Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Arisan Mama

Jam 11.00. Minggu pagi, niat Gita mau tidur seharian. Nggak kepingin kemana-mana.

''Eh anak gadis kok kerjanya bangun siang-siang.'' kata Mamanya yang mendapati Gita masih terlelap di kamarnya.

''Ngantuk ma,'' jawabnya masih dengan posisi rebahan di kasurnya.

''Hmm...anak gadis pemalas. Minggu itu, biasanya beres-beres kamar. Nyapu halaman. Siram bunga atau bantu mama cuci piring.'' ungkap mamanya, tanpa jeda.

''Ih....Mama ini, minggu itu ya waktunya istirahat. Bukan malah kerja sampai capek.'' celatuk Gita yang mulai membuka kelopak matanya.

''Ke pantai aja yuk Ma,'' ajak Gita.

''Jangan ah. Nanti sore ada kawan Mama mau datang. Acara arisan.'' jelas mamanya.

''Hmmm....kapan sih Ma, ada waktu buat jalan sama anak sendiri.'' protes Gita dan dia malah memperbaiki posisi tidurnya, supaya lebih nyaman.

Mamanya mendekat ke bibir ranjang. Lalu menarik jempol kaki Gita, sedikit kuat. Hingga Gita mengaduh kesakitan.

''Aduh....Ma....sakit tahu!''

''Ya sudah, sana beres-beres. Anak gadis tapi pemalas. Mana empat bulan lagi sudah mau lulus. Terus nikah ya?'' kata Irma mengajak anak gadisnya itu bercanda.

''Nggak lucu tahu Ma. Siapa yang mau nikah?!'' kata Gita bersungut-sungut, menahan emosi.

''Ya ela.....begitu saja anak Mama ini sudah emosi.'' katanya lagi mencoba menggoda Gita.

Tak lama, Gita bangkit. Diraihnya handuk. Lalu menuju ke kamar mandi. Biasanya, Gita mandinya paling lama. Untung saja di kamarnya ada kamar mandi pribadi. Mau berjam-jam di kamar mandi, nggak masalah.

''Ya ampun, kamu ini sudah satu jam di kamar mandi. Ngapain aja?''

''Ma....lapar nih.'' keluh Gita manja.

''Ya tinggal makan, sana! Di meja makan sudah ada sarapan. Lagi pula, siapa suruh bangun siang. Bangun tidur pasti lapar. Makanya cepetan mandinya. Seneng banget, mandi sampai berjam-jam.'' masih kata mama Gita, ngomel-ngomel sama anak gadisnya itu.

Selesai mandi, Gita pun bergegas menuju meja makan. Dilihatnya ada sayur asem, goreng tempe, ikan benggol, sama sambal terasi.

''Ma.....kenapa sih masaknya yang enak-enak. Berat badan aku bisa nambah terus nih?!'' kata Gita, sambil terus mencicipi tempe gorengnya.

''Anak yang aneh. Itu kan makanan sederhana. Biar kamu semangat makannya. Papa kamu juga sebentar lagi datang. Kalau mau sarapannya bareng papa kamu, ya tunggu saja sampai dia balik.''

Mama Gita terlihat asik memainkan ponsel genggamnya.

''Ma.....kenapa ya....di jaman sekarang ini, nggak orang tua, nggak anak-anak, kenapa mereka pada mengalami autis?! Serius nanyak nih Ma!'' seloroh Gita.

''Hmmmm....maaf. Mama bener-bener sedang sibuk mempersiapkan acara arisan sore nanti, Git. Maaf ya. Maksud kamu, Mama juga autis begitu ya, karena main ponsel terus.'' aku Irma, to the point.

''Hmmm....nggak juga Ma. Aku nggak ada sebut mama ada dalam lingkaran itu.'' ungkap Gita mengklarifikasi kalimatnya itu.

Mendengar kalimat Gita, Irma meletakkan ponselnya jauh-jauh dari posisi mereka berdua.

''Ya sudah. Minggu depan Mama janji, bakal luangin waktu buat ke pantai.'' janji Irma. Gita pun menyambutnya dengan riang gembira.

''Sayang....bantuin Mama ya nanti, kalau kawan-kawan Mama datang. Banyak soalnya, sayang. Ada sepuluh orang.'' pinta Irma penuh harap.

''Jadi, menu makanannya apa Ma?''

''Mama order makanan di restoran, satu paket lengkap untuk 15 orang. Ada lauk pauk, nasi, buah, es buah, cendol, sama puding. Juice dan minuman es tehnya.'' sebut Irma.

''Hahahahah mati anak ayam. Itu mau arisan atau hajatan ngawinin anak sih Ma. Banyak banget!'' protes Gita sembari melepas tawa.

''Namanya juga arisan emak-emak. Nanti kalau menunya nggak enak, mama kena protes.'' sebut Irma lagi, membela diri.

''Emang arisannya dapat berapa Ma? Sampai menu makanannya yang disuguhnya untuk anggota arisannya semewah dan sebanyak itu?'' tanya Gita penasaran.

''Dapat seratus juta.'' sebut mamanya tanpa ada rahasia.

''Gila. Sebanyak itu?!'' celetuk Gita heran, sambil geleng-geleng kepala.

''Oh...maklum ya. Ibu-ibu sosialita. Kalau arisan cuma seratus dua ratus ribuan, nggak level ya Ma.'' imbuh Gita.

Kemudian, keduanya beranjak pergi dari kamar itu, menuju ke dapur.

''Git, bantuin mama beneran ya. Kamu sore ini jangan kemana-mana.'' pesan Irma mewanti-wanti anaknya.

''Iya...Ma....nanti dapat bagian kan, aku arisannya? Ups! Ngarep.com! Hahahahahaha!'' Gita sengaja melontarkan kalimat itu, karena berharap dapat bagian, meski sedikit.

''Iya...iya...mama beri nanti. Jangan khawatir.'' kata Irma berjanji pada Gita.

''Yess.....Mau ganti Hp ah! HP aku sudah retak-retak Ma!''

''Hmmmm....nggak ada! Uangnya mau mama pakai buat keperluan lainnya.'' protes Irma.

''Boleh ya Ma. Ponsel Wulan bagus Ma. Mahal. Apa ya tipenya aku lupa. Tapi, dia beli HP seri terbaru. Katanya baru dibeliin mamanya.'' kata Wulan, lebai.

''Wulan ya Wulan. Gita ya Gita. Siapa tahu dia itu anak pemilik perusahaan dimana-mana. Jadi wajar, ponselnya mahal.'' sebut Irma, yang terkesan nggak ingin selalu menuruti kemauan anaknya.

''Ma....Papa juga pemilik banyak perusahaan media. Apa nggak tajir?''

''Udah ah. Sana, nanti kalau kamu punya uang banyak sendiri, kamu bisa beli apa saja yang kamu mau. Mama nggak berani minta macem-macem sama papa kamu. Kalau kamu berani, ya kamu bilang saja sendiri ke papa. Minta belikan HP yang mahal.'' tegas mamanya, dan tiba-tiba Gita tertantang untuk mencoba saran mamanya itu.

''Memang boleh Ma?'' tanya Gita ingin tahu.

''Coba aja. Semoga nggak ditabok sama papa kamu! Xixixixi!?'' mama Gita malah cekikikan mentertawakan anak gadisnya itu.

''Ih....mama nih. Selain Wulan. Ponsel kawan Gita di sekolah, bagus-bagus Ma. Mereka beli yang mahal-mahal.'' jelas Gita lagi masih belum puas dengan perdebatannya.

''Eh ini anak, ngeyel ya. Sudah, begini saja. Nanti mama kasih kamu uang sepuluh juta untuk kebutuhan kamu selama sebulan. Tapi, ingat. Kamu nggak bisa lagi minta uang sama mama. Jatah kamu, ya sepuluh juta itu. Titik.'' tegas mamanya, membuat Gita malah kegirangan.

''Ha.....ciyusssssss ma? Beneran ini? Berarti mulai bulan ini ya Ma, aku dapat jatah sepuluh juta satu bulan?'' Gita langsung menghambur, memeluk Irma erat sekali. Lalu, mengecup pipinya yang tembem.

''Sudah sudah....ayo bantu mama mempersiapkan keperluan acara arisannya. Ini sudah jam tiga.'' Irma pun berusaha melepaskan diri dari pelukan Gita.

''Ma....nanti aku punya kado spesial buat Mama, kalau Mama ulang tahun.''

''Hmmm. Ulang tahun Mama masih lama. Sudah ah. Ayo....kita harus siap-siap ini. Tamu akan segera datang. Malu, kalau persiapannya nggak sempurna.'' kilah Irma berusaha menghentikan perbincangannya dengan Gita, dan fokus mempersiapkan acara arisan.

''Tolong teleponin orang ini ya. Tolong tanyakan, makanan yang Mama order, apa sudah ready. Kalau sudah ready, bilang saja, cepat dianter ke alamat.'' perintah Irma lagi, memberi komando ke Gita.

''Oke Ma!'' Gita pun melaksanakan perintah mamanya dengan suka cita. Sebab, dia membayangkan bakal dapat bagian kalau mamanya dapat arisan.(***)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel