar bisa membuka rahasia papanya bersama Wulan.
***
Pulang sekolah, di halte. Wulan mendekati Gita. Dia bilang minta maaf karena tak bisa memenuhi undangan makan malamnya.
"Git. Maaf ya aku nggak datang ke acara makan malam Mama dan Papa kamu."
Gita hanya diam. Tapi, dia juga bingung. Padahal, dia nggak ada chat Wulan.
"Kamu datang atau nggak datang, nggak masalah," sahut Gita masih acuh tak acuh.
"Git kamu marah ya. Maaf ya. Aku bener-bener nggak bisa datang. Ada janji sama kawan aku. Waktunya berbarengan." jelas Wulan panjang lebar.
"Lupakan saja undangan itu. Sudah berlalu." tegas Gita.
Akhirnya mereka berpisah.
***
"Aku punya foto hot tentang Mister Bram dan Nona Wulan, sang DJ seksi itu." Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal Gita. Mengirimkan pesan meresahkan itu ke Gita.
Gita buru-buru mencoba menelepon si pengirim pesan itu. Tapi nomor whatsappnya sudah tak aktif lagi.
"Sialan!" kata Gita membatin kesal.
Berulang kali Gita membaca pesan itu. Mencoba membalas pesannya, hanya centang satu. Artinya si pengirim chat sudah menonaktifkan nomor whatsappnya.
Berhari-hari, Gita menunggu balasan dari si pengirim chat misterius itu.
Bahkan, sudah sepekan, chat yang dia kirim juga masih centang satu.
"Muncullah kamu. Manusia sialan!" pekik Gita dalam hati penuh emosi.
Karena, dia merasa dipermainkan seseorang yang tak dikenal.
*Nomor yang anda hubungi sedang berada di luar jangkauan." Demikian pesan suara yang Gita terima saat mencoba menghubungi nomor ponsel pengirim chat misterius itu.
"Nomor dia pasti sudah dibuang. Ditelepon dengan panggilan biasa, tak bisa. Ditelepon lewat WhatsApp juga nggak bisa. Benar-benar sialan banget orang seperti dia!" gerutu Gita masih penasaran dengan pengirim chat itu.
Bahkan, dia juga berusaha melacak jejak digital si pengirim chat itu. Tapi, usahanya sia-sia.
Pergi ke kantor polisi. Gita melapor telah mendapat teror chat dari seseorang yang tak dia kenal.
Namun, usahanya itu nihil. Hingga akhirnya dia menyerah.
"Menunggu keajaiban, siapa tahu ada petunjuk untuk menemukan jejak misteriusmu!" demikian Gita menulis pesan di status di media sosialnya.
"Siapa nih?" tanya Hana merespon status yang ditulis Gita.
"Some one. Hahahahahah!" seloroh Gita penuh canda. Dia belum ingin menceritakan masalahnya sama Hana. Karena menurut Gita, belum waktunya.
"Eh siapa?" desak Hana.
"Nanti aku ceritain ya. Sekarang masih rahasia," kata Gita mengelak.
"Hmmmm. Main rahasia-rahasia segala sama aku." celetuk Hana.(***)
