Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 11

Nisa sedikit terkejut, melihat tempat ini. Dia tau ini tempat mewah, dan pasti makanan nya mahal-mahal.

"Apa gpp kita makan disini Rev? disinikan mahal makanan nya?" tanya Nisa bingung.

"Udah, gak usah bingung gitu. Mukamu jelek, kalau lagi bingung. Hehehe ayok turun!!" Revan turun dan membukakan pintu untuk Nisa.

"Ihhh, malah ngejek gitu ih. Aku kan cuma kaget aja, kenapa makan ditempat mahal gini!" sahut Nisa.

"Gpp sekali-kali, aku gak bakal jatuh miskin. Hanya karena ngajak kamu, makan ditempat di sini. Aku masih punya cukup uang kok, untuk bayar, makanan disini. Tenang aja!!"

"Bukan gitu, kalau kita makanannya disini. Terus, gimana aku harus traktir kamu nanti. Uang harus, dua kali lipat" Nisa bingung. Takut gajinya tidak cukup, saat nanti membalas traktiran Revan.

"Hahahaha, kamu nih Nisa, lucu banget sih. Aku cuma bercanda Nis, nanti kalau kamu udah gajian. Kita makan bakso aja, yang di pinggir jalan. Lagian tenang aja, nanti gajimu diperusahaan itu, bakal cukup kok. Untuk beberapa kali, makan disini. Soalnya, gaji disana diatas rata-rata!!" terang Revan.

"Oh gitu ya, pantes aja kamu gayanya sekarang udah beda banget. Serba mewah, ternyata gajinya gede toh. Hehehe!" ucap Nisa, salting.

"Ya udah Nis, kita pesen yok. Aku udah laper banget nih!" Revan mengalihkan, pembicaraan.

Mereka pun memesan makanan, dan menikmati nya. Sambil bercerita, tentang masa lalu mereka. Saat masih sama-sama, bersekolah di SMK yang sama. Mereka tertawa bahagia, mengenang masa-masa itu.

Nisa tertawa bahagia malam ini, tanpa tau besok hari berat sedang menantinya. Dan akan bikin dia, merasa sesak nafas dibuat nya.

Keesokan harinya, Nisa bangun pagi-pagi sekali. Dia tak ingin terlambat, dihari pertama nya bekerja. Nisapun pamit pada ibu, dan meminta doa ibu. Agar segalanya dipermudah kan hari ini.

Nisa pun berdiri, didepan gedung kantornya. Perasaannya bercampur aduk, bahagia dan gugup. Dia menarik nafas, dan mencoba menenangkan dirinya. Nisa pun langsung, menuju ruangan HRD.

"Selamat pagi pak, saya Nisa karyawan baru yang kemarin ditelepon!" ucap Nisa, masih gugup.

"Oh iya, saudari Nisa. Selamat ya, kamu sudah berhasil bergabung, di perusahaan ini. Perkenalkan, saya Marwan. Saya harap, kamu tidak mengecewakan saya ataupun perusahaan. Kamu akan ditempatkan, sebagai wakil asisten CEO disini!" jelas pak Marwan.

"Maaf pak, apa tidak salah. Bukannya, saya akan bekerja, di bagian yang sesuai. Dengan jurusan, pendidikan saya?" tanya Nisa heran.

"Maaf saudari Nisa, tapi disini kita tidak menerima karyawan. Hanya dari bidang pendidikan nya saja. Itu kenapa, kami tidak mencantumkan masalah pendidikan. Saat membuat, lowongan kerja!" pak Marwan, diam sejenak lalu melanjutkan.

"Apa anda tidak bersedia, kami tempat kan disana. Tapi semua keputusan itu, CEO sendiri yang menentukan. Apa kami, harus membatalkan nya?" tanya pak marwan.

"Tidak pak, saya bersedia diletakkan di bagian manapun!!" sahut Nisa cepat.

"Baiklah, jika begitu. Ini berkas yang harus, kamu tanda tangani. Silahkan dibaca, terlebih dahulu." Pak marwan, staf dari bagian HRD itupun, menyerahkan beberapa lembar kertas.

Nisa tidak terlalu, memperhatikan apa isi dari berkas-berkas itu. Dia hanya membaca sekilas, tentang aturan perusahaan itu. Dan melirik sedikit, bagian masalah gaji.

"Wow!! ternyata bener kata Revan. Gaji disini, diatas rata-rata. Padahal aku disini, masih termasuk pegawai magang, selama dua bulan. Sebelum resmi, diangkat sebagai karyawan tetap," batin Nisa.

Nisapun diantarkan ke ruangan, dimana dia akan bekerja. Ternyata, dilantai teratas gedung ini.

"Permisi pak, apa saya boleh masuk?" tanya bapak, bagian HRD itu.

"Masuk!!" jawab suara dari dalam.

Mendengar suaranya, yang datar dan dingin. Membuat Nisa, sedikit bergidik ngeri. Dia yakin sekali, jika bosnya ini adalah orang yang kaku dan dingin. Dinilai dari suaranya.

Nisa dan pak Marwan pun, memasuki ruangan sang CEO. Nampak lah seorang laki-laki berbadan tegap. Tapi Nisa, tak bisa melihat wajahnya, karena dia membelakangi meja.

"Ini pak Presdir, karyawan baru yang bapak minta. Sebagai wakil, dari asisten bapak," lapor pak Marwan.

"Baiklah, kamu boleh pergi!" perintah nya, tetap tanpa menoeh.

"Baik pak Presdir, saya permisi!" Pak Marwan pamit, dan hanya dibalas dengan deheman.

"Perkenalkan pak, saya Nisa wakil asisten bapak!" sapa Nisa, takut-takut.

"Apa saya ini bapakmu? seenaknya kamu panggil begitu. Panggil saya bos!" sahutnya, tetap tanpa melihat Nisa.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel