Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ngerumpi

Adzan ashar baru saja dikumandangkan. Irma, mulai benar-benar sibuk menyambut tamunya. Sedangkan Gita, mengunci diri di kamarnya. Irma pun meneriaki anak gadisnya itu, untuk mempersiapkan acara arisannya.

''Git......bantu mama.'' teriaknya, sambil menggedor-gedor pintu kamarnya. Karena, Irma mencoba menggerakkan gagang pintunya, ternyata pintu kamarnya itu dikunci Gita dari dalam.

Nggak ada jawaban. Gita sengaja nggak menyahut panggilan mamanya itu.

''Perasaan ini anak tadi baru saja ngobrol bareng. Eh sekarang masa iya tidur?'' gerutu Irma kesal.

''Punya anak gadis, tapi seperti cowok. Susah minta ampun kalau diminta bantuan kerja rumah. Mana pembantu lagi pada libur. Nasib, lagi buat acara, nggak ada yang bantuin.''

Tiba-tiba Gita menghambur dari balik punggung mamanya.

''Apa, Mama sayang. Ngomong sendiri, seperti.....,'' Gita tak melanjutkan kalimatnya.

Spontan Irma pun langsung mencubit paha kanan Gita seperti cubitan gigitan semut.

''Ih sakit tahu Ma....!?'' teriak Gita mengaduh kesakitan.

''Makanya bantuin mama,'' perintah Irma memaksa.

''Baiklah Nyonya Bram, akan saya bantu,'' canda Gita.

***

''Kuenya enak-enak ya jeng,'' puji salah seorang dari mereka, Hartati.

''Git...kemarin shoping apaan sama papanya. Tante lihat, gandengan tangan, kompak banget sama papanya.'' celetuk Hartati di depan Irma.

''Hmm...dia kalau disuruh shoping, nomor satu!'' jawab Irma sembari menoleh ke arah anak gadisnya itu.

Mendengar itu, Gita heran. Perasaan dia nggak pernah shoping sama papanya.

''Dia kalau di luar nggak pakai hijab kan ya? Hampir saja aku pangling sama anak kamu itu. Tapi, aku lihatnya dari jauh. Dia jalan sama papanya.'' cerita Hartati panjang lebar.

Irma masih belum fokus mendengar kata-kata Hartati. Karena, dia juga sedang asik mengobrol dengan jeng-jeng sosialita lainnya.

Karena sedikit dicuekin sama Irma. Akhirnya Hartati pun tak melanjutkan cerita tentang dirinya yang melihat Gita bersama papanya itu.

''Ayo habiskan ya Jeng-Jeng,  kue dan makanan yang ada ini.  Semua saya pesan khusus buat acara kita,'' kata Irma mempersilakan tamunya menikmati semua hidangan yang ia suguhkan sore itu, di acara arisan.

''Bawa balik, bungkus, boleh nggak?'' tanya salah seorang dari mereka, iseng.

''Boleh....boleh.....'' jawab Irma penuh persahabatan.

Perlahan, percakapan antara Jeng-Jeng sosialita itu memanas. Gita sendiri mulai nggak nyambung apa yang dibicarakan sama grup emak-emak kelas atas itu.

Gita pun mulai pusing, kalau harus ikut nimbrung disana. Setelah dia menyelesaikan tugasnya membantu mamanya, dia pun beranjak pergi, menuju kamarnya.

''Semakin lama, nimbrung bareng mereka, aku semakin pusing mendengarnya. Pembicaraan tentang orang dewasa. Parah banget. Mereka nggak punya perasaan, meski aku terlihat ada di hadapan mereka. Aku kan masih anak di bawah umur. Nggak pantas mendengarkan cerita emak-emak itu. Tapi, ini salah aku, kenapa harus nimbrung diantara mereka.'' gerutu Gita, dalam hati, kesal.

***

Waktu menunjukkan pukul 22.00 wib.

''Ya ampun ini jam berapa.'' kata Gita terbangun dari tidurnya. Ia baru teringat. Pintu kamarnya memang dia kunci dari dalam, sehingga mamanya tak bisa masuk sembarangan.

Tak terasa, Gita tertidur di kamarnya, sejak dia berusaha menghindari dari emak-emak sosialita yang tak lain adalah tamu mamanya itu.

''Heran banget, apa saja yang diomongin emak-emak itu. Sudah jam segini, mereka  nggak  balik-balik.''

Niatnya mau keluar kamar. Tapi, dia urungkan, setelah mendengar suara tawa lepas emak-emak yang bebas di ruang tengah.

''Mau sampai jam berapa sih cekikikan seperti itu.'' gerutu Gita lagi, kesal. Dia pun kembali merebahkan badannya di tempat tidur.

Bersamaan dengan itu, Gita berusaha memejamkan matanya lagi untuk sesi kedua. Namun, usahanya itu sia-sia. Matanya tak ingin terpejam lagi.

''Tadi, Tante Hartati cerita ke mama, dan aku mendengar juga. Kalau kemarin papa dikira shoping sama aku. Perempuan yang dikira aku itu, lepas hijab. Sedangkan aku, nggak pernah lepas hijab sama sekali, kalau jalan-jalan keluar!''

''Tersangkanya pasti Wulan!''

''Ya....pasti Wulan ngajak shoping ke Mall, sama Papa.''

Berbagai dugaan negatif, langsung tertuju ke satu nama. Tersangkanya, siapa lagi kalau bukan Wulan! Wulan nggak pakai hijab. Mungkin, tante Hartati mengira, Wulan itu adalah aku!

''Kita lihat saja, Wulan, sampai kapan kamu terus menguras uang papa aku!''

''Tenang Git. Cepat atau lambat, semua akan terbongkar. Tuhan akan menunjukkannya padamu, lewat orang-orang yang dipilih oleh-Nya.'' kata Gita memberi motivasi kepada diri sendiri.

Besok, di sekolah, Gita ingin tahu, apa yang dipamerkan Wulan ke dirinya. Seperti biasa, kalau Wulan berhasil membeli barang-barang kebutuhannya yang mahal-mahal, pasti dipamerkan ke Gita dan ke Hana.

***

Di sekolah, dilihatnya Wulan memakai jam tangan model terbaru. Ditaksir Gita, itu harganya lebih dari tiga juta.

''Keren ya,'' kata Gita memuji benda mahal yang melingkar di pergelangan tangan kiri Wulan.

''Pasti mahal ya.''

''Tau aja sih. Kata Mama aku, ini jam branded.'' jelas Wulan.

''Oh itu kiriman mama papa kamu?'' tanya Gita ingin menguji kejujuran Wulan.

Dengan pedenya, Wulan menjelaskan bahwa jam itu memang hasil kiriman kedua orang tuanya yang lagi jalan-jalan ke Swiss.

''Orang tua kamu suka keliling dunia?''

''Nggak juga, Git. Sebulan paling tiga atau lima kali, perginya.'' sebut Wulan. Tapi, dalam hati, Gita sama sekali nggak percaya dengan cerita-cerita Wulan.

''Dasar pembohong! Kamu itu perampok harta papa aku!'' kata Gita membatin kesal pada Wulan.

''Kenapa kamu nggak ikutan kalau mereka sering-sering jalan ke luar negeri?''

''Nggak. Ngapain. Sudah bosan, Git!'' jawab Wulan, sombong.

***

Pulang sekolah, Wulan ngajak Gita dan Hana makan ayam KFC. Katanya, dia yang akan mentraktir.

''Hore....'' kata Hana penuh kegembiraan.

''Rejeki teman sholehah, memang nggak kemana!'' imbuh Hana.

''Yuk buruan!'' ajak Wulan.

Selain mentraktir makan, dia juga ngajakin nonton Film  KKN di Desa Penari.

''Yuk mau mau...mau....kalau diajakin ke  bioskop,'' pekik Hana lagi.

''Iya yuk, kita berangkat sekarang,'' ajak Wulan.

''Aku pakai motor sendiri saja. Kita ketemu di bioskop.'' kata Hana memberitahu ke Wulan.

Namun, demi kebersamaan, Wulan menawarkan diri untuk ikut serta di mobilnya.

''Pakai mobil aku saja semua.''

Gita pun memberitahu papanya, dia nggak usah dijemput.

''Eh Git....kamu belajar pakai mobil sendiri, biar enak, bisa kemana-mana sendiri. Seperti Wulan. Dan.....aku nanti bisa nebeng kamu. Hahahahahahah.'' sebut Hana memberi saran.

''Mau sih. Tapi, mama aku belum ngasih izin. Kata mama, enam bulan lagi, kan sudah lulus.'' jelas Gita.

''Kalau papa aku, ngasih aja. Katanya, aku kan sudah dewasa. Jadi, ya aku diminta jaga diri saja. Sempat belajar sama papa, tapi mama nggak tahu. Kalau dia tahu, aku pasti kena marah. Xixixix!'' jelas Gita panjang lebar.

''Ya sudah, kamu belajar sama papa kamu, diam-diam saja. Jangan sampai mama kamu tahu. Nanti, kalau kamu tiba-tiba bisa, pasti mama kamu oke oke saja. Malahan, dia bisa minta anterin kamu, kalau mau ke pasar.'' imbuhnya.

''Iya....juga sih.'' kata Gita menimpali.

Tak lama, mereka pun tiba di KFC. Disana, mereka tertawa dan makan bersama, seperti nggak ada masalah. Setelah acara makan-makan selesai, mereka menuju ke tempat berikutnya, bioskop XXI, untuk menyaksikan keseruan film KKN Desa Penari.(***)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel