
Ringkasan
Anwar terjebak oleh permainan dari teman-temannya untuk membuktikan bahwa dia adalah pria sejati
PROLOG
Dingin.
Suasana menjelang pagi di sebuah hotel yang terletak di daerah pegunungan , udara yang semakin sejuk, ditambah pendingin ruangan kamar hotel itu terus menyala dengan suhu rendah hingga anginnya semakin menusuk kulit.
Cahaya atau yang biasa dipanggil Aya berupaya menarik selimut tebal yang sedang digenggamnya, agar semakin membalut tubuhnya yang semakin kedinginan. Tapi ketika dia hendak menarik selimut, namun terasa berat seperti ada yang menahannya, sontak ia pun membuka mata.
“Lo pikir, lo doang yang kedinginan, hah?”
Wanita itu langsung membuka matanya seketika. Mengerjapkan berkali-kali saat mendengar suara dari seorang pria yang begitu sekat ditelinganya.
“Lo siapa?” sentak Aya, dia langsung menoleh ke arah sumber suara. Pemandangan yang dilihatnya adalah tubuh kekar seorang pria berambut gondrong yang sedang tidur. Sebagian punggung pria itu terlihat karena tidak ada yang menutupinya.
Aya berupaya menarik selimut semakin kuat lantaran dirinya merasa dalam bahaya, hingga apa yang dilakukannya mengakibatkan pria disampingnya menjadi terusik.
Nampak pergerakan dari pria tersebut, Aya semakin was-was. “Jangan mendekat! Ka-kamu?”. Aya pun terperangah saat melihat apa yang ada di sampingnya.lelaki itu memperlihatkan wajahnya.
Lelaki itu adalah salah satu mahasiswa bimbingan Aya, dan menurutnya yang paling menyebalkan dikarenakan sering membuatnya emosi dan juga naik darah dengan kata-kata dan tingkah lelaki itu yang sering berbuat sesuka hati.
“Bu Aya?” Lelaki itu mengucek matanya, mengerjapkan berkali0kali untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah.
“Ka-kamu mahasiswa abadi ngapain di kamar ini?” Sentak Aya dengan suara bergetar dan degup jantung yang berpacu sangat kencang .
“Ibu tenang dulu” pria yang bernama Samudra berupaya menenangkan dirinya sendiri sekaligus wanita dihadapannya itu “Saya dijebak teman-teman semalam. Saya kalah taruhan sampai harus menerima tantangan dari mereka—“
“Keluar kamu dari kamar saya! Saya yang reservasi kamar ini untuk istirahat dan staycation. Kenapa kamu bisa di sini?”
Nampak air mata mulai menggenang di pelupuk mata Aya, perasaannya semakin tak enak saat melihat bagaimana penampilan pria di hadapannya. Tanpa busana apapun di bagian atas, sama seperti dirinya.
Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Dia mencoba memejamkan mata, mengingat apa yang telah terjadi semalam.
Seingatnya, tadi malam usai berpesta dengan teman-temannya dilounge hotel ini, Aya langsung masuk ke kamar yang telah disiapkan untuknya. Saat itu, dia memang agak sedikit pusing, mungkin karena paksaan teman-temannya untuk mencoba minuman beralkohol,
Aya dan enam orang teman lainnya memainka sebuah permainan berupa arisan. Selain mendapatkan uang, yang memenangkan permainan itu juga mendapat hadiah menginap di sebuah hotel dengan fasilitas yang cukup mewah.
“Iya, saya keluar dari sini”
Tanpa membuka selimut, Samudra mencoba meraih pakaiannya yang berserakan dilantai. Dia pun merasa dijebak oleh teman-temannya setelah berpesta di bar.
Aya langsung mengalihkan perhatiannya kala pria itu dengan santainya memakai pakaian dihadapannya.
“Gila kamu, ya!” umpat Aya.
“Lah, Ibu kan bisa tutup mata dulu, Atau kalau ibu mau, lihat aja nggak apa-apa saya rela –“
Ucapan Samudra terhenti karena Aya melemparnya dengan bantal.
“Kamu ngomong gampang banget, Emang dasar nggak punya pikiran, pantas saja skripsi kamu nggak kelar-kelar”
Aya mencoba mengatur napasnya lantaran menahan kesal karena sikap pria itu yang begitu santai, tanpa ada rasa bersalah dan tidak beripikir sedikitpun dengan apa yang sudah terjadi diantara mereka semalam.
“Ibu bilang apa barusan?” Samudra sudah memakai sebagian pakaiannya. Setidaknya penampilannya sudah lebih baik daripada tadi. Di tangan kanannya memegang sebuah kaos berwarna hitam, tanpa memakainya terlebih dahulu, Samudra berjalan mendekat pada wanita yang tak bisa berkutik itu. “Ibu ngatain saya?”
Aya terdiam, dia menunduk dan berharap semoga Samudra segera enyah dari hadapannya.
“Ternyata seorang Bu Aya terlihat semakin cantik ketika bangun tidur. Beruntung banget yang jadi suami kedua ibu nan –“
Plak!
Samudra mendapat tamparan keras di pipi kanannya. Pria itu memejamkan matanya sekilas, lalu tersenyum santai.
“Cepat pergi! Tolong anggap kejadian semalam nggak pernah terjadi, entah apapun itu!” pekik Aya dengan kasar. Dia bergerak mundur ke belakang karena dengan kurang ajarnya, Samudra mendekatkan wajah mereka, Aya meringis ketika terlalu banyak bergerak, dia merasakan sesuatu yang tidak nyaman di bagian bawahnya.
“Saya akan keluar kamar ini, Tapi kita belum selesai, kita perlu bicara” tegas Samudra sembari memakai kaosnya.
“Bicara apa lagi? Kan sudah saya bilang, lupakan –“
“Nggak bisa lupakan gitu aja. Sebelumnya saya masih perjaka. Gara-gara Bu Aya, perjaka saya hilang! Kalau memang semalam kita melakukannya, itu berarti yang pertama buat saya!” ketus Samudra tak mau kalah.
Mata Aya terpejam singkat, hingga bulir-bulir bening jatuh dan mengalir di pipinya “Kamu pikir, ini yang keberapa buat saya?”
“Loh, ibu ngomong apa sih? Ibu kan janda, ya pasti sudah kesekian kali lah” Samudra mencibir lalu tertawa mengejek.
Tawa Samudra, membuat tangis Aya semakin menjadi dan terdengar begitu pilu, Hingga pria itu merasa bersalah, Tapi masih tak percaya dengan kata-kata desennya yang baru saja dia dengar.
“Mana ada janda tapi perawan?” gumam pria itu, dia duduk di tepian ranjang, belum menjauh dari Aya. Entah perasaan apa yang membuat satu tangannya terangkat untuk memberi usapan lembut pada rambut wanita yang tiga tahun lebih tua darinya itu.
Dia semakin bingung saat Aya mengaku masih perawan, padahal yang dia tahu dan semua orang juga tahu, bahwa wanita itu merupakan seorang janda.
Akhirnya Samudra pun berkata "Coba Ibu geser sedikit, mungkin aja ada jejak perbuatan kita semalam yang bisa membuktikan kalau Ibu benar-benar masih perawan," pinta lelaki itu dengan lembut dan sopan.
Aya membuka matanya yang semakin berair. Dia menggerakkan tubuhnya yang masih terbalut selimut tebal berwarna putih, menuruti pinta mahasiwa bimbingannya itu. Diantara banyak lelaki di dunia ini, mengapa dia harus terjebak dengan mahasiswa abadi yang cukup menyebalkan menurutnya.
"Beneran Ibu masih perawan?" Lelaki itu terperangah melihat noda darah di atas sprei berwarna putih.
"Puas, kamu?!" Sentak Aya.
"Kalau ada apa-apa sama Ibu, saya akan tanggung jawab–"
"Nggak usah, urusan kita selesai sampai di sini dan skripsi kamu juga akan segera saya ACC! Saya pastikan, kita nggak akan pernah bertemu lagi!”
Aya kembali menangis dalam perasaan takut dan bersalah. Dia menerka, pasti kejadian ini tidak terlepas dari rencana dan perbuatan teman-temannya.
**
Hai..hai bertemu lagi dengan othor di cerita yang baru, dengan genre dan latar cerita yang berbeda. Kali ini akan bercerita seputar lophe..lophe di sekitar dunia kuliah…simak terus yah sampai akhir ceritanya..
Tetap ikuti perkembangan alur ceritanya..salam hangat dari othor.
