Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3

“Apa kamu anaknya pak Jamal?” Tanya seorang pria yang kemungkinan usianya sama dengan usia Bapaknya Anwar.

“Iya, bagaimana keadaan bapak saya?’

“Masuklah, dia sedang menunggumu”

Tanpa membuang waktu Anwar langsung masuk keruang bapaknya dirawat. Betapa sakit hatinya Anwar saat melihat keadaan ayahnya yang tergeletak tidak berdaya “Bapak” ucap Anwar lirih.

Pria yang sedang terpejam itu lantas membuka matanya , pria itu tersenyum saat melihat sang anak sudah berada di depan matanya ‘Kamu sudah datang?’ Tanya ayahnya dengan suara yang sangat lemah.

“Bapak kenapa bisa begini? Apa yang terjadi Siapa yang menyerang bapak dan bos bapak?’

“Bapak juga tidak tahu nak, wajah mereka tertutup rapat. Tapi bapak melihat punggung tangan dari dua orang yang menyerang bapak, ada tato bergambar tulang ikan dan disampingnya ada tulisan TGM”

“TGM? Apa itu pak?’

Di saat bapak akan menjawab, seseorang yang tadi menemui Anwar di depan ruangan tempat bapaknya ditawat, masuk dan bergabung dengan bapak dan anak tersebut. “Sebaiknya bapak kamu diminta istirahat, nak. Sebentar lagi dokter akan datang. Lebih baik kita duduk di luar”

“Baiklah, bapak kalau ada apa-apa panggil saja aku?” sang Bapak mengangguk pelan. Setelah itu Anwar dan oranf itu pun keluar dan duduk bersama di kursi yang ada di depan ruang rawat ayahnya Anwar di rawat.

“Apa saya boleh tahu, siapa bapak sebenarnya? Kenapa bapak malah menjaga ayah saya?” Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Anwar setelah rasa penasaran menyerang dalam benaknya sejak dia datang.

Pria itu lantas tersenyum ‘Saya orang yang bekerja pada Tuan Alex juga, Nak. Karena keadaanya cukup parah, Tuan Alex dibawa keluar negeri untuk pengobatan. Saya disuruh untuk berjaga di sini dan memantau kondisi ayah kamu. Soal biaya, kamu jangan khawatir, semua sudah ditanggung keluarga Alex sampai ayah kamu sembuh”

Di saat Anwar sedang asyik ngobrol, ada dua orang pria berpakaian perawat masuk ke dalam ruang rawat ayahnya. Tanpa rasa curiga Anwar dan bapak itu masih terlibat dalam obrolan ringan, Hingga tak lama kemudian dua pria itu keluar dan tanpa sengaja Anwar melihat punggung tangan itu ada tato tulang ikan bertuliskan TGM. Kening Anwar berkerut dan setelahnya dia langsung teringat ayahnya. Anwar langsung bangkit dan mendekat ke arah bapaknya yang matanya terpejam.

‘Bapak.pak, bangun pak, bangun”

Orang yang tadi bersama Anwar juga ikut masuk, “Ada apa, nak?”

“Bapak tidak bergerak om, lihat Sepertinya bapak sudah berhenti bernafas”

“Apa?” keduanya langsung diserang rasa panik. Orang yang tadi menemani Anwar langsung berteriak memanggil suster. Beberapa suster dan perawat laki-laki berdatangan guna memeriksa kondisi pasien. Dua orang dokter juga langsung turun tangan saat itu, Namun sayang apa yang ditakutkan Anwar benar terjadi.

“Maaf, dengan sangat menyesal, kami menyatakan bahwa pasien telah meninggal dunia”

‘TIDAKKK!” Anwar sontak berteriak kencang “Bapak tidak boleh mati. Tidak! Pak bangun, pak . Anwar tidak punya siapa-siapa lagi, Pak. Tolong jangan tinggalkan Anwar hiks,,,hikss…”

‘Bagaimana mungkin meninggal, Dok? Perasaan tadi pasien baik-baik saja” Ucap pria tadi.

“Tenang Pak, kami sedang menyelidiki penyebabnya”

“Dokter, ada yang menyuntikkan racun ke dalam infus pasien” laporan seorang suster tentu saja mengejutkan semua yang ada, Anwar yang sedang dilanda syok semakin terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Pikirannya langsung teringat pada dua pria berpakaian tadi.

‘Jangan-jangan dua pria tadi yang masuk saat saya sedang duduk diluar” ucap Anwar semakin kembali mengejutkan dokter dan perawat yang ada di sana “Salah satu perawat itu dipunggung tangannya ada tato tulang ikan dan ada tulisan TGM di sisinya”

Mendengar pengakuan dari Anwar, dokter itu langsung memerintahkan perawat untuk memeriksa CCTV , benar saja mereka menyaksikan dua orang dalam rekaman CCTV masuk ke kamar pasien tapi mereka memakai masker dan topi. Sepertinya mereka juga tahu letak posisi kamera berada di sana.

Para perawat langsung mengumumkan hal ini ke yang lainnya dan juga pihak keamanan, semua yang ada di rumah sakit diperiksa satu persatu, Tapi sayang, pengakuan Anwar yang terlambat membuat sang pelaku lolos dengan mudah.

Anwar terkulai. Airmatanya luruh meratapi nasibnya. Kini dia hanya sebatang kara. Anwar tidak bisa berpikir jernih. Otaknya buntu. Entah apa yang harus dia lakukan. Namun saat ditanya soal pemakaman, Anwar meminta bantuan kepada utusan dari bos ayahnya agar sang ayah dimakamkan dikampung dekat makam ibunya.

Sebelum dibawa pulang, jenazah ayahnya diotopsi terlebih dahulu karena kematiannya sudah termasuk pembunuhan berencana. Hingga hampir menjelang malam hari, proses otopsi selesai dilaksanakan.

Anwar segera memberitahu orang yang dia kenal melalui ponsel jadulnya, Namun lagi-lagi Anwar menerima kabar buruk. Tetangganya memberi kabar kalau rumah Anwar ada yang berusaha menghancurkannya, bahkan menurut kabar yang dia dengar, rumah Anwar nyaris di bakar. Tetangga juga mengatakan kalau orang yang merusak rumah Anwar adalah orang suruhan ayah Arinda dan pacar Arinda atas balasan yang telah Anwar lakukan.

Anwar semakin terpuruk. Dia sunggu telah kehilangan segalanya. Tak lama setelah ayahnya dimakamkan, Anwar masih berdiam diri di samping makam kedua orangtuanya. Dengan segala sesak yang menyerang benaknya, Anwar meluapkan segala amarah dan kekalutannya.

“Bapak, Ibu, Anwar harus bagaimana sekarang? Kalian telah meninggalkan Anwar sendirian. Anwar harus bagaimana, Bu, Pak? hiks…hiks…”

Di saat bersamaan , tiba-tiba suara petir menggelegar dan saat itu juga ada kilat yang menyambar saku celana Anwar. Sontak saja Anwar terpental dan langsung tak sadarkan diri. Anehnya badan Anwar tidak gosong sama sekali dan di sakunya. Ponsel Anawar menyala dengan cahaya yang sangat terang.

“Eughh!” Sebuah lenguhan panjang terdengar dari mulut orang yang baru saja sadar dari pingsannya. Tubuh orang itu bergerak pelan dan matanya perlahan terbuka sembari mengerjap.

“Anwar, kamu sudah sadar?” Suara seseorang terdengar di saat mata pemuda bernama Anwar mulai terbuka secara perlahan, Anwar memandang ke sekitar dan dia mendapati dirinya sedang dikerumuni beberapa orangt yang dia kenal.

“Aku dimana?” Tanya Anwar dengan suara lemah dan sedikit bergetar.

“Kamu ada dirumah, tapi kamu ditemukan pingsan di pemakaman tadi” jawab salah satu tetangga yang ikut berkerumun.

Mendengar jawaban dari tetangganya, kening Anwar sontak berkerut, dalam benaknya dia teringat kalau dia tadi tersambar petir saat berada di pemakaman orang tuanya. Anwar pun segera bangkit lalu duduk sambil memperhatikan tubuhnya sendiri. Rasa terkejut langsung menyeruak dalam benak Anwar karena dirinya baik-baik saja.

Bagaimana kelanjutan ceritanya.

Nantikan di bab selanjutnya….

Tetap berikan dukungan dan motivasi yah biar othor lebih semangat lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel