BAB 8
“Apa orang tua kamu nggak nyariin?”
“Ya yang pasti ibuku pasti sangat khawatir, Cuma ponselku juga mati, jadi aku nggak bisa kasih kabar”
“Coba sini ponselnya, aku isi baterenya” Si wanita menyerahkan ponsel miliknya, Anwar langsung saja menancapka daya ke ponsel tersebut, Kebetulang pengisi batere ponsel letaknya ada di bawah meja pos didekat mereka kini berada.
Mereka berdua lantas kembali terlibat obrolan seru, Dalam benaknya Anwar bertanya, apakah wanita ini masih gadis perawan atau sudah hilang mahkotanya? Sungguh tantangan dari system yang sudah mengusik pikiran Anwar, membuat pemuda itu berfantasi yang tidak-tidak.
“Baiklah, aku ijinkan kamu tidur di sini semalam, Pakailah kamar saya saja, biar saya nanti tidur disini” ucap Anwar akhirnya luluh. Biar bagaimanapun, dia tidak tega membiarkan wanita tidur diluar.
“Nggak perlu, Mas. diteras sana saja sudah cukup kok”
“Nggak usah, yang ada nanti kamu malah sakit, apalagi ujan juga belum reda, masuklah, sudah malam”
Mau tidak mau, wanita itu menuruti saran dari Anwar, dia masuk ke kamar yang letaknya satu tempat dengan pos penjagaan, Setelah wanita itu masuk, Anwar langsung merapikan tempat itu, Saat dia membereskan sisa gorengan, Anwar melihat ada foto tergeletak di lantai, Anwar mengambil foto itu dan matanya melotot saat melihat apa yang ada di dalam foto yang dia temukan.
Malam itu, di saat hujan masih rintik-rintik dan si wanita sudah masuk ke dalam kamar yang biasa Anwar gunakan untuk istirahat, pemuda itu segera saja merapikan tempat kerjanya, Di saat Anwar sedang merapikan sisa gorengan, matanya melihat sebuah foto tergeletak dilantai, Rafi lantas mengambilnya dan berpikiran kalau mungkin itu foto milik si wanita yang terbaring di kamarnya.
Awalnya, Anwar biasa saja saat sekilas melihat foto itu, Foto itu seperti foto keluarga bahagia, Ada satu wanita dewasa, satu pria dewasa dan satu perempuan kecil dimana perempuan itu berdiri di depan pria dewasa dan tangan pria itu melingkar di leher si perempuan kecil itu.
Saat Anwar memperhatikan dengan jelas foto tiga orang tersebut, mata Anwar ssempat membelalak begitu matanya melihat tanda yang ada di punggung tangan pria dalam foto.Mulut Anwar sempat ternganga dengan apa yang dia lihat dalam foto itu.
“Siapa pria ini? Kenapa tangannya memiliki tato yang sama dengan yang memasuki kamar Bapak di rumah sakit?” Anwar bermonolog sendiri, Jelas saja dia menjadi sangat penasaran, Anwar mencoba untuk tidak berpikir macam-macam karena bisa saja banyak orang yang memasang tato yang sama seperti itu.
“Bukankah itu fotoku, Mas?” suara si wanita tiba-tiba terdengar dari arah belakang, sampai Anwar terlonjak saat mendengarnya.
“Ya ampun, kirain siapa!” pekik Anwar yang saat itu langsung bangkit dari duduknya karena terlalu kaget, “Tadi aku nemuin foto ini saat sedang beberes di sana” sambungnya sambil memberikan foto itu ke pemiliknya “Mereka siapa?”
Wanita itu tersenyum lalu menatap foto yang kini sudah berpindah tangan “Ini foto terakhir adikkun bersama ayahku”
“Ayah?” Tanya Anwar dengan kening berkerut.
Wanita itu mengangguk “Anak kecil ini adalah adikku saat masih berumur lima tahun dan laki-laki ini adalah ayahku, DIa sudah meninggal”
“Meninggal? Meninggal kenapa?”
Wanita itu mengangkat kedua pundaknya “Hilang dilaut”
Meski heran tapi Anwar memutuskan untuk tidak bertanya lagi tetang apa yang terjadi karena raut wajah si wanita mendadak berubah sendu, Kini Anwar harus memutar otak, mencari info tentang tato yang ada pada lelaki itu yang ada didalam foto “Kamu pernah Tanya nggak sama ibu kamu, mbak? Tentang tato yang ada di punggung tangan ayah kamu?”
Kini giliran wanita itu yang keningnya berkerut, lalu dia menatap lekat foto yang ada ditangannya, “Oh ini, katanya sih symbol khusus”
“Simbol khusus?”
Wanita itu mengangguk “Itu katanya sebuah symbol milik suatu kelompok, Hanya orang-orang tertentu yang menjadi anggota dan bisa memiliki tato tersebut”
Kening Anwar kembali berkerut. Tentu saja Anwar cukup terkejut dengan apa yang baru dia dengar, tapi meskipun penasaran, Anwar sebisa mungkin tidak terlalu memperlihatkan rasa penasarannya, mengingat kematian sang ayah yang tidak wajar dan kasusnya juga tidak jelas penanganannya, membuat Anwar bertekad akan berusah mencari pelakunya sendiri.
Dengan adanya kabar yang baru saja dia dapatkan. itu merupakan tanda yang cukup baik. Sekarang tugas Anwar adalah mencari informasi lebih jauh tentang tato yang sama yang telah membuat ayahnya kehilangan nyawa.
“Darimana kamu tahu tentang symbol itu, mbak?”
Nampak wanita itu mengela napasnya dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan, lalu dia duduk “Ibu yang cerita, katanya ayah adalah anggota dari kelompok tersebut, Tapi entah karena apa, tiba-tiba ibu mendapat kabar kalau ayah meninggal ditengah laut, waktu ibu dan aku berusaha mencari informasi, ternyata nggak ada yang tahu dimana markas dari kelompok itu berada”
Anwar nampak manggut-manggut. Dilihat dari wajahnya, Anwar merasa kalau wanita itu sangat jujur, Otak Anwar pun terus berpikir, dia makin penasaran dengan tato tulang ikan dengan logo tulisan TGM di sisinya
“Lebih baik mbaknya sekarang masuk, takutnya ada penghuni kos yang lihat, nanti malah menimbulkan salah paham”
“iya mas, Aku Cuma mau mengambil ponsel, Mungkin baterenya sudah terisi meski nggak penuh”
Anwar langsung menggerakan tangannya kearah bawah meja, mengambil ponsel milik si wanita, Begitu ponsel sudah ada ditangan, wanita itu langsung pamit dan berlalu menuju kamar, Setelah wanita itu masuk, Anwar menatap lekat kearah pintu gerbang, Otaknya masih berpikir mencari cara agar dia secepatnya mendapat informasi lebih tentang TGM.
Di saat dia sedang berpikir keras, tak lama setelahnya, mata Anwar langsung berbinar dan sepertinya dia menemukan sebuah ide, Dia pun tersenyum dan bergumam dalam hati.
Sudah menjadi peraturan tempat kos dimana Anwar bekerja, setiap jam dua belas malam, pintu gerbang harus dikunci, Jika ada penghuni yang telat pulang harus memberi informasi terlebih dahulu kepada penjaga agar saat pulang nanti sang penjaga kos bisa membukakan pintu.
Bekerja sebagai penjaga kos memang harus bisa memiliki strategi agar dirinya juga beristirahat, begitu juga dengan Anwar, Pemuda itu bisa beristirahat dengan tenang justru saat siang hari dimana para penghuni kos sudah berangkat untuk menjalankan aktivitas masing-masing.
Dan malam ini ketika waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam, mata Anwar masih terlihat segar menatap layar ponselnya, Sebenarnya Anwar sudah punya rencana untuk menyeldidik wanita yang numpang tidur di kamarnya, tapi dia menunggu sampai wanita itu benar-benar terlelap.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.? Apakah Anwar berhasil menyelidiki wanita tersebut?
Nantikan di bab selanjutnya….
Tetap berikan dukungan dan motivasi yah biar othor lebih semangat lagi.
