Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

“Kenapa? Suka-suka aku lah” jawab Arinda cuek, Dia langsung menepis tangan Anwar denga keras.

“Siapa kamu? Gangguin pacar aku, hah!” Laki-laki yang bersama Arinda balik menggertak.

“Apa! Pacar? Hahaha…Rin jelaskan sama pria itu, siapa aku?”

“Kamu siapa? Dia memang pacar aku”

Deg

Anwar tercengang. Dia sangat terkejut dengan apa yang baru saja di ucapkan wanita uang dia cintai

"Maksud kamu?’

“Apa kamu tuli? Dengarkan baik-baik. Dia pacar aku, paham!” Arinda malah membentak Anwar tepat didepan wajahnya

Anwar semakin ternganga. Kali ini dia bagai tersambar peitr mendenga ucapan Arinda “Rin, bukankah selama ini kita…”

“Pacaran? Hahaha..jangan mimpi. Aku nggak sudi punya pacar miskin kayak kamu”

Arinda!

“Apa!” Arinda berseru lebih keras sampai semua mata yang ada dihotel sederhana itu menatap kearah mereka ‘Mungkin memang sudah waktunya kamu mkendengar kenyataan. Dengarkan baik-baik. selama ini tuh aku tidak pernah cinta sama kamu”

“Apa!”

‘Ya, seperti yang kamu dengar, selama ini aku tidak pernah cinta sama kamu, Jangan pernah berpikiran berlebihan. Hanya gara-gara kamu sudah nolongin aku, terus kamu layak disebut pahlawan dan layak untuk berpacaran sama aku? Nggak, Jangan mimpi! kamu nggak layak buat aku”

Mata Anwar membulat dan menatap tajam wanita yang sedang menghinanya. Tangannya terkepal.Betapa dia sangat terkejut mendengar setiap ucapan kata yang keluar dari mulut wanita yang sangat dia cintai “Kamu bercanda kan?” Ucap Anwar yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi didepan matanya.

“Kamu pikir aku becanda? Hahaa…ngaca donk, ngaca! Kamu itu pria menyedihkan yang pernah aku kenal. OKe kamu memang sudah menyelamatkan aku dari preman-preman dulu, Tapi bukan berarti aku jatuh cinta sama kamu, tidak , aku hanya membalas budi atas apa yang kamu lakukan kepadaku. Jadi aku rasa aku impas bukan? Kamu menyelamatkanku dan aku berpura-pura mencintai kamu agar kamu bahagia, adil bukan?”

“Apa! Jadi selama ini?”

“Ya, seperti yang baru saja kamu dengar, aku hanya berpura-pura jadi pacar kamu saja. Maaf. Mending kamu cari cewek lain yang sama miskinnya sama kamu”

Emosi Anwar semakin meninggi. Tangannya yang mengepak terangkat dan sebuah bogem mendarat sempurna di hidung Arinda.

“Sialan!” teriak Anwar

Bugh!

“Akkh!” Arinda langsung terpental dan terjerembab ke lantai. Hidungnya sontak berdarah. Laki-laki yang bersama Arinda hendak membalas dengan memberi pukulan, namun kalah cepat dengan gerakan tangan Anwar. Laki-laki itu pun langsung terkapar akibat tendangan kaki Anwar yang mendarat diperutnya.

Anwar berjongkok dan meraih kerah baju Arinda dan menatap tajam wajah wanita yang saat ini sedang ketakutan “Aku akan buat perhitungan sama kamu, Arinda! Kamu pikir aku akan membiarkanmu? Nggak akan!”

Anwar langsung menghempas tubuh Arinda dengan keras dan langsung meninggalkan tempat itu dengan segala amarah yang berkobar.

Anwara segera meninggalkan Arinda dengan segala amarah yang tersisa. Dia tidak peduli dengan segala teriakan dan ancaman dari dua orang yang baru saja dia hajar. Beruntung, hotel yang tadi dia sambangi adalah hotel kecil yang tepatnya disebut motel, sebab dengan ongkos sewa hanya sebesar Lima Puluh Ribu Rupiah,, pengguna bisa menggunakan kamar selama empat jam saja, Karena termasuk hotel yang murah, jadi tidak ada petugas yang berjaga di sana., Yang ada hanya satu karyawan hotel dan beberapa penyewa kamar yang ingin sekedar membuang benih saja.

Anwar masih menuntun motor bututnya diantara rintik hujan, menuju rumahnya yang memang terletak di kampung berbeda, sepanjang jalan bahkan Anwar tidak menemukan bengkel satu pun yang buka,

Hingga ada sebuah mobil bak terbuka yang berbaik hati menawari tumpangan untuk Anwar menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Anwar dikejutkan dengan beberapa tetangga yang sedang berkerumun didepan rumahnya. Kening Anwar berkerut, sebab dari wajah yang ditunjukkan pada tetangga, Anwar merasa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, dan benar saja, bahkan melihat Anwar datang, para tetangga langsung menyambutnya.

‘Kamu kemana aja? Dari tadi kami menunggunmu. Nomor telepon kamu juga nggak aktif” ucap salah satu tetangga saat langkah kaki Anwar sampai di depan pintu rumahnya. Rumah Anwar memang tidak luas. Hanya ada tiga petak dalam rumah yang terbuat dari dinding bambu itu. Tiga petak itu terdiri dari dapur, satu kamar dan satu ruang yang bisa berfungsi untuk apa saja.

“Ada apa pak? Ponselku ada di dalam, tadi ketinggalan” Tanya Anwar yang cukup bingung melihat sikap tetangganya itu.

“Tadi ada polisi yang datang ke sini. Dia ngasih kabar katanya bapak kamu dan bosnya diserang oleh segerombolan perampok, Sekarang ayahmu berada di rumah sakit”

“Apa!” Anwar memekik tak percaya. “Bagaimana bisa?”

“Aku juga nggak tahu. Katanya Bapak kamu berusaha melindungi bosnya”

“Terus kondisi Bapak gimana?’

“Katanya sih terluka parah, mending kamu segera pergi ke kota menyusul bapakmu. Nih alamatnya tadi polisi yang ngasih”

Tanpa pikir panjang lagi, Anwar menyetujui saran tetangganya. DIa bergeas berganti pakaian dan membawa bekal seadanya, Tabungan yang rencananya untuk membeli cincin buat sang kekasih , dia gunakan untuk ongkos menuju kota, Dia lantas pamit kepada para tetangga dan dia juga berangkat keterminal diantar oleh salah satu tetangganya.

Wajar jika Anwar begitu khawatir saat tahu kondisi bapaknya. Saat ini hanya dialah satu-satunya keluarga Anwar yang tersisa. Ibu Anwar sudah meninggal tepat disaat Anwar berusia tujuh belas tahun, Saat itu menjadi hari paling menyedihkan bagi Anwar karena ibunya harus menyerah dengan penyakitnya.

Sebenarnya, Anwar juga masih memiliki keluarga besar dan cukup terpandang. Tapi karena kesalahan kedua orang tua Anwar, Ayah dan Ibu Anwar diusir oleh keluarga masing-masing. Karena hamil di luar nikah, keluarga besar mereka langsung bertindak menghukum keduanya. bahkan tak jarang orangtua Anwar mendapar hinaan dari keluarganya sendiri dan saudaranya karena hidupnya jauh dari kata mampu setelah terusir dari daftar nama keluarga. Maka dari itu, Ayah Anwar memilih pindah ke tempat yang lebih jauh dari keluarga besarnya untuk menghindari segala rasa sakit hati yang terus mendera istri dan anaknya.

Begitu sampai diterminal, tepat ada satu bis yang akan berangkat menuju ke kota. Anwar sontak bertanya tentang kota tujuannya dan bi situ memang menuju ke kota yang Anwar tuju. Anwar langsung masuk kedalam bis itu tersebut dan tak lama bis itu berangkat.

Setelah menempuh waktu hampir sepuluh jam, Akhirnya Anwar kini sudah berada di rumah sakit dimana ayahnya berada berdasarkan alamat yang dia terima semalam. Anwar langsung menanyakan keberadaan sang Bapak kepada suster dan dia segera saja menuju tempat yang ditunjukkan suster tadi.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?

Nantikan di bab selanjutnya….

Tetap berikan dukungan dan motivasi yah biar othor lebih semangat lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel