Bab 8 Membawa Perasaaan
"Kamu bisa memilih sesuatu yang kamu suka!!"
Ucap Alex setelah mereka tiba di Chinatown, District Binondo, sebuah tempat yang menjual banyak artefak china, kuliner, pakaian, serta oleh oleh khas Filipina, namun kebanyakan penjualnya adalah orang orang china yang telah menetap lama di Filipina.
Alex bahkan rela menempuh jarak tiga kilometer dari Apartemennya di pusat Kota Manila untuk membawa Hana ke sini. Tidak langsung pulang setelah mereka makan malam di Finders Keepers. Menurutnya, wanita pasti akan suka di ajak berbelanja, mungkin Hana juga demikian.
"Aku menemanimu saja. Aku tidak akan membeli barang apapun."
Hana mengaitkan tangannya pada lengan Alex. Suasana dingin tempat ini, membuatnya sedikit menggigil.
"Ya sudah, kita jalanjalan dulu saja, nanti kalau ada yang menarik, kita bisa membelinya."
Mereka berjalan bersisian layaknya sepasang kekasih. Menikmati tempat ini dengan segala hiruk pikuknya, sangat jauh dari kata rapi.
Tempat ini sesak oleh pedagang dengan gerai dagangan yang mereka tawarkan. Juga ramai oleh pengunjung yang semakin malam semakin banyak.
Mereka melewati sebuah gerai pakaian dengan hoodie couple yang di pajang di etalase, di padukan dengan topi yang senada cukup menarik minat Alex.
Alex menarik Hana untuk memasukinya. Hana hanya menurut, tidak tau apa yang tengah Alex dan pedagang itu bicarakan. Dia sama sekali tidak mengerti bahasa Filipina.
Beberapa saat kemudian, pedagang itu mengulurkan dua buah paper bag, Alex menerimanya dan mengulurkan sejumlah uang sebagai gantinya.
"Pakai ini!!"
"Apa ini??"
Hana menerima paper bag pemberian Alex, mengintip isinya, kemudian tersenyum saat mendapati sebuah hoodie berwarna hitam di dalamnya.
Tidak tau kenapa Alex bisa membelikan ini untuknya? Apa pria itu tau jika dia tengah kedinginan? Entahlah, dia tidak mau memikirkannya lagi, dia segera berlalu masuk ke toilet.
Hana membuka pintu toilet dan mendapati Alex masih berdiri di sana. Dia melebarkan mata saat melihat Alex mengenakan hoodie yang sama dengannya. "Pasangan??"
Alex mengangguk, "pakai ini juga!" Dia memakaikan topi pada kepala Hana. Topi yang sama seperti yang dia kenakan. "Cantik." Ucapnya kemudian.
Gadis ini.. meskipun hanya mengenakan dress sederhana di atas lutut, serta hoodie berwarna gelap, namun tidak menghilangkan pesona yang gadis ini miliki. Bahkan warna rambutnya yang mencolok juga sangat cocok di padukan dengan warna apapun.
"Oia, ini!!"
Alex mengeluarkan sneakers dari paper bagnya, berjongkok, kemudian melepas sepatu hak tinggi yang Hana kenakan dan menggantinya dengan sneakers hasil buruannya di gerai sebelah saat Hana berada di toilet. Dia hanya menebak nomor sepatunya, namun setelah di pakaikan, ternyata ini sangat cocok di kaki Hana
Hana tersenyum malu mendapat perlakuan manis dari Alex. Pria itu selalu saja mengagetkannya dengan hal hal yang bisa mempercepat detak jantungnya. Mungkin dia bisa diabetes jika Alex selalu saja bersikap manis seperti ini.
"Aku pikir, kamu akan lelah kalau memakai hak tinggi terlalu lama."
Alex kembali berdiri, dan memasukan sepatu hak tinggi Hana ke dalam paper bagnya.
"Terimakasih."
Kini mereka terlihat semakin nyata sebagai pasangan kekasih. Orang yang melihatnya akan kagum dengan pasangan ini. Si pria sangat tampan dan si wanita sangat cantik. Serasi dan tampak harmonis. Juga candaan dan gelak tawa mereka sepanjang menyusuri Chinatown hingga berakhir duduk di sebuah kursi taman dengan tangan yang saling terjalin.
Hana menyandarkan kepalanya di bahu Alex, melihat ke langit. Kegelapan namun tidak lagi gelap saat ada ribuan bintang yang bersinar di atas sana. Sangat indah saat bisa melihat itu dengan seorang pria sebagai sandarannya.
"Kenapa?"
"Aku sangat menyukainya."
Alex terperanjat, "kalau kamu suka, kita bisa menghabiskan malam tanpa tidur dengan duduk di sini." Setengah dari kalimat depannya adalah serius, sementara sisanya hanyalah sebuah candaan.
"Aw."
Alex meringis saat mendapat cubitan manja dari Hana. Dia mengusapnya seakan Hana telah menganiayanya dengan kejam.
Hana merengut, "aku serius. Aku bahkan tidak pernah bermimpi bisa duduk berdua dengan seorang pria di bawah taburan bintang yang indah."
Alex menggunakan ke dua tangannya untuk menangkup wajah Hana hingga tatapan mereka berdua saling bertemu. Menekan tengkuk Hana dan mencium bibirnya sekilas.
"Terima kasih, Na, aku senang sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu."
Alex kembali menempelkan bibirnya pada bibir Hana, memagutnya dan semakin memperdalam ciumannya.
Hana menghentikan Alex dengan memegang pergelangan tangannya, "ini tempat umum." Berusaha mengingatkan Alex jika ini bukan tempat yang tepat untuk berciuman.
"Aku tau."
〰〰〰
Alex kembali mencium bibir Hana setelah tiba di apartemen. Memagutnya dengan tenang dan santai. Seakan mereka memiliki waktu yang sangat panjang.
Menekan tubuh Hana di atas ranjang, menindihnya dan mulai menjamah tubuh gadis itu penuh nafsu.
Alex berlaku curang, Hana sudah bertelanjang bulat sementara Alex masih mengenakan pakaian lengkap dan masih sangat rapi. Sepertinya Alex berniat menggodanya hingga dia tidak berdaya di bawah kendali pria ini.
"Alex.."
Hana mendesah. Suara desahan yang membuat Alex semakin bersemangat untuk menggoda gadis ini lebih jauh.
Alex mendekatkan wajahnya, kemudian menempelkan bibirnya pada telinga Hana. Sebuah tempat yang dia yakini menjadi salah satu area sensitif yang bisa meningkatkan gairah seorang wanita.
"Lex.."
"Em.."
Alex masih sibuk berkutat dengan aktifitasnya. Dengan tangan yang sudah berhasil menembus celana dalam Hana, dan mulai memainkan jarinya di sana.
Sentuhan ini sukses membuat Hana tidak berdaya, dia merasa tubuhnya kian memanas. Seakan ada perasaan dimana Alex harus segera memasukinya.
Mereka sudah melakukan ini kemarin malam. Dan itu juga kebanyakan Alex yang memimpin. Mungkin.. sekarang adalah gilirannya untuk lebih banyak berinisiatif.
Hana membelai rambut Alex, "biar aku yang melakukannya."
Alex tersenyum, kemudian mengangguk. "Aku sangat menantikan itu."
Alex membaringkan tubuhnya di atas ranjang, membiarkan Hana menelanjanginya.
Hana melepaskan pakaian yang Alex kenakan. Celana panjang, dan yang terakhir adalah celana dalam pria itu. Dia menelan saliva terlebih dahulu, menghirup udara banyak banyak kala melihat adik kecil Alex sudah mengintip saat dia berhasil melepaskan celana dalam Alex.
Alex mengusap rambut Hana perlahan saat melihat Hana tidak melanjutkan pergerakannya, "malu?"
Hana terperanjat, kemudian tersenyum canggung, "iya, tapi.. aku tetap akan melakukanya." Dia tau pria sangat suka pemanasan terlebih dahulu sebelum ke intinya. Jadi dia memulainya dengan membelai dada Alex.
Dada yang bidang dan berotot. Bentuk tubuh yang proposional untuk ukuran seorang pria. Mungkin Alex telah menghabiskan banyak waktu dan tenaga di gym untuk membentuk otot ototnya hingga seperti ini.
Hana juga menempelkan bibirnya pada bibir Alex, melumat dan menghisapnya secara perlahan. Bibir yang lembut juga wajah yang tampan. Tidak.. bahkan sangat tampan.
Kini Hana bisa menikmatinya untuk kepuasaan dirinya sendiri. Tidak hanya sekedar melihat, tapi dia juga bisa menyentuhnya. Kemarin, dia tidak sempat memperhatikan ini, tapi sekarang.. dia sungguh tidak ingin melewatkannya.
Hana membuka pahanya, memasukan kejantanan Alex ke dalamnya. Kini dia berada di atas Alex dengan Alex yang terus saja memandangnya. Mungkin Alex tengah menilai performanya malam ini. Jika sudah seperti ini, maka dia tidak akan mengecewakan.
Hana mulai bergerak ke atas dan kebawah, membiarkan Alex jatuh dalam kenikmatan dengan posisi telentang dengan asyik memainkan payudaranya, membelai dan meremasnya. Kemudian menempelkan bibir mereka satu sama lain, saling berpagutan, saling melumat, hingga saling menghisap. Mereka berdua sangat menikmati itu.
〰〰〰
Hana menjatuhkan tubuhnya setelah Alex berhasil mencapai puncak gairahnya. Dengan keringat yang membasahi hampir sekujur tubuhnya, namun tidak merasa lelah saat melihat Alex terkapar tidak berdaya akibat ulahnya, dia justru tersenyum puas penuh kemenangan.
Alex menarik tubuh Hana hingga tubuh mereka saling menempel satu sama lain, kemudian mengecup dahinya sekilas. "Terima kasih."
"Kamu suka?"
"Hm."
Alex mengangguk, dia menyukainya, sangat. Menyukai gadis itu. Menyukai tingkah lakunya, menyukai aksinya, dan menyukai semua yang gadis itu lakukan terhadapnya. Namun dia menyadari jika hubungan mereka hanya sebatas rekan kerja, lebih tepatnya teman bercinta, tidak lebih.
Apalagi.. mereka melakukan ini atas dasar nafsu belaka. Semua ini hanyalah naluri antara pria dan wanita yang berduaan di atas tempat tidur. Juga dorongan kebutuhan batin yang harus tersalurkan. Tidak ada hati, tidak ada perasaan dan tidak ada cinta.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu kalau kamu pergi."
Alex mengeratkan pelukannya. Dia berkata jujur, perkataan yang murni datang dari dalam hatinya.
Tanpa sadar, dia telah membawa perasaannya sejauh ini. Perasaan yang seharusnya tidak pernah ada, perasaan yang seharusnya tidak tumbuh, serta perasaan yang dia tau tidak akan berakhir baik.
Hana diam. Masih mencoba mencerna perkataan Alex. Mencari arti dari setiap untaian kata yang sangat menyesakkan hatinya.
Bisa di pastikan, mereka tidak akan pernah bertemu lagi setelah perjanjian itu selesai. Jadi tidak seharusnya mereka saling merasa kehilangan jika perpisahan itu terjadi.
Di tambah, hubungan mereka ada batas akhirnya, tidak memiliki ikatan yang benar benar bisa menjerat mereka.
