Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bram dan Wulan Ngedate

Di Kafe My Way, di bilangan Jodoh Square, Batam. Sesuai janji, Bram dan Wulan bertemu tempat yang mereka sepakati, di Hotel Nagoya Plaza.

''Kamu sudah on the way kan?'' tanya Bram.

''Sudah, Om. Pakai mobil pribadi, pakai kapal roro.''

Setelah percakapan singkat lewat ponsel itu, Bram mematikan ponselnya. Begitu juga Wulan. Satu jam kemudian, Wulan dan Bram bertemu.

***

Hotel Nagoya Plaza, Kamar 223 Lantai 3.

Suara bel kamar hotel, berbunyi.

Bram, buru-buru masuk ke dalam kamar 223, saat seorang perempuan muda yang tubuhnya hanya berbalut handuk setengah, membuka pintu kamar itu.

Tanpa diminta, Bram langsung memeluk mesra tubuh gadis belia itu, dengan beringas.

''Sabar Om, aku mandi dulu,'' kata Wulan manja. Tapi, dia tak kuasa menolak pelukan itu, saat Bram terus mendorong tubuhnya ke atas ranjang.

''Mandinya nanti saja,'' kata Bram lagi, sambil berusaha menarik handuk hotel yang membalut tubuh Wulan itu, dengan paksa.

''Ih. Dia ini.''

''Kangen tahu, sudah seminggu ini kita nggak ketemuan.'' aku Bram blak-blakan.

''Om sih, sibuk terus!'' kata Wulan menyalahkan Bram, di tengah serangan Bram yang penuh birahi itu.

''Kamu ini nakal, kamu main terus ke rumah Om, tapi suka sok nggak kenal, kalau ketemu. Tapi, bagus begitu. Jadi, kita nggak ketahuan.'' ungkap Bram, sambil terus melancarkan cumbuan mautnya.

Tangan Bram mulai menelusuri daerah terlarang milik Wulan. Wulan tak menolak, karena memang dia menikmati pernainan itu.

''Om sabar dong,'' katanya saat tangan Bram mulai memasuki zona segitiga milik Wulan yang paling berharga itu.

''Tapi, Om, janji ya. Jangan pernah tinggalin Wulan,'' bisik Wulan, lirih di telinga Bram.

''Nggak mungkin, sayang, Om tinggalin Wulan.'' ucapnya, berjanji pada Wulan.

Sebelum melanjutkan aksinya, Bram melucuti pakaiannya sendiri lalu melemparnya ke sudut ruangan di kamar hotel itu.

Wulan pun menyambut tubuh kekar pria itu dengan gairahnya. Bram menarik tangan Wulan, memintanya bangkit dari tempat tidur. Dibopongnya, tubuh mungil Wulan, menuju kamar mandi yang ada bath tubhnya.

Diletakkan Wulan di dalam bath tubh itu, lalu dia menidurinya sembari menyalakan airnya. Mereka pun berendam berdua di bath tubh itu.

''Sayang, kamu cantik banget ya, hari ini. Tanpa sehelai kain, dengan riasan yang masih melekat di wajah.'' puji Bram. Wulan terdiam, sambil memejamkan matanya, menunggu sebuah kecupan mendarat di bibirnya yang sedikit tebal tapi menggairahkan.

Setelah mendaratkan kecupan itu, Bram pun dengan bebas memainkan zona segitiga milik Wulan. Mendapat perlakukan itu, Wulan seakan melayang bagai terbang ke langit ke tujuh. Gairah Bram,  seketika memuncak, mendengar suara desahan manja dari bibir Wulan.

''Om, aku kedinginan. Kita pindah ke kamar saja yuk,'' ucap Wulan yang merasa sudah berada di puncak, setelah peluru milik Bram menyentuh Zona segitiga terlarang milik Wulan.

''Ugh....dikit lagi, sayang,'' kata Bram yang menolak diajak pindah. Karena,  tak lama lagi, dia akan berhasil menuju di puncak kenikmatan.

Wulan merasakan di bath tubh itu ada sesuatu yang hangat, menyebar di dalam air bath tubh.

''Agh....argghhh! Terimakasih sayang!'' pekik Bram, setelah dia berhasil meraih puncak kenikmatan itu.

''Om, tapi aku mau lagi. Pindah posisi yuk.'' pinta Wulan, dan Bram menurut saja apa permintaan Wulan.

''Om, aku mau The Cheat Sheet lagi, kayak kemarin-kemarin.'' pinta Wulan, dengan manjanya.

Bram pun tak kuasa, menolak permintaan itu.

''Masih lemes nih, sayang.'' ucap Bram, pelan.

''Tapi, nggak apa, demi permintaan nona cantik muda ini, Om akan lakukan.'' bisik Bram, di telinga Wulan.

Wulan menarik tangan Bram, lalu mengajaknya pindah posisi di ranjang. Sebelum dia menghempaskan tubuh lelaki usia empat puluh tahunan itu, Wulan mengeringkan tubuh Bram dengan handuk.

Peluru Bram yang tadinya terlihat tak bernyawa, sekarang terlihat berdiri tegak menantang.

Wulan, dengan leluasa memainkannya. Hingga akhirnya dia menghempaskan tubuh Bram, di atas tempat tidur.

''Sayang, boleh aku masuk ke zona segitiga kamu ya.'' pinta Bram.

''Jangan Om,'' kata Wulan menolaknya.

''Jadi, sampai kapan, kita main di luar kayak begini.'' keluh Bram  merasa tidak puas seratus persen.

''Tapi Om, Wulan masih sekolah. Kalau Wulan hamil, bagaimana?'' tanya Wulan mencoba memberi pengertian pada Bram.

Bram terdiam. Dia nggak bisa memberi jawaban.

''Ya sudah, kalau begitu,'' kata Bram, pasrah.

''Ya nggak apa, deh, main di luar. Yang penting kamu happy saja.''

Wulan pun kembali melanjutkan aksinya.

Seperti biasa, untuk sesi kedua, Wulan yang lebih banyak mengambil peran dalam permainan terlarang itu.

Satu jam telah berlalu, dan keduanya sama-sama terhembas, setelah berada di puncak kenikmatan. Sebelum terlelap, Wulan menutupi tubuhnya yang polos itu dengan selimut hotel. Sedangkan Bram, membersihkan tubuhnya, ke kamar mandi.

***

Dipandanginya wajah Bram yang terlelap di sampingnya itu.

''Bagaimana caranya ya, dapatin semua hartanya.'' gumam Wulan dalam hati.

Bram menarik tangan Wulan. Lalu, meminta Wulan, bermain di gudang penyimpanan peluru miliknya.

''Sayang, manjain dia. Besok kita sudah balik ke rumah,'' pinta Bram, yang gairahnya mulai memuncak lagi.

''Hmm...Om,'' Wulan mau gaya lain.

Bram terperangah mendengar permintaan gadis belia yang ada di depannya itu.

''Gaya apa lagi?'' tanya Bram penasaran.

''Om aku ikat tali. Jadi, hanya aku yang bisa beraksi.'' sebut Wulan.

''Hmmm.'' sahut Bram, semakin membuatnya ingin mempraktekkan gaya yang diminta Wulan.

''Talinya nggak ada.''

''Pakai selimut hotel saja.'' kata Wulan.

''Gimana caranya,'' Bram penasaran.

''Buatlah kalau begitu,'' perintah Bram.

Bram pun diam, tak bergerak, saat tangan dan kakinya diikat dengan kain selimut hotel.

''Eh tapi ini bukan sebuah pembunuhan berencana kan?'' celetuk Bram tertawa lepas.

''Ih...apaan sih!''

Hingga akhirnya, setelah kaki dan tangan Bram terikat, Wulan mulai beraksi. Bram hanya mendesah, saat ujung lidah gadis itu menelusuri bagian-bagian terlarang milik Bram.

''Sayang, besok kita nggak usah balik dulu ya. Aku mau dua malam sama kamu disini.'' kata Bram.

''Hmmm...nggak bisa. Om. Senin aku sekolah.'' kata Wulan menolak.

''Nggak apa, libur sehari,'' saran Bram.

''Nggak mau. Kalau sekolah ya sekolah. Ketemu sama Om, ya waktu libur seperti hari ini. Sehari cukup.'' kata Wulan tegas.

''Kamu minta apa, Om beri. Ya....jangan balik dulu kita disini.'' pinta Bram mendesak Wulan, agar mengabulkan permintaannya.

''Nggak. Wulan nggak minta apa-apa. Tapi, Wulan mau ganti mobil saja. Mobil HRV seri terbaru.'' sebut Wulan dengan santainya.

''Hahahahaha. Kalau cuma mau ganti mobil, gampang sayang. Senin kita ke showroom mobil.'' sebut Bram, mengiming-imingi sekaligus berjanji pada Wulan.

''Serius Om,'' tanya Wulan, kegirangan.

''Iya. Kalau buat kamu, apa sih, yang tak bisa dilakukan? Syaratnya, kita semalam lagi disini ya!'' sebut Bram, memberi syarat pada Wulan yang katanya ingin ganti mobil.

''Ih nggak mau Om. Aku mau balik. Besok aku ujian akhir Om. Kalau nggak ikut ujian, aku bisa nggak lulus. Ganti mobilnya, kapan-kapan saja Om,'' jelas Wulan serius.

''Hmmm....baiklah. Mau atau nggak mau, besok ke showroom ya kita. Om kasih kamu ganti mobil HRV yang kamu mau.'' ucap Bram memberi lampu hijau pada Wulan.

''Ha....seriusan?'' tanya Wulan lagi, ingin memastikan ucapan Bram, serius apa tidak.

''Kapan, Om nggak serius?'' kata Bram meyakinkan Wulan. Wulan pun memeluk erat papanya Gita itu, dengan mesra.(***)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel