BAB 8
Ibu hanya tersenyum bahagia, melihat anak-anak nya saling perduli. Beliau benar-benar, merasa beruntung memiliki mereka. Yang selalu saling membantu, dan tidak pernah mengeluh. Atas apa yang mereka lalui selama ini.
"Ya ampun Ran, gak usah dek. Itu uang simpanan hasil kerja kerasmu selama ini. Masa dikasih ke kakak sih, gpp kok kakak pake baju Vani aja!" sahut Nisa terharu.
"Gpp kak, aku ikhlas lagian aku kerja buat kita. Buat ibu, buat kakak, kalau disaat seperti ini, aku gak bisa bantu kakak. Terus, apa gunanya aku kerja," Randi bicara, sambil memandang kakak dan ibunya.
"Ya udah, kakak terima ya Ran. Nanti kalau kakak udah terima gaji, kakak bakal ganti ya!" ucap Nisa. Sambil meraih uang, yang diulurkan adiknya.
Uangnya lumayan banyak, satu juta. Nisa berfikir, untuk berbelanja di mall. Biar dapat membeli, pakaian yang agak bagusan. Biar dia tidak terlihat memalukan, saat pertama kerja.
"Ya udah, Randy balik ke bengkel dulu ya Bu, kak. nanti hati-hati, kalau belanjanya. Jangan ceroboh, seperti biasanya!" pesan Randy sambil pamit pergi.
Randy bicara begitu, bukan tanpa alasan. Randy tau betul, bahwa kakaknya satu ini sangat ceroboh. Beberapa kali, Randy harus berurusan sama orang, akibat kecerobohan kakaknya.
Hal itu jugalah, yang menyebabkan Randy harus bersikap dewasa. Randy harus bisa melindungi, kakak dan ibunya. Karena dia laki-laki dirumah ini.
Dia menggantikan, peran sang ayah. Untuk menyelesaikan masalah, yang sering kakaknya akibat kan. Karena kecerobohan nya, sejak kecil Randy sudah terbiasa melakukan nya. Meski dia seorang adik, tapi dialah yang harus menjaga kakaknya, bukan sebaliknya.
Setelah Randy berangkat, kembali kebengkel. Nisa membantu ibunya, membereskan sisa makan siang. Karna saat dia sedang dirumah, memang dia selalu berusaha untuk meringankan kerja ibunya. Yang dari subuh, sudah harus kepasar dan berjualan keliling.
"Udah, ibu istirahat, ibu pasti capek. Nanti kalau Nisa, udah jadi karyawan tetap diperusahaan itu. Ibu gak usah dagang lagi, istirahat menikmati masa tua. Ibu sudah banyak berjuang, untuk kami. Sudah saatnya kami membalas, jasa-jasa Ibu!" ucap Nisa penuh haru.
"Iya nak, itu sudah kewajiban ibu mengurus kalian. Ibu bahagia bisa melakukan nya, ibu yang berterima kasih pada kalian. Karena sudah menjadi, anak-anak ibu yang baik. Tidak pernah mengeluh, akan keadaan!" balas ibu, juga dengan keharuan.
"Gak kok Bu, kami senang sudah dilahirkan dari rahim seorang wanita tangguh. Ibu tidak terjatuh, saat dalam keterpurukan. Saat ayah meninggal dan meninggalkan banyak hutang, ibu tegar dan tetap membesarkan kami. Dengan kasih sayang, yang amat besar." Nisa hampir menangis, saat mengingat perjuangan sang ibu.
"Udah ah, malah jadi melow begini. Nanti kalau Nisa udah banyak uangnya. Bukain aja ibu warung, didepan rumah. Biar gak capek keliling, dan tetap bisa menjaga rumah. Serta mengurus kalian!" saran ibu, mengalihkan pembicaraan.
"Oh tenang aja, kalo itu Bu. Tetap doain Nisa ya bu. Biar bisa sukses, dan bahagiain ibu," sahut Nisa.
"Aminn, selalu itu nak. Ya udah buruan selesaiin kerjaannya. Kan mau shoping, beli baju kerja baru!" ucap ibu, dengan nada canda.
"Ok Bu, asik gak sabar pengen shoping!" Nisa pun, buru-buru menyelesaikan pekerjaan nya.
Setelah selesai, Nisa langsung bersiap untuk pergi. Dan pamit pada ibu, yang berpesan untuk hati-hati.
Saat tiba di mall, Nisa sibuk memilih-milih apa yang akan dibeli. Dia memilih tempat-tempat, yang ada diskonnya. Biar bisa dapet lebih, dan bisa dapet sepatu dan tas kerja juga pikirnya.
Nisa keluar masuk toko, dan sambil menenteng dua tas belanjaan dan satu cup minuman dingin. Karena dia haus, saat keliling turun naik lantai mall.
Sesaat mata Nisa melihat, kerumunan orang sedang memilih-milih, tempat penjualan tas. Yang sepertinya, ada diskon besar-besaran. Menilik dari ramai nya kerumunan, Nisapun sedikit berlari. Agar tidak kehabisan, barang diskon itu. Karena memang dia berencana untuk membeli tas.
Bughhhh!!
"awhhhh!!" Nisa berteriak kesakitan. Saat tanpa sengaja, dia menbrak seseorang. Yang bertubuh tinggi atletis. Dan tentu saja, dia terjatuh sendiri, setelah menabrak orang itu.
Tapi naas bagi Nisa, dia yang jatuh terduduk, bukannya mendapat pertolongan. Tapi malah mendapat bentakan. Yang membuat, Nisa terkejut bukan main.
"Kamu gak punya mata ya?? orang Segede ini, masih kamu tabrak. Apa kamu gak punya otak, di mall seramai ini, kamu lari-lari. Kamu pikir, kamu anak kecil!!!!" bentak orang itu dengan suara keras. Membuat sebagian pengunjung, menoleh pada mereka.
"Maaf, saya tidak sengaja!" ucap Nisa, takut-takut sambil mencoba berdiri.
"Maaf katamu? kamu lihat, pakaian saya sampai kotor begini. Kamu tau, berapa harga pakaian saya. Apa kamu bisa ganti??" bentak pria itu lagi.
Nisa masih tertunduk, malu dan menyesal. Dia tidak tau harus bagaimana, dan berkata apa. Seketika bibirnya kelu, bagaima jika orang itu minta ganti. Sedangkan uangnya tidak seberapa, itupun untuk membeli, persiapan kerjanya besok.
"Kenapa kamu diam saja? bagaimana tanggung jawabmu. Makanya, kalau jalan pake matamu!!!!" sambung pria itu lagi.
Nampak ada seseorang, disampingnya menyuruhnya tenang. Tapi beberapa orang dibelakangnya, hanya diam saja memperhatikan.
"Lalu, saya harus bagaimana? saya udah minta maaf. Kalau untuk mengganti pakaian anda, saya tidak punya uang. Apalagi, tadi anda bilang harganya mahal. Jadi ya saya, hanya minta maaf. Saya juga tidak sengaja!!!" sahut Nisa mulai memberanikan diri. Melihat, orang yang disamping orang itu, sedikit membelanya.
"Sudahlah Bos, ayok kita balik kekantor. Saya akan Carikan, baju ganti buat bos!" ucap orang, disamping orang itu.
"Apa katamu? Sudahlah. Gak!! enak aja, nanti dia kebiasaan melakukan itu. Cepat minta alamat, dan no hpnya. Bila perlu, sita KTPnya. Dia harus bertanggung jawab, atas tindakan nya!" sahut orang itu, sambil menatap tajam Nisa.
Nisa mulai kesal, dan terpancing emosi. Dengan sikap kasar pria itu, tanpa sadar diapun ikut berteriak.
"Gak!!! aku gak bisa kasih KTP ku. Aku membutuhkannya, besok aku mulai kerja dan harus punya kartu identitas. Seenaknya aja, minta KTP orang. Kamukan bisa minta no hp aja, aku gak bakal kabur dari tanggung jawab. Jadi anda tidak perlu khawatir, dan bicara begitu kasar!!!" ucap Nisa berapi-api
"Sini hpmu, nanti kukasih nomerku. Hidup kok repot amat. Kelihatan nya aja orang kaya, tapi pelit. Baju cuma kotor dan basah aja, ribut minta ampun. Padahal, masih bisa dicuci juga. Sini mana hpnya?" lanjut Nisa, masih dengan nada kesal.
"Tunggu apa lagi? kasih hpmu sama dia. Biar dicatatnya nomernya, biar dia tau beurusan sama siapa. Sudah salah, tapi masih bisa ngomong seenaknya!!" perintah pria itu. Pada orang disampingnya, dengan nada datar dan dingin.
Orang disebelahnya, memberikan hp pada Nisa. Dan Nisa mencatat nomernya, lalu menyerahkan kembali tanpa bicara. Entah kenapa, saat mendengar nada datar dan dingin, orang itu. Nisa malah keder sendiri, lebih takut dari pada dibentak tadi.
Akhirnya, orang itu berlalu tanpa menoleh. Diikuti beberapa orang, dibelakangnya. Nisa pun kembali, ketujuan awalnya. Untuk memilih tas diskon, tak dipedulikannya pandangan beberap orang. Yang tadi menyaksikan perdebatan nya.
