Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

DI saat Anwar sedang asyik termenung, ponsel Anwar tiba-tiba kembali menyala sangat terang dan juga bergetar. Rasa penasaran pun muncul dalam benak Anwar dan jempolnya dengan sengaja menekan langsung angka satu sesuai petunjuk dalam pesan itu. Tak butuh waktu lama, pesan itu pun langsung mendapat respon

[terima kasih telah menyetujui bergabung dengan kami. berikutnya pilihlah misi yang sesuai dengan minat anda untuk anda jalankan. Jika yakin tekan angka satu]

Anwar kembali mengikuti instruksi tersebut dan langsung menekan angka satu, Mata Anwar membelalak saat melihat enam pilihan yang menurutnya sangat tidak masuk akal dan mengerikan.

Enam misi yang terpampang di layar ponsel adalah Menaklukkan hati tujuh janda muda, merebut istri orang, menjadi simpanan tante-tante, menjadi selingkuhan istri pejabat, menjalin asmara antara menantu dan mertua terakhir menebus mahkota wanita.

“Pilihan macam apa ini?’ sungut Anwar tapi otaknya berpikir dan mecerna setiap pilihan yang menurutnya paling mudah tidak terlalu beresiko. Setelah berpikir beberapa saat, Anwar memutuskan memilih nomor enam, Tentu saja Anwar memilih yang paling enak menurut pemikiran laki-laki. Setelah menentukan pilihannya, Anwar kembali mendapat balasannya.

[carilah wanita yang masih utuh mahkotanya, jika anda sukses menjalankan misi ini, maka anda akan mendapat hadiah sebesar satu miliar tunai]

Mata Anwar membelalak, “Ini serius dapat satu miliar? Nggak mungkin!”

Antara percaya dan tidak, kini dua sisi hati Anwar seakan sedang bertarung. DIa ingin mengabaikan pesan itu tapi rasa penasaran bergelayut di sisi yang lain. Ingin Anwar percaya, tapi takut ini hanya tipuan belaka, Anwar pun terdiam dan termenung cukup kama untuk mengambil keputusan.

“Apa salahnya aku coba, Kalau gagal, kan aku bisa menggunakan pesangon bapak untuk modal usaha aku. Baiklah, lebih baik aku mencobanya, Tapi untuk menjalankan misi ini, aku mending pergi dari kampung ini, kalau disini bakalan susah dong, Mending aku ke kota besar aja. Kan dikota banyak yang nggak kenal aku. Ide bagus tuh!” Anwar bermonolog sendiri.

Akhirnya Anwar memutuskan menerima tantangan itu. Dengan segala tekad yang ada, Anwar memutuskan merantau ke kota sekalian untuk mencari pengalaman hidup, merubah nasib dan tentu saja menjalankan misi aneh dari pesan atas nama system super.

**

“Kamu sudah yakin mau pergi ke kota?” Tanya kepala warga setempat saat Anwar beniat pamit kepada para tetangga termasuk ketua RT.

“Yakin, Pak, bertahan di kampung juga percuma nggak maju” balas Anwar dengan mantap “Apa lagi aku sekarang hidup sendirian”

Semua yang disana menatap haru pada pemuda yang memilki sifat baik itu, “Memang kamu sudah ada tempat tujuan?” kini istri pak RT yang melempar tujuan.

“Belum Bu” suara yang tadi lantang kini berubah sedikit melemah.

“Lho orang belum ada tujuan , kenapa kamu malah nekad? Nanti kalau ada apa-apa sama kamu gimana?”

Anwar malah tersenyum jujur, Anwar juga sebenarnya merasa berat meninggalkan tempat ini, Biar bagaimanapun tempat ini banyak kenangan. Apa lagi para tetangga yang begitu baik pada keluarga Anwar. terlepas dari perbedaan status ekonomi sosial, para tetangga lampung tak segan memberi pertolongan jika Anwar maupun keluarga meminta bantuan.

“Kalau tetap dikampung, aku nggak mungkin bisa berkembang, bu. Apa lagi di sini juga ada orang yang sangat membenci aku sampai rumah aku dirusak. AKu malas dengan orang seperti itu, bu”

“benar juga sih. Orang-orang seperti itu selalu menganggap rendah orang miskin kayak kita. Orangnya nggak mau kalah”

Anwar kembali tersenyum mendengar ucapan Bu RT yang terdengar sangat geram. Pada kenyataan memang seperti itu. Keluarga Arinda memang keluarga yang cukup kaya. Di tambah lagi, orang tuanya mendapat dua menantu yang namanya cukup terpandang, makin besar kepala saja keluarga itu.

“Kenapa kamu nggak menghubungi orang yang kemarin membantu bapak kiamu? Kali aja dia ada pekerjaan yang pas buat kamu?” usul pak RT.

“Sudah pak, Tapi disana juga belum ada pekerjaan, Apa lagi keluarga Bosnya lagi ada di luar negeri. Tapi Pak Budiman sudah menawari aku tempat untuk singgah sambil mencari pekerjaan sih”

‘Ya sudah mending itu kamu manfaatin, jadi kamu nggak bingung soal tempat tinggal dan ngirit ongkos juga”

‘Iya, bu RT Rencana saya juga begitu”

Setelah ngobrol cukup lama, Anwar lantas pamit pulang karena dia harus beberes karena sebentar lagi Anwar berangkat menggunakan travel. Untuk urusan hutan kepada tetangga dan bos cilok tempat dulu dia bekerja, dia juga sudah menyelesaikannya.

Uang pesangon peninggalan ayahnya masih cukup banyak untuk menyambung hidup di kota. Anwar berharap dia akan segera mendapat pekerjaan dan juga bisa menjalankan misi aneh yang di dapat dari ponsel jadulnya.Tak lupa juga, Anwar membeli ponsel model jaman sekarang, Bukan ponsel mahal tapi setidaknya modelnya kekinian.

Setelah urusan keuangan selesai, Anwar menyimpan sisanya ke rekening pribadinya. Rekening yang awalnya dibuat hanya untuk menerima transferan dari bapaknya tiap gajian. Begutu semua urusan dikampun selesai dan waktu keberangkatan tiba, Anwar pun segera naik ke dalam travel yang akan mengantarnya ke kota.

“Akhirnya kamu sampau juga, Nak” ucap Pak Budiman yang menyambut kedatangannya di depan rumah keluarga bos ayahnya “Mari masuk, nak”

“Baik pak” balas Anwar. dia lantas mengikuti langkah pria dihadapannya.

Setelah menempuh waktu yang cukup lama, akhirnya Anwar sampai ditempat tujuan lewat tengah malam,. Sebenarnya dia tidak merasa enak karena mengganggu waktu tidur Pak Budiman. Tapi Anwar tidak memiliki pilihan lain lagi.

Meski rumah yang Anwar datangi cukup besar, tapi pak Budiman tidak mengajak Anwar untuk masuk kedalamnya. Pak Budiman langsung mengajak Anwar ke bangunan yang ada di area taman belakang rumah. Ternyata bangunan itu digunakan untuk orang yang bekerja di rumah itu.

“Kamu istirahat aja dulu di sini. Ini adalah kamar tempat bapakmu” ucap Pak Budiman

“Baik, Pak Terima kasih” balas Anwar.

Pak Budiman lantas pergi menuju kamarnya. Anawar langsung merebahkan tubuh lelahnya setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh. Tak lama setelah berbaring di sana sambil kembali mengenang Bapaknya, akhirnya mata Anwar pun terpejam.

‘jadi ini anaknya Pak Jamal?” Tanya seorang asisten rumah tangga saat Anwar menikmati sarapannya. Saat itu hari telah berganti dan Anwar diajak menikmati sarapan bersama Pak Budiman juga para pekerja di rumah itu “Ganteng juga anak Pak Jamal, ya?”

“Ya gantenglah, namanya juga anak laki-laki” celetuk seorang pria yang bekerja sebagai tukang kebun.

Bagaimana kelanjutan ceritanya.? 

Bagaimana kehidupan Anwar setelah dia pergi merantau ke kota?

Nantikan di bab selanjutnya….

Tetap berikan dukungan dan motivasi yah biar othor lebih semangat lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel