BAB 5
“Saya nggak ngutip lho.Bu. itu murni kalimat dari pemikiran saya –“
“Samudra, saya lebih dulu belajar tentang teori ini daripada kamu. Saya, sudah menjadi dosen selama kurang lebih lima tahun, saya hapal teori ini dan tolong jangan jadikan ini claim kalimat murni dari kamu, Apa salahnya kamu mengakui saja, kalau kamu ambil dari google, dan kamu tinggal tambahkan sumbernya di footnonte, kamu nggak salah kalau ternyata kamu memang ngutip, Tapi kamu justru salah kalau mengaku-ngaku ini milik kamu” sangkal Aya dengan nada tegas tak ingin dibantah, Tak lupa dia tersenyum sini, lalu meletakkan skripsi milik Samudra di atas meja, Masih untung Aya tidak mencampakkan layaknya benda tak berharga.
Samudra pun terdiam, Masalahnya revisi ini bukan dikerjakan olehnya, tapi oleh Lili, sang kekasih, Dan mana Samudra tahu kalau ternyata kekasihnya itu juga mengambil kalimat ini dari suatu teori.
Sial, sungguh sial
Tangan Samudra masih mengepal di bawah meja.
“Kenapa kamu diam? Nggak bisa jawab?” Tanya Aya lagi, kali ini dia melipat kedua lengannya di dada, sambil menatap Samudra dengan dagu terangkat.
Sungguh Samudra kesal dengan wanita dihadapannya “Oh, maaf kalau begitu Bu, Ternyata saya salah, ternyata kalimat itu keluar dari pikiran saya karena saya sering membaca teorinya, tapi saya lupa teorinya dari mana –“
“Revisi lagi!” titah Aya
“Lagi, bu?” Tanya Samudra dengan nada kesal
“Iya, kenapa? Jelas –jelas kamu harus revisi karena kamu nggak menambahkan sumber di footnote, mau kamu di cap plagiat? dan bukannya hanya kamu yang malu, tapi nanti saya juga, Dihadapan dosen penguji ketika kamu sidang, saya harus jawab apa?” tentu saja Aya tidak ingin hal memalukan iu terjadi,
“Jadi kamu revisi lagi ya?” pinta Aya dengan nada lembut kali ini, Memang cara bicaranya lembut, tapi menurut Samudra, wanita itu sedang mencoba menghinanya.
Samudra mengusap kasar wajahnya, Bahkan makanan pesanannya yang sudah tiba itu tidak membuat selera makannya tergugah, Dinner yang benar-benar sungguh kacau, Samudra salah mengira, pria itu berpikiri kalau Aya dengan mudahnya terpengaruh dan tergoda dengan sikap manisnya tapi ternyata tidak sama sekali.
“Baik.bu” Sahut Samudra pada akhirnya
“Besok pagi temui saya” tegas Aya lalu dia menyedot minumannya lagi yang masih setengah kemudian wanita itu segera mengambil tas dan berdiri.
“Dasar Lili sialan!” gerutu Samudra dalam hati.
“Siap bu, Tapi…setidaknya, bisa nggak ibu temanin saya dulu sampai saya selesai makan?” Samudra mencoba menahan wanita itu lagi, Setidaknya dia tidak merasa malu pada pengunjung restoran itu karena ditinggal dan harus makan sendirian.
Aya menghentikan langkahnya, lalu tertawa sinis, “Atas dasar apa dan apa untungnya buat aku, temanin kamu sampai selesai makan, silahkan di lanjut saja, atau kalau kamu nggak mau makan sendirian, panggil saja salah satu waiters yang cewek buat temanin kamu atau telepon pacar kamu”
Samudra tertawa, tapi kali ini berbeda, kali ini tawanya dengan penuh keterpaksaan, “Saya heran dengan Bu Aya, kenapa asal kita sedang berdua, ibu selalu menyinggung soal pacar saya? Apa ibu sebenarnya cemburu”
Samudra pikir, sekalian saja. Nasi sudah menjadi bubur, Aya yang terlalu sulit di goda dann ditaklukkan hatinya sebagai dosen pembimbing, membuat Smaudra frustasi dan akhirnya memilih memulai perperangan dengan dosennya itu,
“Sinting kamu ya? Buat apa saya cemburu?” Aya menggeleng lalu tanpa pikir panjang lagi, dia berjalan meninggalkan Samudra yang duduk terdiam.
**
“Cara lo kurang ampuh, Aya si judes yang rumit, nggak akan luluh dengan bunga, Mungkin lo bisa tawarkan yang lain, pedang punya lo misalnya” Sean dan teman-teman lainnya entah sudah berapa kali mentertawakan Samudra malam ini setelah pria itu curhat dan mengeluh tentang skripsi nya yang tak kunjung di ACC oleh dosen pembimbingnya. Kini lelaki itu sibuk menenggak minuman di dalam gelas yang digenggamnya, Alih-alih pulang ke rumah setelah bertemu dengan dosen pembimbingnya. Samudra malah pergi menemui teman-temannya di sebuah club malam.
“Benar banget, dia kan perempuan yang pernah menikah, lalu bercerail, Pasti kesepian. Kali aja lebih butuh pedang tumpul dari pada bunga” timpal Mario.
“Bacot lo pada. Bukannya ngasih solusi, malah bikin tambah pusing, Lo aja sana yang pinjamin pedang!” sahut Samudra kesal
“Gue sih mau-mau aja, dia cantik, biar mungil tapi bohay, Masalahnya gue nggak punya urusan lagi sama si Aya judes” Mario tertawa melihat tampang Samudra yang semakin geram karena mereka terus mengganggung, Bukannya memberi solusi, dua temannya itu malah membuat masalah Samudra semakin rumit.
“Oke kalau gitu, solusi dari gue, malam ini happy-happy aja dulu, lupakan skripsi lo sejenak: bisik Mario.
“lo lihat thu cewek, siap pakai di depan lo, sana samperin” saran Sean lagi sambil menunjuk kearah salah satu cewek cantik berpakaian seksi di depan mereka,
Samudra tidak peduli dengan bisikan setan disekitarnya, Dia masih fokus menikmati minumannya dan pikirannya tidak bisa fokus karena memikirkan Aya, dosen judes yang sudah membuat kehidupan kampusnya semakin rumit.
“Eh, tapi…mana mungkin si Samudra nan suci ini, Lili yang sering godain aja dianggurin apalagi cewek lain” sahut Sean.
“Kalian udah pada tau kan? gue gimana? Jadi nggak usah nyarainin yang aneh-aneh” balas Samudra setelah meletakkan gelas di genggamannya dengan sedikit membanti8ng, Akhirnya lelaki itu menundukkan kepalanya di atas meja,
“Mabuk lo baru dua gelas? lemah!” ejek Mario
“Gue pusing mikirin skripsi, sebenarnya tadi itu hampir,..hampir aja kelar, kalau gue bisa jawab teori mana yang gue pakai, Tapi karena revisi itu Lili yang kerjakan, tanpa info apapun ke gue, semuanya malah kacau” keluh Samudra
“Jadi lo nyalahin Lili?” Tanya Sean
“Iyalah, kenapa dia nggak kasih tahu gue teori apa, jadinya gue nggak bisa jwab apapun waktu si judes nanya-nanya” Samudra kembali duduk tegak, menegakkan kepalanya
“Btw, kasian banget si Lili”
“Kasihan kenapa?”
“Kamu orang pacaran hampir tujuh tahun, tapi lo sama sekali belum nyentuh dia?” Tanya Sean
Samudra pun mengerutkan dahinya “Lo tau dari mana?”
“Lili sering curhat ke gue, sebenarnya lo cinta ga sama dia?” Sean malah balik bertanya.
“Justru karena gue cinta, gue nggak mau rusak dia sebelum waktunya” jelas Samudra dengan tegas
“Lagian, ngapain dia curhat ke lo segala?” Tanya Samudra dengan nada tidak suka, Samudra agak cemburu ketika ada teman dekatnya yang malah mendekati pacarnya.
“Ya mana gue tahu, Tanya aja sono sama pacar lo” balas Sean dengan nada kesal.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?Ada apakah Lili sampai curhat ke temannya Samudra?
Nantikan di bab selanjutnya..
