BAB 2
“Ribet ya jadi dosen, lo nggak pingin nyoba profesi lain, gitu?” saran Nana “Ntar kalau ada lowongan di kantor gue, gue kabarin, lo mau nggak?” tawarnya sekali lagi.
“Gue mau-mau aja, tapi lo tau gimana mama dan papa gue yang backgroundnya dosen, mereka pingin ada penerus dan karena gue anak tunggal, ya terpaksa gue jadi korbannya” keluh Aya.
Ting
Aya langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar notifikasi chat diponsel utamanya, Ponsel yang biasa dia gunakan khusus untuk mahasiswa atau urusan pekerjaan lainnya.
Dari “Mahasiswa Abadi”
“Bu Aya, maafkan kata-kata saya hari ini, Saya sadar, saya keterlaluan. Sebagai permintaan maaf saya, gimana kalau kita dinner malam ini? Sekaligus saya mau menyerahkan hasil yang sudah saya revisi, ternyata kalau saya kerjakan sungguh-sungguh, selesainya bisa lebih cepat dari yang saya duga. Saya harap, Ibu mau menerima ajakan saya.
Sebelumnya…
“Salah kamu juga, Mas. Kenapa nggak kamu kerjain dulu sebelum ketemu buaya betina itu, udah tahu karakternya payah, malah bikin gara-gara!”
Samudra sedang memegang kepalanya dengan kedua tangan, dia menunduk diam lantaran tidak sanggup mendengar ocehan wanita dihadapannya, Berliana atau wanita yang akrab disapa Lili itu masih mengomel karena sampai detik ini Samudra, sang kekasih belum juga menyelesaikan skripsi, sementara waktunya tinggal dua bulan saja, Riuh suara percakapan di kantin pun membuat kepala Samudra semakin pening.
“Kalau kamu Cuma mau ngomelin aku, mending kamu pulang aja” ujar Samudra dengan tegas sambil menegakkan kepala menatap Lili dengan geram. Dia butuh dukungan bukan omelan tak penting seperti yang Lili lakukan padanya saat ini.
“Aku disini mau bantu kamu, malah disuruh pulang, Sini, aku bantu revisi—“
“Enggak usah, Li!” Samudra merampas bundelan kertas sebanyak Sembilan puluh lembar miliknya, yang saat itu sudah berpindah ke tangan Lili, Lelaki itu langsung memasukkan skripsinya ke dalam tas ranselnya, “Kamu dari dulu selalu menyepelekan aku. Apalagi kamu selalu bangga dengan predikat cumlaude kamu, setiap orang nggak bisa disamakan, Li. Sekarang aku mau buktikan kalau aku bisa selesaikan tugas akhir ini, dengan cara dan dengan tanganku sendiri. Tanpa bantuan orang lain, apalagi pakai jasa –“
‘Ya tapi, nyatanya kamu nggak mampu, Mas. Udah deh, turunin aja gengsi kamu yang selangit itu” Lili melipat kedua tangannya di dada, wanita itu berlagak paling benar, berlagak paling setia dan paling mendukung Samudra dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Namun, nyatanya justru wanita itulah yang sering membuatnya down hanya dengan kata-kata.
“Lihat, apa yang kamu bilang barusan? Kamu rendahin aku lagi, Li. Cukup!” Samudra menarik jaket dan ranselnya. Dia berdiri, bersiap untuk melangkah meninggalkan Lili.
“Sayang, bukan begitu maksud aku” Wanita itu mengejar lelakinya yang pasti sedang merajuk, karena tersinggung dengan kata-katanya. Suara ketukan beraturan dari sepasang heels yang dikenakan Lili pun mulai terdengar di telinga Samudra .
“Kamu harusnya ngerti, Mas. Gimana resahnya aku, papa nggak akan merestui kita menikah kalau kuliah kamu belum selesai walau nyatanya kamu udah berpenghasilan” Lili menarik dan melingkarkan lengannya di lengan Samudra.
“Sebenarnya, aku nggak paham dengan jalan pikiran papa kamu. Hanya karena sebuah gelar yang belum aku dapatkan secara resmi, dia nggak mengizinkan aku menikahi kamu. Padahal jelas-jelas aku bisa penuhi dan kasih apapun yang kamu mau dan kamu butuh” Samudra berucap dengan nada penuh kekecewaan.
“Mas, ayo kita pergi ke tempat yang tenang, Kamu pasti butuh ketenangan, setelah menghadapi buaya betina itu. Dan aku punya ide, tentang apa yang harus kamu lakukan supaya kamu dipermudah dan yang kamu lakukan nggak sia-sia” Lili mengikuti Samudra sampai ke area parkir sepeda motor.
“Ya udah, kemana?” Samudra akhirnya luluh setelah melihat senyum manis Lili.
“Kamu nggak usah bawa motor kamu. Naik mobilku saja”
“Hm. Oke”
Samudra memang terkadang kesal dengan sikap Lili, tapi dia tidak punya pilihan lain, karena hanya wanita cantik ini yang masih setia mendukungnya di saat seperti ini, Teman-teman dekat Samudra yang seangkatan dengannya sudah selesai sejak awal tahun , bahkan ada yang sejak tahun lalu, Hanya tinggal dia sendiri yang berjuang bersama tugas akhir yang menyebalkan. Ditambah lagi dengan dosen pembimbing yang susah ditaklukan.
**
“Kamu gila?” Sentak Samudra, ketika dia baru saja membaca sebuah chat yang sengaja diketik dan dikirimkan oleh Lili melalui ponselnya ke sebuah kontak nama yang paling Samudra segani dan dia memberi nama Doping Judes.
“Sinting kamu, Li!” umpat Samudra sekali lagi, sembari meremas rambutnya sendiri, Kini mereka berada disebuah café yang suasananya cukup tenang dan jauh dari kata berisik.
“Udah deh, kamu thu perlu menfaatkan ketampanan kamu ini, Mas. Manfaatkan apa yang ada sama kamu. Dia, buaya betina, apalagi janda, pasti butuh rayuan, gombalan dari laki-laki. Kenapa kamu nggak manfaatkan itu aja, siapa tahu dia luluh” Lili malah tertawa dengan santai setelah melakukan hal yang membuat kekasihnya marah besar. Ajakan dinner, sekaligus penyerahan revisi skripsi.
“Bukan masalah dinnernya aja, masalahnya kamu bilang di dalam chat itu kalau aku udah selesai revisi dan mau nyerahin hasilnya malam ini sekaligus dinner. Sementara aku belum ngerjain sama sekali. Mana chatnya nggak bisa ditarik lagi, dia udah baca” Samudra mencampakkan ponselnya ke atas meja.
“Udah di read?” Lili mengambil ponsel Samudra, memastikan apa yang Samudra katakan, “Dia mengetik, Mas. Dibalas!” seru Lili kegirangan “Kali ini cara kita pasti berhasil”
“Langsung dibalas?” Tanya Samudra tak percaya.
Doping Judes,
“Berhubung saya juga ingin mengambil cuti dan sangat ingin mempeercepat urusan saya dengan kamu, maka ajakan kamu saya terima. Silahkan tentukan tempat, serta waktunya. Saya usahakan datang tepat waktu, saya harap kamu juga begitu.”
“Iya, baby, Nah kan, dia mau” Sahut Lili.
“Apa? Dia mau dinner bareng aku?” Samudra tak menyangka kalau dosennya menerima ajakan itu dengan mudahnya.
“iya, Nih” Lili menyerahkan ponsel Samudra yang layarnya masih menampilkan balasan chat dari Aya.
Samudra terdiam beberapa saat membaca balasan dari si dosen judes.
“Jangan kebanyakan bengong, sini aku bantu revisi” Lili menarik ransel Samudra, mengeluarkan skripsi, beberapa buku serta notebooknya dari dalam sana, Gadis itu terlihat santai sekali, sementara Samudra, pikirannya sedang kacau memikirkan bagaimana dia harus menghadapi malam ini.
Kali ini, Samudra pasrah. Dia menyerahkan semuanya pada Lili, bukan karena dia menyerah, tapi karena sudah terlanjur. Lelaki itu berpindah duduk, yang awalnya di hadapan Lili, kini duduk tepat disebelah kekasihnya yang terlihat antusias membantunya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
apakah berhasil rencana Lili yang akan membantu Samudra revisi skripsinya?
Nantikan di bab selanjutnya..
