Bab 6 Malam Pertama
Hana keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan sehelai handuk. Juga tetes tetes air dari rambutnya yang masih basah membuat penampilannya bagaikan dewi.
Kulit bersih serta putih menjadi pemandangan baru untuk Alex. Dia berinisiatif mengambil sebuah handuk, kemudian mendekat ke arah Hana, "biarkan aku membantumu!"
Alex mulai membantu Hana mengeringkan rambut dengan telaten. Setelah di rasa cukup, dia segera menghentikan aktifitasnya.
Alex menatap wajah gadis itu lekat, wajah tanpa riasan serta merah merona, membuatnya yakin jika gadis itu gugup, namun gadis itu seperti sudah siap jika dia melakukannya sekarang.
"Kamu tau kenapa kamu berada di sini sekarang?"
Hana mengangguk, "aku tau persis alasan kenapa aku berada di sini."
"Kamu yakin?"
Hana kembali mengangguk. "Tentu saja."
"Aku akan memberimu waktu untuk berpikir, kamu masih bisa mundur jika kamu tidak menginginkannya."
Hana menggelengkan kepanya. "Tidak perlu. Aku sudah di sini, jadi.. aku tidak akan mundur." Hana diam sejenak. "Bahkan.. tidak akan pernah." Tambahnya dengan suara lirih, bahkan nyaris tidak terdengar.
Tekad Hana sudah bulat. Sejak awal, ini adalah tujuannya, jadi kenapa dia harus mundur? Jika dia memang ingin berhenti, dia sudah melakukannya jauh jauh hari.
Alex menghembuskan nafas panjang. Setidaknya.. dia sudah mengingatkan. Jadi, jangan menyalahkannya jika dia lancang nantinya. Karena dia tidak akan sungkan lagi.
"Baiklah, ini pilihanmu. Jangan menyalahkanku yang sudah mengingatkanmu."
"Kamu tenang saja. Aku mengambil keputusan sendiri, tanpa paksaan siapapun. Kalaupun ada konsekuensinya, aku juga siap menanggungnya."
Alex mengangguk. Dia merasa puas dengan jawaban Hana. Dia menyentuh bibir Hana, "apa boleh?" Dia merasa perlu meminta izin terlebih dahulu sebelum menyentuh gadis itu. Dia tidak ingin memaksa gadis itu jika memang belum siap untuk malam ini.
Hana mengangguk, "tentu, aku adalah milikmu." Suaranya terdengar lemah. Seakan pasrah di satu sisi, namun menginginkannya di sisi yang lainnya.
Pria yang begitu menghormati wanita populasinya mulai berkurang, bahkan nyaris tidak ada. Jadi katakanlah jika Alex adalah spesies langka yang pantas di acungi jempol, dan dia juga merasa tidak akan pernah menyesal jika pria itu menjadi yang pertama untuknya.
Dia tau Alex adalah pria yang baik. Dia justru akan merasa bersalah jika tidak mau melakukannya, dia juga takut akan membuat Alex kecewa jika dia menolaknya. Tentu saja, ini adalah pilihan yang di rasa paling tepat.
Mendapat jawaban iya dari Hana, cukup menandakan jika gadis ini menyetujui ajakannya. Alex mencium bibir gadis itu dengan lembut, namun slow response yang Hana lakukan membuatnya ragu. Tidak seperti bayangannya, sepertinya gadis ini tidak pandai berciuman, atau... gadis ini tidak pernah berciuman sebelumnya?
Alex menghentikan ciumannya. Membuat Hana terkejut. Apa yang salah? Apa dia tidak cukup menarik perhatian Alex sampai pria itu berhenti menciumnya?
"Apa kamu tidak pernah melakukan ini sebelumnya?" Alex bertanya pula pada akhirnya. Dia sungguh penasaran.
"Tidak pernah." Hana menjawab dengan yakin. Jawaban yang mengandung seribu kejujuran.
Hana memang tidak pernah berciuman dengan pria sebelumnya. Jadi sangat wajar jika dia tidak bisa melakukannya. Juga materi singkat yang Amira ajarkan tentang gaya dan teknik berciuman yang baik dan benar tidak bisa terealisasi dengan baik lantaran dia hanya di bekali materi bukan praktek.
Wajahnya berubah buram, dia takut tidak akan memuaskan kliennya. Dia takut Alex akan complain dan Bos Deni akan mendapat masalah.
Alex tersenyum simpul, menjepit dagu Hana dengan jari jemarinya. Merasa jika gadis ini masih sangat polos.
"Kamu beruntung mendapatkanku sebagai yang pertama untukmu, tapi.. jangan takut, aku akan mengajarimu sampai kamu bisa."
Alex kembali mencium Hana, tidak hanya itu.. dia juga benar benar mengajarkan ciuman serta lumatan lumatan kecil dengan penuh kesabaran.
Setelah beberapa waktu, akhirnya Hana mulai bisa mengimbangi teknik berciuman Alex. Dia mulai menikmati ini. Apa lagi, Alex memperlakukannya dengan lembut dan sangat baik. Sama sekali tidak menyakitinya.
Sementara pandangan Alex semakin gelap. Dia tidak ingin sekedar ciuman, namun menginginkan lebih. Dia membuka handuk gadis itu. Hana tidak menolak, mungkin gadis itu tidak menyadari jika tubuhnya sudah telanjang sempurna, tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh indahnya.
Ciuman Alex mulai turun ke leher, memberikan tanda kepemilikan jika Hana adalah miliknya. Juga meremas gunungan yang membuat Hana mendesah tidak berdaya.
"Tuan.."
Tidak sampai di situ, Alex bahkan menggoda Hana dengan menyentuh titik titik sensitif pada tubuh Hana dengan bibirnya, juga tangan yang bergerilya mengusuri setiap jengkal tubuh gadis ini tanpa ada yang terlewat.
"Sebut namaku."
Menghisap dan memberi tanda adalah hal yang selalu Alex tinggalkan pada tubuh indah Hana.
"Lex.. Alex.."
Tubuh Hana menegang sempurna, merasa panas juga basah pada bagian bawahnya. Alex jelas sangat lihai menggoda hingga dia terlena. Dan sepertinya.. Alex yang lebih banyak berinisiatif dari pada dia. Sebenarnya.. siapa yang di bayar untuk siapa? Rasanya justru seperti dia yang telah membayar Alex untuk hal ini. Sangat memalukan.
"Siap main??"
"Iya."
Alex mulai melucuti pakaiannya sendiri. Meski dia ingin Hana membantunya, tapi dia yakin Hana akan menolak. Gadis itu terlalu lugu untuk melakukan hal menjijikan semacam ini.
Alex kembali mencium Hana. Mengarahkan tangan gadis itu untuk memegang kejantanannya. Dia mengulas senyum kala melihat wajah merah merona menahan malu yang Hana tunjukan. Itu sangat lucu.
Hana tidak tau harus berbuat apa. Meski dia sudah melihat tutorial cara perawatan lolipop kala ereksi melalui video porno koleksi Amira, tapi dia merasa sangat gugup sampai tidak bisa berpikir saat sudah di hadapkan dengan bentuk aslinya. Panjang, besar dan berurat. Ini.. gila.
Alex memberikan kode kepada Hana agar melakukannya dengan mulut. Untuk yang pertama, dia akan melakukannya secara perlahan. Memberikan ruang agar gadis itu bisa melakukannya dengan lepas, dan menggunakan mulut adalah pilihan yang tepat sebelum dia memasukannya langsung ke dalam liang kewanitaan Hana.
Hana ragu. Dia menelan ludah dengan susah payah. Dia tau bisa membantu merawat adik kecil Alex menggunakan tangan atau mulut sebagai pengganti lubang kewanitaannya. Tapi.. cukup!! Jadilah penurut. Setidaknya dia harus sadar diri dengan posisinya. Dia di bayar, jadi jangan berlagak seperti dia yang membayar.
Alex mulai memasukannya ke dalam mulut Hana. Terasa penuh di dalam mulutnya, Hana seperti kehabisan nafas, namun.. dia segera menyesuaikan diri dengan menjilat dan menghisap hingga Alex menggeliat. Mungkin.. seorang pria juga merasakan kenikmatan yang sama kala di manjakan.
Hana semakin bersemangat melakukannya. Menggunakan lidahnya agar Alex terbang dengan kenikmatannya hingga beberapa saat kemudian cairan Alex berhasil keluar di mulutnya. Dia segera berlari ke kamar mandi untuk memuntahkannya. Itu menjijikan.
Hana berkumur hingga tiga kali, kemudian mengusap mulutnya dengan tissu. Dia akan mendapatkan banyak uang untuk ini. Jadi.. dia tidak di perkenankan untuk mengeluh. Dia harus merendah serendah rendahnya.
"Kamu baik baik saja?" Tanya Alex setelah melihat Hana keluar dari kamar mandi. Ekspresi itu, apa artinya? Apa Hana marah karena dia mengeluarkan cairan putihnya di dalam mulut? Bukankah itu merupakan bukti jika mereka benar benar sudah menyatu?
"Aku baik." Hana melangkahkan kakinya kembali ke arah ranjang dimana Arka berbaring. "Hanya.. tidak terbiasa." Tambahnya.
"Sekarang.. giliranku."
Alex menarik tubuh Hana hingga tubuh gadis itu terlentang di atas ranjang. Membuatnya leluasa untuk menjamah tubuh Hana.
"Lex..."
Hana mendesah saat merasakan jari jemari Alex membelai hutan rimbanya. Tidak hanya itu, Alex bahkan bermain di dalam liangnya. Memasukan jarinya, kemudian memaju mundurkannya. Seperti tengah mengeksplor isi hutan Rimbanya. Memberikan sensasi aneh, yang sangat menyebalkan.
Alex melebarkan paha Hana untuk mempermudahnya melakukan itu. Menggoda Hana terlebih dahulu untuk membuat segalanya semakin mudah.
"Ini akan sakit untuk yang pertama, tapi selebihnya, kamu pasti akan ketagihan. Dan kamu akan meminta lagi dan lagi."
Alex berbisik pelan di telinga Hana dengan menindih tubuh Hana dengan kejantanan yang sudah dia arahkan di antara paha gadis itu. Kemudian memasukannya dengan lembut dan perlahan.
"Ah.."
Hana mengerang. Dia merasakan sakit yang luar biasa saat sesuatu yang menegang pada diri Arka membobol liang sempitnya. Dia merasakan perih saat selaput daranya benar benar robek.
Hana menangis. Sakit di bagian bawahnya tidak seberapa di bandingkan rasa sakit pada hatinya. Kini.. dia bukan lagi seorang gadis perawan. Dia sudah hancur sepenuhnya. Kesucian yang sudah dia jaga selama ini, harus berakhir pada pria yang sekarang berada di atasnya.
Alex membungkam mulut Hana dengan ciuman kala melihat gadis itu menangis. Mungkin itu sangat sakit. Dia tau ini cukup menyakitkan, tapi dia tetap harus melakukannya.
Alex mulai memaju mundurkan kejantanannya di dalam Hana. Ini sangat nyaman. Sempit dan sangat cocok di jadikan sebagai sarang untuk adik kecilnya.
"Ah... Lex.."
Hana mulai mendesah. Rasa sakitnya berangsur hilang, sepenuhnya berganti kenikmatan yang luar biasa. Rasa nikmat ini.. sulit untuk di jabarkan.
Ternyata permainan Alex sangat menyenangkan. Alex melakukannya dengan profesional. Lembut namun menghentak. Pria itu akan menariknya dengan lembut, dan akan kembali mendorongnya dengan hentakan yang mampu membuat Hana melayang.
〰〰〰
"Selamat pagi!!"
Sapaan Alex dengan senyum manis di pagi hari. Hana mendengus kesal. Apanya yang selamat pagi? Ini sudah hampir siang dan mereka tidak tidur semalaman, jadi apakah kata SELAMAT PAGI itu pantas di ucapkan?
Juga senyuman itu, senyuman yang berbanding terbalik dengan kebuasannya tadi malam. Jika tidak semalaman dengannya, mungkin Hana akan terperdaya dengan tampang lugu yang selalu Alex perlihatkan.
"Pagi."
Hana menjawab dengan gugup. Malu saat mengingat tentang apa yang telah mereka lakukan semalaman penuh. Meski dia merasakan sakit di antara pahanya, namun dia tidak berani menunjukannya.
"Apa itu masih sakit?"
Alex mendekap tubuh Hana dari belakang. Merasa bersalah pada gadis itu. Namun tersenyum puas saat melihat noda merah yang kontras di atas sprei berwarna putih. Lukisan itu adalah sisa pergolakannya semalam dengan Hana. Lagi pula, ini juga yang pertama untuknya, jadi sangat wajar jika dia ketagihan, ingin lagi dan lagi.
"Lumayan."
Hana meringis. Sejujurnya ini sangat sakit, tapi dia harus profesional, tidak ingin membuat Alex khawatir. Apa lagi jika melihat Alex begitu energik pada saat ini meski tidak tidur semalaman, membuatnya tidak sampai hati untuk mengeluh.
"Maafkan aku, tapi.. aku harus pergi sekarang, ada sesuatu yang harus ku urus."
Alex beranjak, mengenakan kemeja serta celananya dengan cepat.
"Apa kamu tidak mandi terlebih dahulu?"
Hana buka suara. Kenapa pria itu sangat terburu buru sampai tidak mandi? Bukankah ada aroma aneh yang akan tercium jika pria itu tidak membersihkan dirinya?
Alex memakai jam tangan sebagai penutup penampilannya, "ini sudah jam sembilan, seseorang akan membunuhku jika aku datang terlambat. Aku akan mandi di sana, dan mungkin aku akan pulang di atas jam lima sore. Aku akan meminta seseorang untuk mengantar makanan untukmu. Jadilah anak baik dan tunggu sampai aku kembali."
Alex mengusap puncak kepala Hana, mencium dahinya sekilas, kemudian segera berlalu sampai siluetnya benar benar hilang di balik pintu.
Hana tertegun. Perlakuan Alex sungguh sangat manis. Membuatnya malu sendiri. Namun, jika di pikir kembali, sebenarnya Alex itu siapa?
Rasanya masih terlalu muda untuk ukuran seorang pengusaha, namun dari penampilannya tidak tampak seperti Mahasiswa, jadi apa yang akan pria itu lakukan seharian di luar sana, juga apa pekerjaannya?
Entahlah, Hana terlalu lelah untuk berpikir. Dia akan tidur sampai nanti sore, sampai Alex kembali. Jadi dia masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat. Dia melepas softlensnya, kemudian segera memejamkan matanya.
