Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

"Iya Kak, menurut aku dia orangnya baik, pengertian, dan sangat sayang sama aku. Dia juga nggak pelit sama uang, nih aku punya handphone baru dari dia lengkap dibelikan dengan paket datanya!" papar Bella seraya menunjukkan handphone baru itu kepada Amel.

"Syukurlah kalau dia memang orang baik, tapi otaknya mesum ya?"

"Dia itu sebenarnya segan kak, cuman aku yang mulai duluan. Dia kan masih bujangan sedangkan aku sudah pengalaman, tapi kalau langsung berhubungan badan gitu dia belum mau Kak," ujar Bella.

"Oh, begitu yah. Aku pikir otak dia yang mesum ternyata otakmu! Amel menampar pelan keningnya Bella lalu bergegas pergi ke dalam kamarnya.

"Bang, Kamu dimana sih? Kok belum pulang?" ucap Amel. Dia mencoba menghubungi Andre lewat panggilan whatsapp tapi tidak diangkat olehnya.

Amel kesal dan melemparkan ponselnya di atas kasur. ''Apa gunanya sih punya suami kalau sikapnya begini! Sibuk dengan dunianya sendiri, dan tidak mementingkan istri!" Amel menjambak rambutnya kesal lalu melepaskannya.

Amel mencoba untuk menghubungi Bayu kembali tapi tidak jadi karena dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berhubungan lagi dengan pria itu. Dia menghapus kontak Bayu dari ponselnya setelah memblokir nomornya.

Bab 5 bn

Bella yang sudah masuk kamar terdengar cekikikan oleh Amel. Dia mendengar Bella sedang video call bersama dengan Arman.

"Inilah memang kalau sudah menjadi janda, bebas dia mau telponan sama siapa, mau berhubungan sama siapa, nggak ada yang larang," lirih Amel pada dirinya.

"Apa Beb, Aku buka baju aku? tunggu sebentar yah," ucap Bella sampai kedengaran ke kamar Amel karena jarak kamar keduanya tidaklah jauh. Sementara putri Amel sudah tertidur pulas dan tidak akan mendengar suara-suara lagi jika sudah tertidur.

"Astaga si Bella ini, kalau di sini abangnya nggak berani dia berbuat begitu tapi, kalau nggak di sini macam-macamlah tingkahnya," ucap Amel di dalam hatinya seraya mendecakkan lidahnya.

Amel tidak bisa tidur karena adegan mesum antara Bella dan Arman masih terbayang di benaknya. Dia turun dari ranjang empuk itu dengan menggunakan daster yang sexi dan di atas lutut menuju kamarnya Bella. Niat Amel ingin menegur Bella karena terlalu ribut melihat hari sudah terlalu malam.

Namun, langkahnya terhenti ketika melihat rudal panjang milik Arman yang berwarna hitam di layar ponselnya Bella yang tertampang jelas menghadap pintu kamarnya.

"Ahh, Sayang…punya Kamu gede juga. Aku jadi pengen memasukkannya ke lobang kenikmatan ku," goda Bella kepada Arman dengan suara menggoda disertai desahan.

Amel memperhatikan gerak lekuk tubuhnya Bella yang ternyata telah setengah telanjang sambil meremas-remas pa**daranya dan mengucek-ngucek kemaluannya.

"Astaga! Kenapa lagi sih dengan mereka, nggak ada habis-habisnya dari tadi!" ucap Amel kesal.

"Ekhem, ekhem!" Amel mendekhem keras agar Bella mendengarnya. Dengan secepat kilat Bella memperbaiki pakaiannya dan membalikkan layar ponselnya ke bawah.

"Eh, kakak!" ucap Bella dengan gugup. Wajahnya terlihat berkeringat saat aku mendekatinya.

"Kamu belum tidur, Bel?" tanya Amel pura-pura.

"Emm, belum Kak."

"Ini sudah malam, aku mau tidur. Lagian nanti Sari juga terbangun, suara kamu terdengar begitu keras sampai ke kamar aku," papar Amel dengan jutek.

"Baiklah Kak, aku akan mengecilkan suaraku," jawab Bella. Setelah selesai berbicara dengan Bella, Amel kembali ke kamarnya. Dia terlebih dahulu mengisi teko yang sudah habis ke dapur dan ia bawa lagi ke kamarnya.

"Kak! Aku lapar, beli nasi goreng yuk!" ajak Bella pada Amel yang hendak memasuki kamarnya.

"Sudah jam berapa nih," ujar Amel seraya melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Arman aja yang disuruh buat beli Kak."

"Terus," ucap Amel seraya menatap Bella dengan serius.

"Sekalian dia antarkan ke sini, dia pasti mau kok! Dia nggak akan bisa menolak permintaanku," ucap Bella.

Amel yang kebetulan lapar juga dan tidak ingin makan nasi menyetujuinya ide Bella.

"Baiklah, ini uang dari aku. Kamu pake uang sendiri, ya!" ucap Amel seraya memberikan uang 20 ribu rupiah.

"Oke, Kak!" Bella mengambil uang itu dari tangan Amel. Kemudian dia membalikkan kembali layar ponselnya yang sempat ia telungkupkan.

"Beb, aku mau minta tolong dong belikan aku nasi goreng dan untuk kak Amel juga," pinta Bella kepada Arman yang sudah menutupi kemaluannya itu.

"Oke, Beb. Tunggu sebentar yah, di sini ada loh yang dekat rumah aku jualan nasi goreng," ucap Arman dari ponselnya yang masih tersambung dengan Bella.

"Iya, yang dekat rumah kamu itu aja Beb. Itu nasi gorengnya enak banget kan, dulunya kami sering langganan di situ!"

"Iya, aku matikan telponnya atau gimana?" tanya Arman pada Bella.

"Nggak usah Beb, biar aja tetap tersambung sampai nanti Kamu nyampe ke sini," ujar Bella.

"Baiklah."

"Apa katanya Bel?" tanya Amel yang tidak jadi masuk ke kamar tapi duduk di sofa menonton televisi sambil menunggu nasi gorengnya datang.

"Kata Arman dia akan segera datang, Kak!" sahut Bella dengan suara sedikit meninggi.

"Oh, aku kirain dia nggak mau," jawab Amel jutek.

"Kan aku sudah bilang dia pasti nurut apa yang aku bilang kak, orangnya baik. Makasih ya Kak karena telah mengenalkan aku sama dia," ucap Bella seraya menghampiri Amel yang sedang duduk di atas sofa.

"Jadi bagaimana dengan Reza?" tanya Amel penuh penasaran. Karena sejatinya Bella ini tidak hanya memiliki satu lelaki saja yang ia pergaulan tapi melebihi.

"Masih lanjut kok Kak, aku mau lihat siapa yang paling baik dan pantas menjadi pasanganku," jawabnya.

"Lalu si Alex?" Amel sedikit cekikikan saat menanyakan nama-nama pria itu. Amel mengetahui semuanya karena Bella menceritakan siapa saja kenalannya setelah menjadi janda. Hanya saja, Arman yang sudah pernah dia ajak ke rumah Bella.

"Ah! Nggak jelas itu Kak, katanya kemarin mau kirim uang sama aku tapi sampai hari ini belum ada masuk," ucap Bella kesal.

"Kenapa, alasannya apa?"

"Katanya uang gajinya ditahan oleh bosnya beberapa Minggu. Padahal aku butuh banget uang itu buat beli baju baru."

"Ya, mau gimana lagi? Tunggu aja dia kirim uangnya baru Kamu beli," kata Amel dengan senyuman.

"Lagian ngapain sih bercinta dengan banyak pria? Cukup satu pria sajakan bisa, misalnya si Arman?" lanjut Amel yang tidak menyukai sikap adik iparnya itu yang menjalin hubungan dengan banyak pria.

"Cuman main-mainnya semua itu Kak! Nggak ada yang serius, cuman sama si Armannya aku serius itupun karena dia sudah pernah ke rumah ini dan dia mau mengenalkan aku kepada kedua orang tuanya."

"Wah, bagus dong kalau begitu! Berarti dia tipe orang yang serius menjalin hubungan sama Kamu sampai-sampai mau dikenalin sama orang tuanya!" Amel terlihat bahagia mengatakan itu pada Bella. Entah apa yang membuat Amel sangat senang jika Bella lebih memilih bersama Arman.

"Menurut aku juga, Arman serius sama aku kak. Tapi aku takut jika orang tuanya mengetahui status aku yang janda mereka tidak akan setuju." Wajah Bella terlihat sendu.

"Jodoh itu Tuhan yang ngatur, jika dia memang serius sama Kamu dia pasti memperjuangkan dirimu agar di restui oleh kedua orang tuanya."

"Aku kebelet p*pis kak, ke kamar mandi dulu yah!" Bella berlari menuju kamar mandi sambil memegang celananya.

Ketika Bella beri saja pergi ke kamar mandi, terdengar suara motor Arman berhenti di halaman rumah Amel. Amel melirik ke luar dan melihat Arman sedang menenteng plastik berwarna putih yang berisi nasi goreng di dalamnya.

"Permisi Kak," ucap Arman sopan seraya menganggukkan kepalanya.

"Silahkan masuk Arman, Bella lagi di kamar mandi," ujar Amel seraya tersenyum padanya.

Arman masuk dan langsung duduk di samping Amel yang belum mengganti pakaiannya saat Arman datang tadi. Amel menarik dasternya yang di atas lutut sedikit ke bawah untuk menutupi kedua paha mulusnya itu tapi tidak bisa.

Arman yang dengan wajah gugup memandangi sekitarnya tanpa melirik Amel lagi. "Cepat juga sampainya, Dek?" ucap Amel kepada Arman untuk mencairkan suasana yang terasa hening.

"Iya Kak, kebetulan sekali tadi tidak antri jadi cepat Kak," jawab Arman seraya tersenyum hingga giginya yang putih kelihatan.

"Oh, bagaimana kabar Kakak Kamu sekarang?"

"Alhamdulillah mereka baik kak di sana, kakak sudah lama temanan sama Kakak saya?" tanya Arman.

"Sudah, tapi itu dulu waktu kami tetanggaan hampir satu tahun, dia itu teman baikku," jelas Amel. Amel terlihat sedih saat mengingat sahabatnya itu.

"Kamu punya nomor whatsappnya?" sambung Amel. Kebetulan sekali saat kakaknya Arman pindah ke luar kota, Amel ganti nomor jadi kontak temannya itu hilang dari ponselnya.

"Oh, ada Kak! Ini." Arman menunjukkan nomor kontak kakaknya itu dan Amek langsung mengetiknya di dalam ponselnya.

"Makasih ya," ujar Amel. Di saat bersamaan Bella datang menghampiri mereka.

"Hei, Beb! Sudah nyampe?" Bella menyambut kedatangan kekasihnya itu dengan hangat. Dia memberikan ciuman pipi dengan mesra.

Amel menatapnya kesal seraya mengernyitkan bibirnya. "Mana nasi gorengnya, aku dah lapar nih!" Amel menyela pembicaraan mereka.

"Oh, ini kak!" Arman memberikannya pada Amel. "Kasihkan uangnya itu Bel!" perintah Amel kepada Bella.

"Ini sayang, punyaku Kamu yang bayar yah," ucap Bella manja.

"Nggak usah Beb, kembalikan aja uangnya kak Amel biar aku saja yang bayar."

"Benaran nggak apa-apa, beb?" tanya Amel dengan uang 20 ribu di tangannya.

"Beneran Beb," sahut Arman seraya menatap Amel.

"Kalau gitu sini uangnya!" Amel merampas uang itu dari tangan Bella.

"Udah Kamu pulang aja Dek, ini udah jam berapa nggak enak dilihat tetangga, apalagi Abang nggak ada di sini!" ucap Amel judes.

"Iya Kak, aku permisi dulu ya Beb." Arman melangkah keluar di temani oleh Bella sampai pintu depan rumah. Setelah Arman pergi tak kelihatan lagi, Bella masuk kembali ke dalam rumah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel