Curiga
Gita curiga saat mengetahui papanya ada tugas keluar kota. Tapi kecurigaan dia, ditahan, sampai benar-benar dia menemukan buktinya.
''Ma, papa nggak pulang ya hari ini? Nginap di kantor?'' tanya Gita yang malam itu merasa nggak melihat keberadaan papanya.
''Lho. Nggak bilang ya sama kamu. Kemarin papa kamu buru-buru, ada tugas rapat di luar kota sama bos-bos media.'' sebut Irma.
''Oh pantes, nomor Wulan juga nggak aktif,'' gumam Gita. Dia kesel banget karena merasa kecolongan, nggak sempat memantau Wulan, hari ini.
''Kapan baliknya Ma?''
''Nggak tahu. Ponselnya nggak aktif. Kata papa kamu, rapatnya dua hari. Tapi, kalau urusannya cepat selesai, ya papa kamu katanya janji bakal balik cepat juga,'' jelas Mamanya.
Gita terlihat sibuk mengecek nomor whatsapp Wulan. Terakhir aktif, Jumat siang. Hari ini, Minggu, nggak aktif.
''Rapat apa sih Ma, sampai dua hari di luar kota?'' tanya Gita kepo.
''Biasalah papa kamu, sibuk dengan pekerjaan kantornya.'' kata Irma penuh penekanan.
''Mama percaya begitu saja, kalau papa bilang rapat?''
''Maksud kamu apa?'' tanya Irma heran.
Akhirnya, demi menghindari perdebatan, Gita memilih beranjak pergi dari hadapan mamanya. Lalu dia masuk ke kamar, dan mengunci pintunya.
Di otak Gita, terbayang papanya lagi kencan sama Wulan. Perempuan murahan, pengganggu suami orang.
***
Senin pagi. Di sekolah, Gita nggak menemukan Wulan.
''Ternyata dia libur juga!''
Karena tak melihat kehadiran Wulan di sekolah, lagi-lagi, hati kecil Gita membisikkan bahwa papanya sedang kencan bareng Wulan. Modus, rapat itu hanya alasan.
''Han....hari ini Wulan nggak masuk ya?'' tanyaku mencari info ke Hana.
''Iya.'' jawab Hana sambil fokus baca komik di tangannya.
''Kata dia, lagi nggak enak badan. Terus nitip surat ke aku, suruh serahkan ke wali kelas.'' kata Gita, menambahkan keterangannya.
''Lihat dong suratnya!'' pinta Gita. Tapi, sayang sekali surat itu sudah diserahkan Hana ke wali kelas.
''Sakit apa memangnya dia?'' tanya Gita masih tak puas dengan penjelasan Hana.
''Nggak tahu. Pokoknya di surat keterangan dokter itu, dia sakit. Hari ini dia izin, nggak masuk,'' tegas Hana.
Hana heran melihat Gita yang kepo pagi itu. Bahkan, Hana menilai, rasa penasaran Gita, tak seperti biasanya. Biasa, Gita cuek saat melihat Wulan tak masuk sekolah.
''Kita jenguk yuk,'' ajak Gita. Hana pun setuju saja, kalau memang Gita mengajaknya menjenguk Wulan. Lagi pula, mereka bertiga adalah teman dekat.
Tapi, tidak bagi Gita. Sejak dia mendapatkan kado, sebuah rekaman suara dari seseorang yang didalamnya itu adalah percakapan suara papanya dan Wulan, Gita menyatakan perang dari balik layar.
''Wulan, musuh dalam selimut yang harus dibalas setimpal, atas kejahatan yang dia buat,'' tekad Gita waktu titu.
***
Pulang sekolah, Hana dan Gita sepakat mengunjungi Wulan, di apartemennya. Namun, alangkah kecewa, keduanya karena Gita dan Hana tak menemukan Wulan. Apartemen Wulan terlihat sepi. Seperti ditinggal pemiliknya.
Kecurigaan Gita semakin kuat, bahwa papanya sedang kencan dengan Wulan. Tapi, Gita nggak tahu dimana keberadaan mereka. Karena, ponsel Wulan, dan juga ponsel papanya, dalam keadaan sama-sama nggak aktif.
''Kurasa dia ini nggak sakit. Tapi, dia pergi keluar kota,'' tebak Gita, to the point mengatakan hal itu di depan Hana.
''Masa iya?'' Hana heran, mendengar perkataan Gita.
''Dia kan nggak punya saudara disini. Orang tuanya juga kita nggak tahu, ada di mana. Jangan-jangan, dia itu di sini merantau.'' sebut Gita kesal.
''Ya sudah, memangnya kenapa kalau nggak jumpa dia. Kita balik saja, atau kita ke mall. Cuci mata.'' ajak Hana mencoba mengalihkan pembicaraan.
Gita pun setuju dengan ide Hana, meski hatinya dipeuhi rasa kesal yang tak berujung.
''Eh tunggu dulu. Tapi, sepertinya kamu nggak menikmati ya. Apa kamu lagi memikirkan sesuatu. Sepertinya kamu lagi galau.'' ucap Hana yang ikut nggak tenang, karena melihat Gita galau.
''Lapar aku Han.''
''Oh....kampung tengah kamu demo ya? Makan mie bakso aja yuk. Pasti enak nih. Cuaca mendukung.'' Hana mencoba menghibur Gita.
Lagi-lagi, Gita ikut saja apa kata Hana. Karena, saat ini, hati Gita lagi nggak tenang. Memikirkan soal keberadaan Wulan, yang menurut dugaan kuatnya, Wulan bersama papanya.
***
''Mbak, satu lagi, es tehnya.'' sebut Gita seperti orang yang kehausan berat, setelah melakukan perjalanan jauh.
''Saya juga Mbak,'' Hana ikut-ikutan Gita, minta tambah satu gelas es teh lagi.
Si penjual mie ayam, hanya senyum-senyum, melihat tingkah laku keduanya.
''Han, kamu bawa uang kan?'' tanya Gita.
''Tenang. Bawa. Kalau untuk tambah satu mangkok mie ayam lagi, masih cukup uang aku.'' kata Hana, sambil terus melahap mie ayam yang ada di mangkoknya itu.
''Hahahahah!'' tiba-tiba melepas tawa.
''Nah, begitu dong. Ketawa. Ini, dari tadi kulihat galau, kayak emak-emak mikir punya sepuluh anak.'' sebut Hana, nyinyir.
''Iya, aku takut aja kamu nggak bawa uang. Soalnya dompet aku ketinggalan. Jadi, bayarin dulu ya.'' Gita cekikikan.
''Aman. Tenang saja.'' ucap Hana.
***
Tiba di rumah, Gita terlihat bersungut-sungut lagi. Dia masih merasa kesal, setelah apa yang dia harapkan tidak sesuai kenyataan.
Gita memandangi foto dia bareng Hana dan Wulan.
''Awas aja kamu Wulan. Dasar perempuan murahan.'' Tanpa sadar, Gita melempar ponselnya ke atas ranjang tempat tidurnya.
''Git, makan siang sini, sayang.'' teriak mamanya. Tapi, dia sedang tak ingin makan siang. Pikirannya lagi ruwet, dan hatinya masih kesal.
''Ini mama masak opor ayam kesukaan kamu.'' teriak mamanya lagi, meminta Gita segera ke ruang makan.
''Iya, Gita masih kenyang.'' jawab Gita dari kamarnya.
''Kenyang apa. Makan aja belum!'' protes mamanya.
Tapi, Gita tak mau menjawab protes mamanya itu.
''Pa....kenapa kamu khianati mama? Kasian mama, selalu dibohongi. Papa lagi sama cewek murahan yang matre itu kan? Pa....asal papa tahu. Akan ada saatnya semua rahasia papa bakal aku bongkar.'' Gita marah-marah bicara sendiri, sambil memandang foto papanya yang bersanding dengan mamanya di dinding kamarnya.
Gita mendatangi mamanya di ruang makan.
''Ma....kalau papa rapat, kenapa harus di luar kota terus?'' tanya Gita sambil bersungut-sungut.
''Kenapa ini, anak mama balik-balik sekolah, marah-marah.''
''Iya papa perginya nggak kasih tahu Gita. Padahal, Gita mau pesen oleh-oleh.'' ucap Gita sambil terus mencoba menelepon ponsel Bram. Tapi, ponselnya masih nggak aktif, dari tadi malam.
''Kesel banget. Kenapa sih papa matikan ponselnya!'' gerutu Gita masih pasang wajah cemberut.
''Ya sudah, nanti kita jalan ke mall aja, shoping. Lagian, kita kan lama nggak jalan berdua. Gimana, nona Gita yang cantik?'' ucap Irma mencoba menghibur anak gadisnya itu.
''Serius Ma?''
''Iya. Tapi, makan siang dulu. Mama udah capek-capek masaknya. Masa kamu nggak mau makan masakan mama?''
''Masih kenyang Ma. Tadi makan mie ayam sama Hana di mall.''
''Makan mie ayam di mall? Ada ya yang jual mie ayam di mall.'' Irma heran.
''Ada ma, dia jualannya di stand dalam hypermart.'' jelas Gita yang mulai sedikit berkurang, cemberutnya.
''Oh....iya ya?!''
''Ya udah kalau begitu siap-siap kita ke mall aja sekarang.'' usul Irma, membuat Gita berubah jadi senang.(***)
