Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Sebenarnya dia hanyalah seorang gadis polos yang mendadak harus menikah. Dulunya, tepatnya 5 bulan yang lalu. Pada saat itu ia sedang berada di kampus dan mendadak dijemput dengan Paman Ji—alias ayah Sejeong. Paman Ji membawanya kesebuah rumah mewah—tak kalah mewah dengan rumah suaminya saat ini. Disana Yoona bertemu dengan seorang pria tua yang duduk di sebuah kursi roda. Pria tua itu tersenyum kepadanya, bahkan sampai memeluknya.

Mulanya mereka hanya mengobrol dan tak terasa obrolan itu membuat mereka menjadi akrab. Pribadi Yoona yang ramah tentu dapat membuat siapapun merasa nyaman padanya. Sampai pada akhirnya obrolan penting terucap dari mulut pria tua itu—yang ternyata adalah ayahnya Sehun. Pria tua itu memintanya untuk menikah dengan anaknya.

Alasan yang pria tua itu katakan cukup membuat Yoona bimbang. Sebelumnya dia juga mengatakan, bahwa sebenarnya dulunya Paman Ji bekerja dengannya. Dia sudah sangat mempercayai Paman Ji hingga ketika ia pensiun, ia meminta Paman Ji untuk berada di sisi Sehun sang anak. Saking ia mempercayai mantan Managernya itu, ia juga meminta Paman Ji untuk mencarikan seorang isteri untuk anaknya. Dan dari kriteria yang dia inginkan, semuanya mengarah ke Yoona. Karena yang ia inginkan adalah wanita yang baik dan tidak haus akan kekayaan.

Ia harus memberikan posisinya kepada Sehun—sebelum dirinya tiada—karena sesuai yang diprediksi dokter bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Tetapi untuk menduduki posisi Presiden Direktur, anaknya itu harus memiliki seorang isteri. Karena itulah pernikahan itu terjadi. Ia tahu, Sebenarnya Sehun melakukan pernikahan itu dengan terpaksa. Ia juga tahu bahwa anaknya itu masih sangat mencintai mantan isterinya. Tetapi ia percaya, bahwa jika kedua insan hidup bersama, niscaya suatu saat hati keduanya akan tergerak untuk mendekat. Lalu mengapa Paman Ji menyarankan Yoona?

Yoona merupakan anak dari kakak tertuanya. Yoona sudah tinggal bersamanya sejak kecil—karena kakaknya itu memilih menikah dengan pria asing sejak ditinggal mati sang suami. Tentu Yoona sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Dia memang memiliki seorang putri yang tak lain adalah Sejeong. Tetapi Sejeong masih berumur 19 tahun dan anaknya itu juga tidak sebaik Yoona—menurutnya. Baginya Yoona merupakan wanita yang luar biasa sopan dan selalu ramah kepada siapapun. Hatinya sangat lembut dan tidak pernah berlaku jahat sekalipun. Dan semua hal pelik itulah yang akhirnya menjadikan Yoona sebagai isteri seorang Oh Sehun. Raja kutub selatan. Julukan dari Yoona untuk sang suami—pemilik Willis Group, perusahaan media terbesar di Korea Selatan.

Sepatu kerjanya, jas dan dasinya sudah terletak asal di atas lantai—dikamarnya. Masih mengenakan sisa pakaian kantornya, ia berbaring lelah diatas kasurnya. Mata sayunya mengamati langit kamarnya yang gelap—karena ia tidak menyalakan lampu kamar itu. Dalam renungannya, kerinduannya pada sosok mantan istrinya kembali ia rasakan. Ekspresi apa itu? Seperti ada perasaan menyesal, bersalah dan.. kesal?

Trrrt.. Trrrt.. Ponselnya berdering.

Ia ingat itu, ponselnya masih berada didalam saku jasnya—yang sudah ia lempar asal. Terlalu lelah bergerak, ia memilih tidak menghiraukan panggilan itu. Tapi ponselnya kembali berdering bahkan hingga tiga kali panggilan dan ia tetap tidak menghiraukan panggilan itu. Huh! Kesal dengan suara getar ponselnya yang tak berhenti mengusik ketenangannya, penuh paksaan ia bergerak turun dari kasur lalu mengambil kasar jasnya. Diraihnya ponsel itu lalu meletakkan kembali jas mahalnya di atas lantai.

[Hyung!] seorang pria menyapanya dengan teriakan ekstra.

“Mmm, wae?”

[Bukankah besok kau libur? Boleh aku kerumahmu?] dia bertanya dengan penuh semangat.

“Datanglah.”

[Wihii.. Sudah lama sekali aku tidak kerumahmu. Aku akan menghabiskan semua stok jelly dan permenmu! Aaa, katakan pada nuna juga ya kalau aku akan—]

Tuut.. Tuut.. Dia sudah memutuskan panggilan itu—yang ternyata dari adik laki-lakinya.

Permen? Ia lihat kearah lemari single dengan lapisan kaca disetiap sisinya. Tampak tumpukan permen disetiap rak pada lemari itu. Jika mencoba mengingatnya, sudah lama sejak terakhir kali ia membeli permen, mungkin sebulan yang lalu. Rasa lelah seperti terlupakan. Ia berdiri dari kasurnya, melangkah menuju lemari kaca itu. Ia ambil sebuah paper bag berukuran besar lalu membuka pintu lemari kaca itu.

Diambilnya beberapa macam permen dengan jumlah yang sangat banyak lalu ia masukan kedalam paper bag. Hampir melewati batas muatan, ia berhenti memilih. Sesaat matanya kembali menjadi sayu tak bersemangat. Ia letakkan paper bag berisikan permen itu ke atas meja—disamping kasurnya—lalu melangkah malas menuju kamar mandi. Disana ia menghujani tubuhnya dengan air hangat dan berusaha mengosongkan pikirannya.

--

Yoona baru saja mengganti pakaian yang sebelumnya sudah menghapus riasan diwajahnya. Ia duduk termenung dihadapan meja rias, memandangi wajahnya dari pantulan cermin. Yang selalu terpikirkan olehnya ketika dalam posisi itu, Mengapa aku menjadi seperti ini? Mengapa aku mau menikah dengannya? Ia tidak pernah berhenti memikirkan itu. Dan ketika pikiran itu mulai menghampirinya, dadanya akan terasa sesak dan membuatnya harus segera menghirup udara segar diluar sana. Dengan gaun katun selututnya—yang bertangan panjang—dilengkapi kardigan polos, ia keluar dari kamar. Oo?

Dilihatnya suaminya yang juga tengah keluar dari kamarnya dengan menenteng sebuah paper bag. Seakan tak melihat keberadaannya, suaminya itu melangkah santai menuruni tangga hingga keluar dari rumah—yang sepertinya menuju mobilnya. Sudah lama tidak melihat Sehun mengenakan pakaian seperti itu. Saat itu Sehun mengenakan jeans berwarna hitam, kaos turtle neck berlengan panjang yang juga berwarna hitam, topinya yang juga berwarna hitam, dan satu-satunya sepatu kets berwarna putih yang ia gunakan dengan cara menginjak bagian tumitnya.

Yoona dapat mengingat dengan baik. Sehun sering mengenakan pakaian seperti itu ketika hendak keluar dimalam hari—tapi sejak bulan lalu Sehun tidak pernah melakukannya—dan kini Yoona melihat hal itu lagi. Ia tidak pernah tahu apa yang suaminya lakukan diluar sana dengan pakaian yang nyaris sama itu. Sungguh, ia penasaran akan itu. Apa tidak masalah jika aku cari tahu?

Ia mulai melangkah mengendap menuruni tangga. Dengan hanya mengenakan sandal jepit biasa, Yoona berlari menuju gerbang rumah itu setelah mobil Sehun melesat pergi. Loh? Ia melihat mobil Sehun berhenti sejenak disamping tempat sampah yang berada sebelum gerbang rumah itu. Dari kaca mobil yang terbuka, Sehun melempar paper bag yang tadinya ia bawa hingga masuk kedalam tempat sampah, kemudian mobilnya kembali bergerak pergi. Rasa penasaran Yoona kembali menggelitiknya, ia berlari kecil menuju tempat sampah itu.

“Permen? Kenapa lagi-lagi dia membuang permen sebanyak ini? Aa, tidak ada waktu, aku harus segera mengikutinya.”

Sepertinya tuhan sedang berpihak pada Yoona. Taksi melintas didepan gerbang rumahnya dan langsung ia hentikan. Setelah itu ia langsung meminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Sehun. Dari yang ia lihat, Sehun mengemudi dengan sangat pelan seakan ia tidak memiliki tujuan tertentu. Pertanyaan yang hendak timbul menjadi ragu mengganggu Yoona. Mungkin karena tidak ada yang mencurigakan dari suaminya itu. Mencurigakan? Kenapa juga aku harus tahu itu? Tunggu, sebenarnya apa yang sedang aku lakukan? Yoona terdiam sesaat dengan situasi yang sedang ia perbuat. Itu pertama kalinya dia mengikuti Sehun. Ee? Candy shop?

-

-

-

Continued..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel