BAB 7
“Apa? Sayang? Aya…aku benar-benar ingin meluruskan kesalahpahaman kita –“
“Kesalahpahaman apa?” balas Aya dengan mata mendelik. Pertengkaran mereka terjadi di parkiran mobil khusus dosen. Aya dan Rio berdiri diantara mobil-mobil lain yang terpakir hingga jika tidak ada yang memperhatikannya secara detail, tidak ada yang tahu bahwa ada sepasang insane manusia yang sedang bertengkar “Kesalahpahaman kita. AKu nggak seperti yang kamu tuduhkan, aku dan dia hanya berteman –“
“Teman tapi kalian seranjang tanpa busana! Menjijikan. Kamu memang manusa laknat!” nmaki Aya dengan emosi yang cukup membara.
“Lepasin aku sekarang!” Aya mencoba menarik tangannya yang mulai terasa sakit dan tak nyaman karena genggaman Rio.
“Bu Aya, saya sudah menunggu ibu terlalu lama” ada suara asing diantara mereka berdua, membuat keduanya menoleh.
“Samudra” gumam Aya dalam hati “Lepasin Aku, aku banyak urusan!” genggaman tangan Rio pada pergelangan tangannya akhirnya lepas, Aya lega karena kehadiran Samudra yang menurutnya menjadi penyelamat tanpa sengaja.
“Urusan kita belum selesai, aku tunggu kamu di sini!” ucap lelaki bernama Rio itu lagi.
“Urusan kita selesai sejak putusan hakin dipengadilan agama sejak empat bulan yang lalu” balas Aya tanpa mau mengalah, Samudra masih setia berdiri di sebelahnya. Mereka berjalan perlahan beriringan, Aya belum bisa melangkah cepat karena kedua lututnya masih terasa lemas, kehadiran Rio yang tiba-tiba membawanya kembali pada masa trauma di mana sakitnya dikhianati, Sementara Samudra belum mengatakan apa-apa, dia hanya memperhatikan Aya yang sedang mengusap-usap pergelangan tangannya yang kemerahan.
“Maaf,bu. bukannya saya bermaksud kurang ajar. Tetapi dari lantai dua di balkon, saya udah memperhatikan dan memang menunggu kedatangan ibu, Saya pikir ibu butuh bantuan agar bisa terlepas dari mantan suami ibu tadi” jelas Samudra tanpa diminta “Bukannya saya berniat kurang ajar atau ingin membuat Bu Aya terburu-buru” lajnut lelaki itu.
Aya menoleh kearahnya sambil tersenyum tipis “Its okay, nggak masalah. Saya justru berterima kasih sama kamu, karena kehadiran kamu, akhirnya saya bebas dari dia” Hampir seluruh penjuru kampus sudah tahu jika Aya adalah seorang janda yang sudah bercerai sejak beberapa bulan yang lalu, Namun, tak ada seorangpun yang tahu apa penyebab perceraiannya, termasuk Samudra yang kini malah penasaran.
“Apa kamu terburu-buru?” Tanya Aya
“Sejujurnya sih iya, Bu, Sore ini saya ada keperluan” balas lelaki itu, Ya dia memang memiliki janji dengan Lili, mereka kana menghabiskan waktu berdua malam ini, walau hanya sekedar makan dan menonton.
“Okee kalau begitu langsung saja ke ruangan saya” Sore ini, urusan Aya dikampus memang hanya bertemu dengan Samudra, karena lelaki itu berjanji akan menyerahkan skripsinya yang telah direvisi. Sungguh Aya berharap urusannya dengan lelaki itu benar-benar beres hari ini, Aya menoleh ke belakang sebelum menaiki tangga, memastikan apakah Rio sudah pergi atau masih berada di sana, namun sungguh sial sekali, mobil lelaki itu masih berada di sana, Entah apa yang diinginkan Rio, Aya juga tidak mengerti.
Dari lantai dua juga, ada yang terus memperhatikan mereka berdua, siapa lagi kalau bukan Berliana alias Lili kekasih Samudra. Gadis itu melipat kedua lengannya di dada menatap kesal pada kekasihnya yang terlihat sok manis pada dosen cantik dan janda itu.
Tanpa sadar, Samudra menemani langkah Aya hingga ke lantai dua dan tepat di depan ruangan wanita itu “Sayang, sebentar ya, aku ke dalam dulu” ujarnya pada Lili yang masih memasang tampang cemberut.
Lili mengangguk tipis sebagai jawaban dari ucapan Samudra, dia masih duduk dengan tegak dan dagu terangkat, bahkan tidak memasang tampang ramah ketika berpapasan dengan Aya, Meski Lili sudah sarjana dan sudah menyelesaikan urusannya di kampus ini, bagaimanapun Aya tetaplah seseorang yang pernah menjadi dosennya. Tak seharusnya Lili bersikap seperti itu, Tapi hal itu bukanlah suatu masalah bagi seorang Aya, Tidak disukai oleh mahasiswi, sudah menjadi hal biasa baginya. Dia tak mau ambil pusing untuk hal-hal remeh seperti itu.
“Silahkan duduk dulu” pinta Aya pada Samudra, lalu menenguk air putih dari botol yang ada didalam tasnya, kerongkongannya terasa kering dan tercekat sejak bertemu Rio, Selain karena kebencian yang begitu dalam, bertemu Rio lagi benar-benar membuat perasaannya berantakan.
“Ibu baik-baik aja, kan?” Samudra menangkap raut wajah dari wanita dihadapannya.
“iya, saya nggak apa-apa kok” sahut Aya mencoba menenangkan dirinya.
“Tangan ibu memar” lelaki itu berkomentar saat melihat pergelangan tangannya, yang mulai merah kebiruan sangat jelas terlihat karena kontras dengan warna kulit Aya
“Oh, bukan masalah” Aya langsung menyembunyikan tangannya d bawah meja. Dia hanya tak ingin dikasihani, apalagi ini masalah pribadinya dengan Rio “Ya, udah biar nggak memakan waktu lama, mana hasil revisi kamu?” Tanya Aya dengan nada santai, Baru kali ini mereka berdua terlibat obrolan santai , tidak ada emosi atau perdebatan didalamnya seperti biasa saat Samudra melakukan konsultasi.
“Ini bu”
“Saya periksa ya” Aya mengambil puluhan lembar kertas itu, beralih ke tangannya, membukanya satu persatu,”Kalau ada yang masih belum pas atau belum cocok menurut saya..maaf Samudra, kamu tetap harus revisi. Yang saya lakukan ini adalah demi kebaikan kamu. Bukan berarti saya benci atau nggak suka sama kamu, tapi saya hanya ingin menyelamatkan kamu dari dosen penguji, Kalau skripsi kamu sempurna, tentu mereka nggak punya celah untuk menjengkali kamu,kan?” Aya mencoba memberi penjelasan yang cukup masuk akal.
“Iya benar bu” sahut lelaki itu.
Sekitar sepuluh menit sudah mereka duduk diam dalam keheningan tanpa ada obrolan karena Aya masih sibuk dan konsentrasi memeriksa skripsi lelaki itu.
“Nah ini..” Aya tersenyum “ Teori yang kamu tambahakn memang sudah benar, tapi penjelasannya masih rancu” Aya menunjuk pada satu lembaran yang baru dibacanya “Bisa kamu sederhanakan lagi?” pinta Aya dengan nada lembut.
Samudra mengangguk “Bisa bu, ada lagi?”
“Sebentar”
Samudra mengangguk dan menunggu dengan sabar.
“Ini, dihalaman ini coba kamu cek lagi, ada beberapa bagian yang typo di sana, Selebihnya udah, semoga pertemuan selanjutnya saya bisa langsung acc ya, Kamu juga pasti bosan ketemu saya terus, begitu juga sebaliknya” Aya tersenyum tipis
Sedangkan Samudra tersenyum lebar “Nggak, saya nggak bosan bertemu ibu”
“Ya udah, kamu boleh pergi dan temui saya satu minggu lagi –“
“Apa Bu? Seminggu lagi? Nggak bisa dipercepat, bu? saya berharap kalau saya bisa ikut sesi sidang skripsi di bulan ini, karena setelah itu, saya akan berangkat ke Singapura –“
….
Bagaimana kelanjutan ceritanya?Apakah Samudra akan merevisi kembali dan kembali akan menolong Aya dari cengkraman Rio?
Nantikan di bab selanjutnya..
