Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Soto Masakan Mama

Jam tujuh pagi. Irma sudah bangun. Bahkan, dia buru-buru ke pasar. Niatnya mau mempersiapkan makan siang dengan meJam tujuh pagi. Irma sudah bangun. Bahkan, dia buru-buru ke pasar. Niatnya mau mempersiapkan makan siang dengan menu spesial kesukaan Bram, makanan soto daging ala Surabaya.

Gita buru-buru menyusul mamanya saat mengetahui mamanya hendak beranjak pergi dengan mobil jazznya.

''Ma....mau kemana. Ikutan.'' kata Gita yang berusaha mencegah langkah Irma.

''Ke pasar. Ya udah cepat masuk mobil.''

Gita pun bergegas menuju mobil.

''Ma...mau masak hari ini? Request boleh nggak?''

''Boleh. Asal jangan yang susah-susah ya.'' Gita pun berpikir lama, menentukan permintaan dia. Kata dia, minta dimasakin soto.

''Hari ini menyambut kepulangan papa kamu, dari luar kota, mama mau masak soto.'' jawab Irma santai.

''Kalau begitu, cucok deh kalian berdua. Berarti Mama masak satu macam aja.'' kata Irma lagi dengan bahagia.

''Ma, boleh nggak kapan-kapan aku les private nyetir mobil. Soalnya kawan-kawan Gita udah pada jago bawa mobil sendiri,'' pinta Gita merengek pada Irma.

''Nggak. Nanti kamu bisa-bisa bebas sebebas-bebasnya kelayapan pakai mobil. Nanti kalau kamu sudah lulus SMA, baru boleh,'' tegas Irma. Gita semakin kesel karena keinginan dia nggak dituruti.

''Ma, jam berapa Papa balik luar kota?''

''Telepon dia saja, Mama aja nggak tahu. Kata dia, pakai pesawat garuda, sampai bandara Raja Haji Fisabillillah, jam 14.00 wib.

''Oh....,'' Gita malas melanjutkan percakapannya. Dia tertidur di samping Irma.

Tiba di pasar.

''Hei. Kamu ikut mama apa di mobil aja?''

Gita tampak masih ngantuk berat dan dia lebih memilih tetap berada di dalam mobil. Irma pun terpaksa harus sedikit gerak cepat, karena Gita ditinggal di mobil, dalam keadaan mesinnya menyala.

'Hei.....jangan terlalu pulas ya, Git. Nanti kalau ada orang masuk ke mobil dan kamu dibawa lari, gimana. Mama nggak tanggungjawab.'' pesan Irma sambil mencoba membangunkan Gita.

Tapi, Gita tetap saja acuh tak acuh, karena masih ngantuk.

''Ih ini anak. Tadi, kalau tahu begini, mendingan nggak usah ikut saja.'' celetuk Irma dan dia tetap meninggalkan anak gadisnya itu.

Bersamaan dengan itu, Gita berusaha bangun. Dia mencoba mengamati keadaan sekeliling pasar. Beberapa orang sudah mulai beraktifitas berjibaku dengan dagangannya masing-masing.

''Rajin banget mereka,'' gumam Gita. Lagi-lagi, rasa ngantuknya yang tak tertahan, membuat Gita membaringkan tubuhnya di sandaran kursi yang dia miringkan ke belakang dengan setelah yang full.

Tak lama, Irma masuk dan masih mendapati Gita tertidur pulas di mobil itu.

''Eh dasar anak gadis pemalas banget. Masih tidur. Bangun Git!'' ucap Irma. Tapi perkataan dia, sama sekali nggak dihiraukan Gita.

''Udah kan Ma ya belanjanya?''

''Ya.'' jawab Irma sembari menghidupkan mesin mobilnya, dan berlalu dari lokasi pasar pagi itu.

Sampai di rumah.

''Hei....Git. Kamu masih mau lanjut tidur di mobil atau gimana? Mama mau masuk ke rumah ya. Mau lanjut masak.''

Mendengar itu, Gita langsung terbangun dari tidurnya di dalam mobil itu.

''Aih...Mama, masih enak tidur dibangunin.'' protes Gita.

''Ya kalau mau lanjut sih nggak apa-apa. Kamu tetap aja di mobil.''

Tapi, Gita lebih memilih masuk ke rumah, melanjutkan tidurnya di kamar.

***

Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib.

Gita terbangun, karena alarm jam beker di kamarnya berbunyi nyaring sekali.

Pikirannya kembali kebayang sama papanya yang katanya mau balik siang ini. Dia iseng mencoba menelepon ke ponselnya. Namun, hasilnya nihil. Ponsel tak aktif. Tebakan Gita, papanya sepertinya nggak bakal balik hari ini.

Gita mendatangi mamanya yang sedang asik membereskan dapur.

''Ma. Sudah beres ya masakannya?'' tanya Gita.

''Udah dong sayang. Sarapan sana. Tadi kan minta dimasakin soto daging.'' sebut Irma serius.

''Kalau memang papa nggak jelas kapan baliknya, kenapa sih mama sibuk-sibuk masak. Nanti mubadzir ma, masakannya.'' celetuk Gita dan membuat Irma heran akan sikap anak gadisnya itu, yang belakangan sedikit ketus saat bicara tentang papanya.

''Ya kan bisa kamu habiskan, sayang.'' jawab Irma.

Tapi, demi menyenangkan hati anaknya, Irma juga mengatakan sotonya bisa dibagi ke panti asuhan. Lebih berpahala. Karena, Gita selalu senang kalau diajak berbagi rejeki ke panti asuhan.

''Nanti, sebaiknya kita antar saja ke panti asuhan Ma.'' usul Gita dengan antusiasnya.

''Hmmm. Terus, mama makan siang pakai apa, sayang kalau diantar ke panti asuhan.''

''Hahahahah iya juga ya Ma.'' kata Gita mencoba menghibur dirinya sendiri. Padahal, dia kesal karena papanya sepertinya menurut tebakan dia, nggak akan balik hari ini.

''Udah ayo makan sama-sama yuk. Mama juga belum sarapan pagi ini. Menunggu kamu bangun.''

''Yuk.'' sahut Gita, dan dia langsung ambil piring di rak piring.

***

Diliriknya jam dinding di kamarnya, sudah menunjukkan pukul 17.00 wib. Lalu dia buru-buru menghampiri mamanya di pekarangan depan rumah, yang terlihat sedang asik dengan aneka tanamannya itu.

''Ma....beneran kan...papa nggak balik. Sia-sia kan...bangun subuh, masak banyak-banyak. Lebih baik, kita antar saja ke panti asuhan yuk Ma.'' sebut Gita dengan perasaan yang masih kesal.

''Gita, apa-apaan sih. Sabar. Ini juga belum jam dua belas malam. Papa kamu bilang mau balik hari ini.'' ungkap Irma berusaha meyakinkan Gita.

''Kesel tahu, lihat seperti ini. Papa itu sudah bohong sama mama. Katanya balik hari ini. Tapi, mana...papa pembohong.'' kata Gita sembari berlalu dari hadapan Irma.

''Gita...kenapa kamu!'' teriak Irma yang berusaha menghentikan langkah kaki Gita. Tapi, dilihatnya Gita acuh tak acuh dengan teriakan Irma.

Irma hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah laku anak gadisnya yang belakangan ini terlihat uring-uringan. Dia pun menghentikan aktifitas di taman bunganya, lalu menghampiri Gita yang di kamar.

Dilihatnya Gita menangis sesenggukan. Irma semakin heran melihat Gita seperti itu.

''Sayang....kamu kenapa. Cerita kalau ada masalah.'' ucap Irma, sembari memeluk anak gadisnya itu, erat sekali.

Tangis Gita semakin pecah, saat dia ingin mengatakan bahwa dia nggak mau ketemu papanya, kalau memang dia balik hari ini. Irma semakin bingung menghadapi sikap Gita.

''Gita sayang, cerita dong sama Mama. Kamu nggak anggap mama ya,'' bisik Irma lirih di telinga Gita.

''Papa itu jahat Ma. Mama nggak pantas sama dia.'' ucap Gita sambil terus menangis di pelukan Irma.

''Ya ampun sayang. Jahat kenapa nih. Cerita dong.'' kata Irma mencoba merayu Gita.

''Kalau memang jahat, cerita sayang. Biar mama tahu. Jahatnya dimana?'' pinta Irma mengulanginya.

''Iya papa pembohong. Ma. Dia itu nggak balik hari ini. Sia-sia mama masak buat papa.'' sebut Gita. Dia belum berani mengatakan yang sebenarnya, karena akar permasalahannya bukan soal Bram balik atau nggak, di hari ini. Ada masalah yang lebih berat, dan Gita masih ingin memendamnya sendiri. Karena bagi Gita, semua belum saatnya untuk dibuka di depan mamanya. (***)nu spesial kesukaan Bram, makanan soto daging ala Surabaya.

Gita buru-buru menyusul mamanya saat mengetahui mamanya hendak beranjak pergi dengan mobil jazznya.

''Ma....mau kemana. Ikutan.'' kata Gita yang berusaha mencegah langkah Irma.

''Ke pasar. Ya udah cepat masuk mobil.''

Gita pun bergegas menuju  mobil.

''Ma...mau masak hari ini? Request boleh nggak?''

''Boleh. Asal jangan yang susah-susah ya.'' Gita pun berpikir lama, menentukan permintaan dia. Kata dia, minta dimasakin soto.

''Hari ini menyambut kepulangan papa kamu, dari luar kota, mama mau masak soto.'' jawab Irma santai.

''Kalau begitu, cucok deh kalian berdua. Berarti Mama masak satu macam aja.'' kata Irma lagi dengan bahagia.

''Ma, boleh nggak kapan-kapan aku les private nyetir mobil. Soalnya kawan-kawan Gita udah pada jago bawa mobil sendiri,'' pinta Gita merengek pada Irma.

''Nggak. Nanti kamu bisa-bisa bebas sebebas-bebasnya kelayapan pakai mobil. Nanti kalau kamu sudah lulus SMA, baru boleh,'' tegas Irma. Gita semakin kesel karena keinginan dia nggak dituruti.

''Ma, jam berapa Papa balik luar kota?''

''Telepon dia saja, Mama aja nggak tahu. Kata dia, pakai pesawat garuda, sampai bandara Raja Haji Fisabillillah, jam 14.00 wib.

''Oh....,'' Gita malas melanjutkan percakapannya. Dia tertidur di samping Irma.

Tiba di pasar.

''Hei. Kamu ikut mama apa di mobil aja?''

Gita tampak masih ngantuk berat dan dia lebih memilih tetap berada di dalam mobil. Irma pun terpaksa harus sedikit gerak cepat, karena Gita ditinggal di mobil, dalam keadaan mesinnya menyala.

'Hei.....jangan terlalu pulas ya, Git. Nanti kalau ada orang masuk ke mobil dan kamu dibawa lari, gimana. Mama nggak tanggungjawab.'' pesan Irma sambil mencoba membangunkan Gita.

Tapi, Gita tetap saja acuh tak acuh, karena masih ngantuk.

''Ih ini anak. Tadi, kalau tahu begini, mendingan nggak usah ikut saja.'' celetuk Irma dan dia tetap meninggalkan anak gadisnya itu.

Bersamaan dengan itu, Gita berusaha bangun. Dia mencoba mengamati keadaan sekeliling pasar. Beberapa orang sudah mulai beraktifitas berjibaku dengan dagangannya masing-masing.

''Rajin banget mereka,'' gumam Gita. Lagi-lagi, rasa ngantuknya yang tak tertahan, membuat Gita membaringkan tubuhnya di sandaran kursi yang dia miringkan ke belakang dengan setelah yang full.

Tak lama, Irma masuk dan masih mendapati Gita tertidur pulas di mobil itu.

''Eh dasar anak gadis pemalas banget. Masih tidur. Bangun Git!'' ucap Irma. Tapi perkataan dia, sama sekali nggak dihiraukan Gita.

''Udah kan Ma ya belanjanya?''

''Ya.'' jawab Irma sembari menghidupkan mesin mobilnya, dan berlalu dari lokasi pasar pagi itu.

Sampai di rumah.

''Hei....Git. Kamu masih mau lanjut tidur di mobil atau gimana? Mama mau masuk ke rumah ya. Mau lanjut masak.''

Mendengar itu, Gita langsung terbangun dari tidurnya di dalam mobil itu.

''Aih...Mama, masih enak tidur dibangunin.'' protes Gita.

''Ya kalau mau lanjut sih nggak apa-apa. Kamu tetap aja di mobil.''

Tapi, Gita lebih memilih masuk ke rumah, melanjutkan tidurnya di kamar.

***

Waktu menunjukkan pukul 10.00 wib.

Gita terbangun, karena alarm jam beker di kamarnya berbunyi nyaring sekali.

Pikirannya kembali kebayang sama papanya yang katanya mau balik siang ini. Dia iseng mencoba menelepon ke ponselnya. Namun, hasilnya nihil. Ponsel tak aktif. Tebakan Gita, papanya sepertinya nggak bakal balik hari ini.

Gita mendatangi mamanya yang sedang asik membereskan dapur.

''Ma. Sudah beres ya masakannya?'' tanya Gita.

''Udah dong sayang. Sarapan sana. Tadi kan minta dimasakin soto daging.'' sebut Irma serius.

''Kalau memang papa nggak jelas kapan baliknya, kenapa sih mama sibuk-sibuk masak. Nanti mubadzir ma, masakannya.'' celetuk Gita dan membuat Irma heran akan sikap anak gadisnya itu, yang belakangan sedikit ketus saat bicara tentang papanya.

''Ya kan bisa kamu habiskan, sayang.'' jawab Irma.

Tapi, demi menyenangkan hati anaknya, Irma juga mengatakan sotonya bisa dibagi ke panti asuhan. Lebih berpahala. Karena, Gita selalu senang kalau diajak berbagi rejeki ke panti asuhan.

''Nanti, sebaiknya kita antar saja ke panti asuhan Ma.'' usul Gita dengan antusiasnya.

''Hmmm. Terus, mama makan siang pakai apa, sayang kalau diantar ke panti asuhan.''

''Hahahahah iya juga ya Ma.'' kata Gita mencoba menghibur dirinya sendiri. Padahal, dia kesal karena papanya sepertinya menurut tebakan dia, nggak akan balik hari ini.

''Udah ayo makan  sama-sama yuk. Mama juga belum sarapan pagi ini. Menunggu kamu bangun.''

''Yuk.'' sahut Gita, dan dia langsung ambil piring di rak piring.

***

Diliriknya jam dinding di kamarnya, sudah menunjukkan pukul 17.00 wib. Lalu dia buru-buru menghampiri mamanya di pekarangan  depan rumah, yang terlihat sedang asik dengan aneka tanamannya itu.

''Ma....beneran kan...papa nggak balik. Sia-sia kan...bangun subuh, masak banyak-banyak. Lebih baik, kita antar saja ke panti asuhan yuk Ma.'' sebut Gita dengan perasaan yang masih kesal.

''Gita, apa-apaan sih. Sabar. Ini juga belum jam dua belas malam. Papa kamu bilang mau balik hari ini.'' ungkap Irma berusaha meyakinkan Gita.

''Kesel tahu, lihat seperti ini. Papa itu sudah bohong sama mama. Katanya balik hari ini. Tapi, mana...papa pembohong.'' kata Gita sembari berlalu dari hadapan Irma.

''Gita...kenapa kamu!'' teriak Irma yang berusaha menghentikan langkah kaki Gita. Tapi, dilihatnya Gita acuh tak acuh dengan teriakan Irma.

Irma hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah laku anak gadisnya yang belakangan ini terlihat uring-uringan. Dia pun menghentikan aktifitas di taman bunganya, lalu menghampiri Gita yang di kamar.

Dilihatnya Gita menangis sesenggukan. Irma semakin heran melihat Gita seperti itu.

''Sayang....kamu kenapa. Cerita kalau ada masalah.'' ucap Irma, sembari memeluk anak gadisnya itu, erat sekali.

Tangis Gita semakin pecah, saat dia ingin mengatakan bahwa dia nggak mau ketemu papanya, kalau memang dia balik hari ini. Irma semakin bingung menghadapi sikap Gita.

''Gita sayang, cerita dong sama Mama. Kamu nggak anggap mama ya,'' bisik Irma lirih di telinga Gita.

''Papa itu jahat Ma. Mama nggak pantas sama dia.'' ucap Gita sambil terus menangis di pelukan Irma.

''Ya ampun sayang. Jahat kenapa nih. Cerita dong.'' kata Irma mencoba merayu Gita.

''Kalau memang jahat, cerita sayang. Biar mama tahu. Jahatnya dimana?'' pinta Irma mengulanginya.

''Iya papa pembohong. Ma. Dia itu nggak balik hari ini. Sia-sia mama masak buat papa.'' sebut Gita. Dia belum berani mengatakan yang sebenarnya, karena akar permasalahannya bukan soal Bram balik atau nggak, di hari ini. Ada masalah yang lebih berat, dan Gita masih ingin memendamnya sendiri. Karena bagi Gita, semua belum saatnya untuk dibuka di depan mamanya. (***)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel