Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Bab 6 bn

Bella menutup pintu setelah Arman benar-benar sudah meninggalkan rumahnya Amel. Dia berjalan dengan melenggak-lenggokkan tubuhnya menuju kamar tidurnya dan Amel juga yang sudah selesai memakan nasi goreng kembali ke kamarnya.

Sedikitpun di benak Amel tidak pernah membayangkan Arman. Dia membayangkan suaminya yang suatu hari akan berubah menjadi suami yang perhatian dan sayang sama dia.

"Huaaa!" Amel menguap, kelima jari tangan kanannya menutupi mulutnya yang menganga itu.

"Kamu kok belum pulang sih, Mas! Sedikitpun Kamu tidak menganggapku ada dan tidak mendengarkan apa perkataanku," ucap Amel di dalam hatinya.

Amel yang sudah menjalin lima tahun rumah tangga dengan Andre tidak pernah membayangkan jika pernikahannya akan seperti di lubang neraka. Tidak ada lagi kasih sayang suami, Andre lebih mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan nasehat Amel.

Amel sudah merasa sedikit lelah dengan kehidupan rumah tangganya, ia berniat ingin meminta cerai dengan suaminya. Karena dia sudah bosan dan capek dengan tingkah suaminya yang tidak menghargai dirinya yang selalu bersabar dengan sikapnya yang kasar dan lain sebagainya.

Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, angin bertiup sepoi-sepoi ditambah dinginnya malam menambah suasana mencengkram. Hembusan angin malam menusuk ke pori-pori hingga menusuk tulang-tulangnya.

Tak! Tak! Tak!

Terdengar suara motor Andre yang baru saja tiba di depan rumahnya. Amel yang langsung mengetahui bunyi motor suaminya yang bising langsung turun dari tempat tidur dan membukakan pintu untuknya dengan penuh kekesalan.

"Darimana saja sih Bang! Masa mengisi minyak motor saja sampai jam segini, Kamu selalu mencari alasan untuk bisa menemui teman-temanmu itu!" Amel yang sangat emosi melihat suaminya yang tidak pernah mendengarkan perkataannya untuk pulang cepat mengeluarkan suara singa betinanya.

Tapi Andre bukannya merasa bersalah malah menyerang balik Amel dengan kata-kata kotor dan menyakitkan. "Nggak bisa mulutmu itu diam! Aku baru saja tiba di rumah Kamu sudah ngomel-ngomel nggak jelas, nggak ada otak kau yah!" bentak Andre dengan tatapannya yang begitu tajam menusuk jantung Amel.

Amel pikir Andre akan segan jika keluarganya sendiri ada di sini, apalagi yang menumpang hidup bersama mereka itu adalah adik kandungnya sendiri seharusnya dia lebih bisa menjaga perasaan istrinya. Namun, Amel justru tidak mendapatkannya malahan keduanya membuat kepalanya menjadi lebih pusing.

Belum lagi si Bella yang suka jalan gonta-ganti pasangan, sang suami yang sukanya keluyuran tanpa memperdulikan Amel dan putrinya. Biasanya Amel selalu mengalah jika suaminya terus-menerus memarahinya dan mencaci maki dirinya tapi kali ini dia membangkang karena sudah tidak tahan dengan perlakuannya yang suka berbohong, tidak memenuhi nafkah batinnya dan yang paling di benci olehnya masih saja menggunakan obat-obatan terlarang.

"Kamu ini yah, sudah tau salah malah menyalahkan aku! Kamu pikir aku ini hanya pelayanmu! Melayani nafsumu, kapan kau mau aku siap tapi kapan aku mau kamu banyak alasannya, hah! Kalau tetap begini lebih baik Kamu ceraikan saja aku!" gertak Amel dengan lebih kemarahan.

"Cerai? Apa aku nggak salah dengar?" tanya Andre seraya tersenyum sinis.

" Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, aku sudah capek menasehatimu hanya untuk kebaikanmu dan juga keluarga kecil kita, tapi apa? Kamu tidak pernah mendengarkan aku, apakah Kau tidak mengganggap aku ada? Apa kau tidak mencintai aku lagi?"

Perdebatan di antara kami terus berlanjut tanpa ada rasa malu kepada tetangga ataupun adik iparku. Bella yang mendengar pertengkaran antara kami berdua hanya berdiam diri di kamarnya sibuk dengan ponselnya.

"Ah! Awas, aku capek! Mau istirahat!" Andre menepiskan tubuh Amel dengan kasar beranjak dari tempatnya berdiri menuju kamar.

"Bang, tunggu dulu! Aku belum selesai bicara!" Aku bergegas mengejarnya untuk menyelesaikan pembicaraan kami.

Amel menarik tangan Andre karena semua sesak di dadanya belum terluaskan olehnya. Dia belum selesai berbicara dengan Andre tapi Andre sudah pergi meninggalkannya.

Andre berbalik kasar menghadap Amel "Apaan lagi, hah! Lepaskan tanganku, jangan paksa aku berbuat kasar lagi padamu!" gertak Andre dengan geram.

"Aku belum selesai berbicara, seharusnya kamu sadar diri dengan sikapmu padaku. Apakah pantas seorang suami yang baik melakukan itu pada istrinya?" Mataku melotot menatapnya.

Andre melepaskan tangannya dari tangan Amel secara paksa dan akhirnya Amel melepaskannya. "Bang, tolonglah dengarkan perkataanku untuk kebaikan keluarga kita, tinggalkan barang haram itu, fokus dengan pekerjaanmu!"

"He, kau nggak usah sok ngajari aku, Kamu urus aja dirimu sendiri nggak usah sibuk ngurusi orang lain!" tampik Andre seraya menunjuk wajah Amel dengan kasar.

"Orang lain? Aku mengurus keluargaku supaya menjadi lebih baik Bang, tolong Abang tinggalkan semua ini untuk keluarga kita."

Andre memasuki kamar begitu juga dengan Amel yang mengekorinya. Dia menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang empuk sambil menarik sebuah bantal lalu memeluknya di dalam dekapannya.

"Hah!" Hembusan nafas Andre begitu kuat. Andre terlihat begitu kelelahan saat membaringkan tubuhnya. Andre meletakkan ponselnya di atas meja dan kemudian, dia memejamkan kedua matanya.

Amel merasa curiga jika suaminya telah memiliki selingkuhan karena sikap Andre yang begitu cuek dan dingin padanya. Dia mencoba cek ponsel suaminya yang baru saja memiliki akun Facebook dan ternyata isinya berteman sama perempuan asing yang suka berhubungan seks.

Amel terkejut melihat isi handphone suaminya. Belum lagi isi chat dari teman-temannya yang mengajaknya jalan-jalan untuk berkenalan dengan seorang cewek. Walaupun Andre sudah menikah dan berusia 28 tahun, dia masih memiliki beberapa teman yang belum menikah.

Amel merasa sakit hati saat mengetahui kegiatan suaminya saat di luar rumah, yang ketemuan sama ceweklah walaupun itu adalah pacar temannya, belum lagi chattingan dengan cewek-cewek sexi walau tidak kenal dan tak pernah bertemu.

Amel dengan kasar menghempaskan ponsel suaminya itu yang membuat Andre terbangun dari tidurnya. Ternyata Andre sudah tertidur makanya dia tidak menyadari jika Amel memeriksa ponselnya.

"Apa-apaan sih Kamu!" bentak Andre kepada Amel.

"Kamu selingkuh di belakang aku!" jawab Amel dengan suara keras. Raut wajahnya tampak begitu merah karena kulitnya yang putih dan mulus.

"Maksud Kamu? Jangan asal menuduh aku!" tampik Andre yang tidak mengakui perbuatannya itu.

Amel mengambil kembali ponsel yang sudah ia lemparkan untung saja di atas kasur jadi masih selamat. Amel bergegas menujukkan bukti-bukti yang ia dapatkan dari dalam ponselnya Andre.

"Ini, apa ini Bang?! Mau ngelak lagi kau!"

Andre sontak kaget, matanya terbelalak menatap ponselnya yang di pampangkan oleh Amel di depan mukanya.

"Ini, lagi! Kamu pergi ketemuan sama wanita lain!"

"Itu tadi kenalan si Ardi, dia memintaku untuk menemaninya," ucap Andre.

"Apa harus ditemani? Nggak bisa apa dia pergi sendiri? Kamu itu sudah berkeluarga bang dan sudah punya istri, tidak seharusnya kamu berbuat seperti ini! Apa Kamu nggak malu?" Amel memarah-marahinya karena dirinya begitu kesal dengan tingkah laku suaminya.

"Sudahlah Amel, hal kecil begitu saja dibesar-besarkan olehmu!" Andre yang tidak pernah mau disalahkan Kembali mengatakan itu.

"Selalu itu yang Kamu katakan jika ada masalah selalu Kamu anggap masalah kecil, bagiku ini bukan masalah kecil lagi! Kamu nggak berfikir sudah adikmu numpang di sini, uang jajan di kasih, ditanggung semuanya, bebas mau ke sana kemari, ditambah lagi dirimu yang menambah beban pikiranku!"

"Stop bawa-bawa adikku di dalam masalah kita, jika Kamu tidak menyukai mereka untuk apa aku menikahimu!"

"Apa aku pernah bilang tidak menyukai mereka? Apa aku keberatan Bella tinggal di sini? Aku hanya ingin pengertian darimu, bukan malah mencari-cari masalah dan tidak perduli dengan perasaanku!" Amel mendengus kesal.

"Perasaan apa yang harus aku jaga? Itu hak yang wajar jika adikku tinggal di sini, aku adalah saudara laki-laki tertua mereka, dan hanya aku satu-satunya saudara laki-laki mereka." Andre bersikeras tetap menyalahkan Amel untuk segalanya.

"Wajar bagaimana? Kalian masih punya orang tua, kalau tidak suruh saja dia ke sana!" Amel yang sudah naik pitam tidak memperdulikan lagi perasaan Bella karena sikap abangnya yang semakin menjadi-jadi.

Sebenarnya Amel tidak keberatan dengan adanya Bella di rumahnya, tapi sikap Andre yang begitu kasar dan tidak peka terhadap perasaan Amellah yang membuatnya jadi begini.

"Bilang saja padanya langsung jika Kamu tidak suka dia ada di sini, nggak usah kau bilang samaku!" ucap Andre dengan kasar.

"Astaga, dasar manusia nggak ada otak! Suka-sukamulah entah mau ngapain kau, kalau nggak bisa dilarang ya sudah! Aku capek, lebih baik kau ceraikan saja aku!"

"Dari tadi kamu mengatakan itu, apa Kamu sudah siap aku ceraikan? Kamu tidak memikirkan bagaimana nanti keadaan Sari jika kita berdua bercerai?" tanya Andre yang tidak pernah mau mengalah dan mengakui kesalahannya.

Amel terdiam saat mengingat putrinya yang masih kecil dan masih butuh kedua orang tua untuk mengasuhnya. Amel menelan salivanya dan mengurungkan niatnya bercerai dengan Andre.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel