Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Tertarik

Alex keluar dari kamar mandi. Hanya mengenakan celana pendek, pria itu bertelanjang dada. Menunjukan otot lekar serta dada bidang yang mampu membuat gadis yang melihatnya akan gigit jari.

Penampilan sempurna yang cukup mempesona. Bagaimana mungkin pria seperti ini berani membayar mahal untuk sebuah keperawanan? Padahal.. jelas pria itu hanya membutuhkan mulut manis, maka setiap gadis pasti akan bertekuk lutut dan menjatuhkan diri padanya. Bermodalkan tampan, maka uang tidak berlaku. But.. why??

Hanya ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama adalah pria ini tidak pandai berkata manis, atau kemungkinan keduanya adalah pria ini pecinta kebersihan, selalu ingin menjadi yang pertama untuk gadis gadis.

Tentu saja, mau sehebat apapun Alex, dia tetaplah Tuan Muda dari keluarga kaya yang hanya bisa menghamburkan uang untuk bersenang senang. Berganti pasangan layaknya berganti baju juga di anggap hal yang wajar di kehidupan mereka.

Hana menggelengkan kepala, ada apa dengan otaknya?

Kenapa dia harus melelahkan pikirannya sendiri untuk memikirkan hal tidak penting seperti ini? Bukankah ini sama sekali bukan urusannya? Di tambah, dia tidak perlu melibatkan diri dalam urusan pribadi kliennya.

Alex memiringkan sedikit kepalanya serta menaikan sebelah alisnya, "kenapa?? Apa ada yang salah?"

Sejujurnya Alex merasa terganggu dengan tatapan tajam gadis ini, bukan tatapan memuja melainkan tatapan penghakiman. Mungkin gadis itu tengah menggosipkan kejelekannya dalam hati.

Hana tersenyum simpul, merasa canggung karena telah ketahuan tengah mengamati Alex.

Hana tersenyum canggung namun tampak sopan. "Tidak ada masalah, aku hanya terlalu banyak berpikir." Jawabnya menggunakan Bahasa Inggris.

Selama di sini, mereka memang telah menyepakati bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi mereka selama tiga hari ke depan.

Alex mengangguk, "mau keluar? Mencari udara segar?"

Mata Hana berbinar. "Keluar?"

Hana tidak pernah menyangka jika Alex akan berbaik hati mengajaknya keluar. Ini adalah bonus dalam pekerjaannya, yaitu di ajak melihat keindahan kota Manila. Meski dia tau dengan sangat jelas jika Alex pasti lelah karena baru saja tiba, namun dia tidak akan melewatkan kesempatan bagus ini. Tapi... apakah pria ini serius ingin mengajaknya jalan jalan?

Alex mengangguk. Dia sangat serius dengan ajakannya. Lagi pula, dia sangat ingin membawa gadis itu berkeliling. Mungkin gadis itu akan bosan jika terkurung di dalam apartemen selama tiga hari.

"Boleh."

Meski sebenarnya jalan jalan tidak masuk daftar kegiatan buatan Amira dalam menyenangkan klien, tetapi tidak ada salahnya jika dia menyenangkan diri sebelum sesuatu yang berharga dalam dirinya di ambil secara paksa oleh pria ini.

Tidak.. tidak.. ini bukan paksaan, melainkan dia secara suka rela akan menyerahkan diri pada pria ini nanti malam.

"Bersiap siaplah, ganti baju terlebih dahulu!"

Alex mendekat, "tidak mungkin kamu akan mengenakan pakaian seperti ini untuk keluar bukan?" Dia menunjuk dada Hana yang menonjol, hampir terlihat separuhnya karena gaun berbelahan dada rendah yang gadis itu kenakan.

Hana mengerjapkan mata, tersenyum malu. Berjalan ke lemari. Baju baju bawaannya memang telah dia tata sedemikian rupa di dalam lemari, juga pakaian Alex yang telah dia masukan ke dalam lemari yang sama sewaktu Alex mandi.

Namun, ada masalah lain yang cukup penting, yaitu.. kenapa semua pakaiannya seperti ini?

Alex mendekat saat mendapati Hana tidak kunjung mengganti bajunya, melihat ke arah pandang Hana yang tengah menatap pakaian bawaannya dengan diam. Dia tersenyum simpul, lalu mengambil salah satu gaun paling tertutup di antara yang lainnya, kemudian menyerahkannya pada Hana, "pakai ini!!"

Alex hanya tidak habis pikir, kenapa gadis itu tertegun dengan pakaian yang di bawanya sendiri? Kecuali.. jika itu adalah barang barang yang orang lain kemas untuknya. Jika tidak, gadis itu tidak akan menunjukan raut wajah terkejut seperti itu.

Hana tidak menanggapi juga tidak menerima, hanya tengah memikirkan, apa dia bisa pergi keluar dengan pakaian seperti itu?

Gaun berwarna peach ini sebenarnya cukup aman di kenakan, selain gaunnya bertali, juga tidak terlalu pendek, masih bisa menutupi setengah pahanya.

Melihat keraguan yang Hana tunjukan, Alex segera mengambil jaketnya, "pakai ini juga!!"

Alex menyodorkan hoodie hitam kesayangannya kepada Hana. Tidak tau kenapa dia bisa sangat peduli dengan gadis ini.

Sejauh yang dia ingat, dia tidak pernah berbagi barang barangnya dengan orang lain semenjak masih kecil. Apa lagi ini adalah baju yang di kenakan di tubuhnya yang berharga. Tidak tau kenapa dia tidak lagi takut akan alergi jika pakaiannya di kenakan gadis ini.

"Terimakasih." Hana menyambar pakaian serta hoodie yang Alex sodorkan sebelum berlalu dengan cepat ke kamar mandi.

Hana memegang dadanya setelah berhasil menutup pintu dengan sempurna. Perasaan ini.. sebenarnya apa? Kenapa Alex.. sangat baik kepadanya??

Berdasarkan prediksinya, seorang pria pasti akan menerkam tanpa ampun jika sudah di hadapkan dengan seorang wanita cantik nan seksi di depan mata. Dia pikir, Alex juga seperti itu.

Tapi kenapa Alex berbeda? Membuat jantungnya yang semula sehat mendadak sakit karena harus merasakan jutaan kupu kupu berterbangan di sana. Rasanya waktu benar benar berhenti untuk sementara.

Sementara Alex tidak bisa berhenti menahan senyum, jika dia boleh menebak, sepertinya gadis itu seorang pemalu, atau mungkin juga seorang pendiam?

Entahlah.. namun saat melihat wajah merah gadis itu dengan senyuman tulus, membuat dadanya berdebar tidak karuan.

〰〰〰

Alex menggenggam erat tangan Hana, menyusuri jalanan ramai kota Manila pada malam hari, ternyata cukup menyenangkan. Berjalan di bawah pohon Tabebuya berdaun kuning yang rindang. Tampak indah dengan kilauan saat daun daun Tabebuya mendapat sorot dari lampu jalan.

Alex mengajak Hana duduk di salah satu bangku di pinggir jalan, membuka paper bag hasil buruan mereka saat menghabiskan waktu di kios kios cemilan yang tersedia di sepanjang jalan yang mereka lalui.

"Ini Ube Pie."

Alex mengambil salah satu pie. Pie biasa hanya saja menggunakan ubi ungu sebagai isiannya. Tidak tau kenapa dia mau merepotkan diri dengan menjelaskan tentang ini kepada Hana. Namun, jika di pikir pikir lagi, tentu saja itu perlu.

Tampak tatapan gadis ini mengandung banyak pertanyaan serta rasa ingin tau.

Alex menyodorkan sebuah Ube Pie kepada gadis yang duduk di sebelahnya. Hana mengangguk dan menerimanya dengan antusias. Jika tebakannya benar, maka ini adalah pertama kalinya Hana berada di Negara ini.

Sebenarnya siapa Hana?

Wajah Hana tampak berubah saat riasan berat di wajahnya telah terhapus dan berganti menjadi riasan ringan. Sederhana namun tidak menghilangkan kecantikannya.

Aura jalang seakan lenyap seketika dan tergantikan dengan aura polos yang mendominasi. Jika boleh jujur, dia lebih menyukai Hana yang apa adanya seperti ini, tidak berlebihan. Karena itu membuat mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang nyata di bandingkan partner bercinta.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel