Pustaka
Bahasa Indonesia

Berselingkuh dengan calon suami adik ipar

197.0K · Ongoing
UHsiregar
156
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Amel yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari suami berselingkuh dengan pria, calon suami adik iparnya sendiri. Pria itu memberikan perhatiannya pada Amel bahkan hubungan mereka sudah terlalu dalam dan sulit untuk dilupakan. Di saat Amel sudah tidak peduli lagi dengan sikap suaminya yang semena-mena karena sudah ada Arman yang menemani hari-harinya, sang suami malah meminta maaf dan berjanji akan berubah. Amel yang sudah terlanjur mencintai Andre jadi dilema, antara suami dan selingkuhannya.

RomansaBillionaireIstri

Bab 1

Amel seorang ibu rumah tangga yang hidup dalam kesederhanaan. Dia memiliki seorang putri yang bernama Sari. Amel masih cantik dan muda, hanya saja dia kurang merawat diri karena kurangnya ekonomi. Terkadang hanya cukup buat makan saja, namun meskipun begitu dia tetap kelihatan cantik alami.

Suami Amel, yang bernama Andre sering sekali pulang larut malam, kerjanya yang tidak beres di luaran sana. Mengkonsumsi obat-obat terlarang, bermain judi online, bahkan sering juga tidak pulang hingga pagi hari.

Namun, walaupun begitu Amel tetap sabar menghadapi suaminya. Baginya, seorang suami itu harus dihargai dan di sayangi, karena Amel sangat mencintai suaminya. Mereka sudah pacaran 3 tahun lamanya. Dulu saat pacaran, Andre adalah pria yang baik, sayang pada Amel, bahkan selalu ada di saat suka dan dukanya Amel.

Namun, keluarga Andre tidak terlalu menyukai Amel. Padahal Amel adalah wanita yang sabar dan baik pada mereka.

Di pagi hari yang cerah, Amel yang baru saja selesai membereskan rumah duduk di tepi ranjang menatap sang suami tercinta.

“Bang…’’ panggil Amel dengan suara yang lembut.

"Um," sahut suaminya Amel jutek.

Pria berkaus oblong berwarna hitam itu sedang fokus slot online yang sedang musim sekarang itu. Terkadang uang belanjaan di rumah tidak ia kasih karena ia gunakan untuk modal bermain slot.

"Besok temani aku ke pasar yah, aku mau belanja perlengkapan dapur seminggu."

Amel yang lagi menyisir rambut putrinya meminta kepada suaminya walau dia tahu bahwa suaminya akan menolak tapi dia tetap memintanya. Namun, benar saja. Suaminya malah menolak untuk mengantarkannya ke pasar.

"Pergi aja sendiri! Kamu punya kakikan, masih bisa jalan!" bentak Andre sembari matanya melotot.

“Apa salahnya kalau Abang antarkan kami ke pasar, kan itu gunanya motor bang. Apalagi saat ini ongkos sedang naik-naiknya,” utas Amel berharap suaminya mau menuruti perkataannya.

Namun tetap saja Andre tidak peduli.

"Manja banget sih! Tau ah, pergi aja sendiri!" Andre bangkit dari tempat duduknya dengan wajah kesal.

Dia keluar dari dalam kamar dan duduk di sofa. Di atas meja sofa ada asbak rokok yang terbuat dari kaleng. Andre yang punya sifat tempramental mengambil asbak rokok itu lalu melemparnya ke depan Amel.

Prang! Prang! Prang!

Suara asbak rokok yang terbuat dari kaleng itu mengeluarkan bunyi sambil berputar-putar di atas lantai yang dilapisi karpet berwarna biru.

Amel langsung memeluk putrinya sembari menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.

Andre sama sekali tidak peduli melakukan itu di depan anaknya sendiri. Padahal mental anak itu harus dijaga dengan baik.

"Astaga, Mas! Nggak bisa baik-baik apa, nggak usah main kasar gitu!"

"Apa? Melawan hah! Sudah berani kamu?" gertak Andre yang sedang berdiri di hadapan Amel dan putrinya seraya berkacak pinggang.

Amel yang takut melihat sorot mata suaminya yang merah dan menatap tajam ke arahnya hanya bisa meneguk saliva berulang kali. Hatinya meronta-meronta ingin membalas perbuatan suaminya itu tapi apalah daya sebagai seorang perempuan yang kekuatannya pasti kalah dibandingkan dengan pria.

Amel menatap dingin ke arah Andre tapi sebenarnya tubuhnya sudah gemetaran karena takut jika suaminya akan berbuat lebih buruk dari itu. Amel memilih untuk mengalah dan diam dengan sikap suaminya.

"Awas, jika sekali lagi Kamu berani ngebantah aku nggak segan-segan pukul Kamu! Biar tau rasa!" ketus Andre dan pergi meninggalkan mereka.

Putrinya Amel yang bernama Sari menatap sendu padanya. "Ma, ayah kok jahat banget sih?" tanya Sari kepada Amel yang terkuat sedang pilu dan pikirannya kacau akibat cemoohan dan sikap kasar suaminya.

Memang sih, suaminya itu tidak pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga akan tetapi, dia suka sekali melempar barang-barang yang berada di sekitarnya seenaknya saja.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Amel dan putrinya pergi ke pasar dengan menaikkan angkutan umum pulang pergi. Sisa uang setelah membeli perlengkapan dapur selama satu Minggu tinggal seratus ribu lagi.

Sesampainya di rumah, Amel melihat suaminya sedang asyik menonton televisi dengan santainya di atas sofa seraya memegang ponselnya. Ponselnya ini tidak pernah lepas dari genggamannya selalu ia bawa kemanapun, bahkan saat buang air besar saja dia bawa ke kamar mandi.

Amel mendecakkan bibirnya melihat tingkah suaminya yang tidak pernah mendengarkan dirinya, padahal dulu waktu pacaran suaminya ini salah satu lelaki terbaik yang pernah singgah di dalam hidupnya.

"Amel! Amel!'' panggil Andre dengan berteriak sekeras-kerasnya dari dalam kamar mandi.

Amel yang sedang menyiapkan makan siang bergegas menghampiri pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

"Iya, Bang! Ada apa?" tanya Amel penasaran karena teriakannya seperti sedang melihat hantu saja.

"Ambilkan aku handuk! Aku mau mandi!" teriak Andre dari dalam kamar mandi berukuran dua kali tiga meter.

Aku menepuk jidatku karena kesal mendengar suruhannya "Astaga! Selalu begitu, kalau mau mandi selalu meninggalkan handuk, dan akulah yang disuruh-suruh untuk mengambilnya."

"Kamu ngomong apa sih! Cepat!"

Amel yang selalu ingin berontak tapi selalu gagal karena suaminya tidak pernah memberikan ruang untuk itu. Dia bergegas mengambilkan handuk di kamar dan memberikannya sesegera mungkin kepada suaminya itu.

"Lama banget sih!" Andre merampas handuk biru itu dari tangan Amel.

Amel meninggalkannya dan kembali menghidangkan nasi di atas meja makan. Andre keluar dari kamar mandi dengan setengah telanjang seraya mengibas-ngibaskan rambut pendeknya yang masih basah hingga mengenai wajah Amel.

Aroma tubuhnya yang wangi membuat nafsu birahi Amel naik, apalagi dia jarang sekali mendapatkan itu dari suaminya karena Andre terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.

Andre berjalan menuju kamar untuk memakai pakaiannya. Dan lagi-lagi nama Amel di panggil oleh ya dengan suara keras dan lantang. "Amel!"

"Astaga! Apa lagi sih!" Amel bergegas menuju kamarnya dan menatap suaminya yang masih mengenakan handuk dengan tubuh kekar dan eksotis.

"Mana celana dalamku!" bentak Andre.

" Mau ambil celana dalam saja harus manggil-manggil aku," kata Amel ketus di dalam hatinya.

"Kok bengong? Buruan cari!"

"I-iya bang," jawab Amel terbata-bata. Amel segera menjelajah isi lemarinya untuk mendapatkan apa yang diminta oleh suaminya itu.

"Ini!" Amel memberikan celana dalam berwarna hitam padanya. Andre dengan wajah kecut meraihnya seraya memakinya di depan mata Amel.

Amel memasang wajah menggoda, menatap Andre dengan penuh nafsu. Darahnya berdesir serta tarikan nafasnya yang tidak teratur saat melihat suaminya yang hanya mengenakan pakaian dalam saja.

"Bang…" Amel memasang suara manja dan menggoda. Dia mengelus perut suaminya itu seraya menyentil lembut alat kelaminnya.

"Apaan sih, Mel! Ini masih siang, tau waktu dong!" ketus Andre seraya menepiskan tangan Amel.

Amel yang tadinya sudah naik nafsunya mendadak geram dan marah terhadap sikap suaminya. Raut wajahnya menjadi masam, dia berbalik dan meninggalkan suaminya itu seorang diri.

Semua makanan sudah siap saji di atas meja, sedangkan Sari sudah mengambil terlebih dahulu piring untuk tempatnya makan.

"Sari, sudah lapar yah?"

"Iya, Ma."

"Sini piringnya, biar Mama ambilkan."

Sari memberikan piring kosongnya itu dan aku mengisinya dengan nasi dan lauk pauk ikan mas asam padeh.

Andre yang sudah memakai pakaiannya menghampiri Amel dan sari yang sedang menikmati makan siang mereka. Andre menarik kursi dan mendaratkan bokongnya di atasnya. Dia bergeming tak bergerak sedikitpun hanya menatap apa yang ada di atas meja makan.

"Bang, ini," ucapku seraya meletakkan piring yang sudah berisi nasi dan lauknya. Dia mengambilnya dari tanganku dan menyantap masakanku itu dengan nikmat.

"Bang, kata istrinya si Polan Kamu masih suka yah memakai narkoba itu?" tanya Amel pada suaminya yang tidak pernah menyukai perbuatan terlarang itu.

"Percaya saja padanya tidak usah percaya padaku!" ucap Andre kesal. Walaupun dia orangnya kasar terhadap istrinya, tapi kalau masalah yang satu ini dia tidak pernah melakukannya tanpa sepengetahuan istrinya. Dan dia diam-diam memakainya di luaran.

"Katanya kamu pergi bersama suaminya tadi malam, Kamu jangan bohong deh Bang!" Amel menekankan kepada suaminya seraya mengintimidasinya.

"Ini jam makan, apa aku nggak bisa menikmatinya? Kamu nyerocos aja!"

"Jawab dulu pertanyaanku, Bang! Apa kamu memakai barang terlarang itu lagi? Aku sudah bilang, aku tidak sama dengan istri kawan-kawanmu itu yang membiarkan suaminya begitu!"

Andre tidak menggubris ucapan Amel, dia memutar bola mata malas di hadapan Amel sembari mengernyitkan bibirnya ke samping.

"Terserah Kamu deh, Bang! Jika Kamu tetap memakainya aku nggak akan segan-segan kibusin Kamu sama polisi! Apa untungnya coba memakai barang terlarang seperti itu yang sudah jelas-jelas akan merusak badan dan pikiran kita!"

Brak!

Andre yang tidak tahan mendengar cemoohan dari Amel memukul meja makan dengan kedua telapak tangannya. Nasi di piringnya hanya habis setengah.

"Aku sudah bilang tidak memakainya, jika kamu ingin laporkan aku ke polisi, silahkan saja!"

"Emangnya Kamu pikir aku takut? Aku tahu kalau kamu nggak akan tega lakuin itu!" gumam Andre di dalam hatinya sembari menyunggingkan senyum meledek pada Amel.

Amel terdiam dan meneguk salivanya seraya menatap putrinya sari yang masih duduk di kursi menatap pertengkaran mereka berdua. Amel kasihan sekali pada putrinya ini yang hampir setiap hari mendengar Pertengkaran di antara mereka.

Amel mendengus kesal dan beralih kepada sari. Dia membawa Sari pergi dari sana menuju kamar tidurnya.

"Entah sampai kapan aku harus begini, menahan semua perlakuan kasar dan sikap acuhmu terhadap diriku," kata Amel di dalam hatinya.

Amel menemani Sari di dalam kamarnya sambil membacakan dongeng agar ia tertidur pulas. Setiap pukul dua siang, Amel akan menemani putrinya untuk tidur siang. Sambil rebahan Amel memainkan ponselnya, membuka Facebook untuk mencari kesenangan agar pikirannya kembali normal