Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6

“Ntar yah, gue mau deketin tuh cewek” Mario tersenyum, lalu lelaki itu berjalan kearah wanita yang mengenakan pakaian seksi menggoda di mata pria.

“Hobi masuk lubang dan menebar bibit sembarangan lo. apa nggak takut kena penyakit?” Samudra menggelengkan kepala melihat tingkat Mario. Mario dan Sean hampir sama. diantara mereka bertiga, hanya Samudra yang tetap mempertahankan keperjakaannya, hanya untuk istrinya nanti entah Lilia tau siapapun itu, Biarpun nakal, dia tetap akan memegang prinsip untuk yang satu itu. Dia tidak akan rela sesuatu yang berharga miliknya itu akan masuk ke sembarang tempat apalagi pada perempuan yang jelas-jelas pekerjaannya cukup hina seperti itu.

“Ah daripada lo, main sama tangan mulu, mending one night stand, ayo dicoba!” ledek Sean lagi.

“Biar, sama tangan juga enak kok” balas Samudra, menolak keras one night stand seperti yang pernah dilakukan teman-temannya, lelaki itu memberikan gelasnya pada bartender untuk menambah minumannya.

**

Sementara itu..

“Fix liburan kita gagal lagi nih?” Reva menatap Nana bergantian dengan Aya yang duduk dihadapannya siang itu, Aya baru saja bercerita tentang bagaimana malam itu, malam dimana dia dinner dengan Samudra.

“Sabar, hari ini gue janjian ketemu si Samudra lagi, dia janji revisi dengan sebaik mungkin hari ini” jelas Aya

“Cape deh!” sahut Nana

“Udah deh, lo tinggal liburan aja thu anak , biar tahu rasa” saran Reva

“Nggak bisa, kita liburan kan dua minggu, Gimana nasibnya ntar kalau kelamaan, dia malah nggak bisa ikut wisuda tahun ini” balas Aya. Meski kesal dengan Samudra, dia masih juga memiliki rasa iba sebagai dosen, “Dikit lagi kok, dia tinggal nambahin sumber teorinya di footnote, setelah itu kelar”

“Oke, berarti bisa pesan tiket sekarang –“

“Jangan, Gue kan belum izin ke kampus” tolak Aya, “Dan belum izin juga ke papa mama”

Reva membuang napas kesal, melihat tingkah salah satu sahabatnya itu “Hello, Aya, lo thu bukan remaja lagi, bukan anak kecil, lo udah dewasa, janda meskipun masih perawan –“

“perawannta nggak usah dibawa-bawa bisa nggak?” Aya cukup kesal tiap kali Reva atau Anna membahas soal itu.

“Ya gimana, lo thu unik. Ya. Janda tapi perawan”

Aya langsung memasang wajah masam, sebenarnya dia muak karena tiap kali mereka berkumpul, pasti selalu saja membahas itu.

“Ya biarin” sahut Aya sewot

“Btw, lo nggak mau nyobain One night stand sama cowok? ya..minimal sama berondong gitu?” saran Reva, lalu wanita itu cekikikan.

“Sinting!” umpat Aya kesal

“Ya, lo wajib cobain –“

“Nggak!” tolak Aya cepat, “Lo pikir hal begituan buat main-main? Sory, gue Cuma kasih sesuatu berharga milik gue ini ke orang yang tepat, orang yang benar=benar mencintai gue dan tentu orang yang gue cintai”

Reva dan Nana saling tatap dengan seringai mengejek “Tapi tiap ada cowok yang deketin lo, pasti lo menghindari –“

“Nggak untuk saat ini” Aya benar-benar masih trauma dengan masa lalu rumah tangganya yang amat menyakitkan, maka untuk saat ini, menerima orang baru dan membuka hati lagi, dia cukup berhati-hati. Apalagi hanya untuk bermain-main, Aya sangat tidak punya waktu, Terlebih untuk menyerahkan mahkota yang amat berharga itu secara cuma-cuma dengan sembarang orang, oh tentu saja Aya belum segila itu.

“Oke, gue ke kampus dulu,” tepat dua jam lagi, adalah jadwal mengajar terakhir Aya untuk hari ini, Dia juga memiliki janji dengan Samudra dan berharap hari ini adalah konsultasi terakhir mereka.

“Cepetan beresin urusan lo dengan Samudra!” pinta Reva

“iya”

“Atau lo sengaja lama-lamain biar sering ketemu dia?” Nana tertawa

“Kalian ya benar-benar mulai nggak waras, apa karena sering ditinggal suami, LDRan jadi pada stress?” balas Aya kesal, wanita itu juga tak sungkan mengumpat dua sahabatnya “Ja**lay bikin kalian nggak bisa berpikir waras?”

Bukannya marah , Reva dan Nana malah kompak mentertawakan. Tanpa peduli dua wanita j**y yang sering ditinggal suaminya untuk dinas keluar kota, Aya terus melangkah menuju pintu café “Eh, jangan lupa besok jadwal arisan kita!” teriak Reva.

“Oke!’ Aya melambaikan tangannya.

**

Samudra melambungkan asap dari mulutnya setinggi mungkin, setelah menghisap vape yang selalu menemaninya beberapa tahun terakhir. Dari kejauhan, dia memandang kearah area parkir khusus dosen. Menunggu seseorang dengan perasaan jengkel sekaligus kesal karena khwatir skripsinya aka nada revisi lagi, Dari lantai dua, tidak hanya memandang ke area parkiran, lelaki itu juga mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru sudut area fakultas “Tumben banget si jude nggak on time” . Lelaki itu menggerutu sambil menyugar rambutnya ke belakang.

“iya, lama banget, Udah terlambat lima belas menit, biasanya dia nggak pernah begini, kan?” Seseorang disebelahnya menjawan, dengan nada yang sama kesalnya

“Nontonnya bisa ditunda besok aja, nggak?” Tanya Samudra sambil menatap Lili, kekasihnya. Sore ini mereka memiliki janji untuk kencan, sekedar makan bersama dan nonton.

“Nggak mau, Aku kangen banget sama kamu”

Samudra masih mengedarkan pandangannya ke area parkir, dan bergantian kea rah lain, Sebab Aya dosen pembimbingnya itu tidak pernah terlambat, Apa mungkin wanita itu lupa memiliki janji dengannya? Atau ada sesuatu yang terjadi padanya? Samudra bertanya-tanya dalam hatinya.

“Eumm, setiap hari kita bertemu, kamu nggak bosan?” Samudra menanggapi kalimat Lili, setelah terdiam beberapa detik.

“Nggak lah, Nggak ada kata bosan kalau buat kamu –“

“Kamu tunggu di sini sebentar!” pinta Samudra, meletakkan tas ranselnya tepat berada di sebelah Lili lalu dia berjalan tergesa menuju tangga, untuk turun ke lantai bawah.

“Sayang, mau kemana?” teriak Lili dengan perasaan heran, kekasihnya pergi meninggalkannya begitu saja tanpa mengatakan akan kemana, Lili hanya bisa pasrah, sampai akhirnya dia melihat sosok kekasihnya berlarian menuju area parkir dan menghampiri sebuah mobil berwarna hitam.

**

“Lepasin! Apa sih kamu!” sentak Aya, dia baru saja keluar dari mobilnya. Moodnya masih belum membaik, karena terjebak macet, tapi sore ini dia harus berhadapan lagi dengan suatu kesialan yaitu bertemu kembali dengan mantan, Rio, lelaki yang resmi menjadi mantan suaminya sejak empat bulan yang lalu., kini kembali menemuinya untuk pertama kalinya. Sungguh jangankan disentuh, melihat wajahnya saja dia teramat jijik rasanya.  “Tolong lepasin aku!” maki Aya, ketika pergelangan tangannya dicengkram sangat kuat oleh lelaki itu. Aya yang baru turun dari mobil, tapi langsung di hadang oleh Rio, yang memang sudah menantinya sejak beberapa menit lalu,

“Apa? Sayang? Aya…aku benar-benar ingin meluruskan kesalahpahaman kita –“

“Kesalahpahaman apa?” balas Aya dengan mata mendelik.

Bagaimana kelanjutan ceritanya?Apakah Samudra akan menolong Aya dari cengkraman Rio?

Nantikan di bab selanjutnya..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel