Bab 5
Bab 4 bn
Ternyata hubungan Amel dan Bayu hanya bertahan selama satu bulan saja. Amel mulai nggak nyaman dengan hubungan itu yang hanya melalui media sosial saja. Amel memang sudah kenal sama Bayu karena, Bayu itu temannya semasa SMP akan tetapi saat berselingkuh lewat media sosial mereka tidak pernah sekalipun bertemu.
Amel mengirimkan pesan via messenger kepada Bayu sebagai kata permintaan maafnya. "Bay, maafkan aku yah! Aku nggak bisa melanjutkan hubungan ini lagi bersama Kamu, lebih baik kau cari saja wanita lain yang tidak menyandang status sebagai istri orang," ucap Amel.
Tiga menit kemudian, "Baiklah, Amel. Jika itu memang mau Kamu, aku terima tapi masih bolehkan kita temenan?" balas Bayu.
"Oke, tidak masalah," ujar Amel lewat messenger.
Setelah Bella di rumah Amel, Amel mengira suaminya akan berubah lebih perhatian lagi kepada dirinya, lebih peka terhadapnya, dan keharmonisan rumah tangga mereka akan kembali normal. Namun, semua itu hanya angan-angan Amel saja. Amel memutuskan hubungannya dengan Bayu karena dia merasa tidak ada gunanya berselingkuh lebih baik setia saja.
Andre yang tidak bisa lepas dari pengaruh barang terlarang itu sama sekali tidak peduli dengan Amel. Dia masih saja sering keluar malam dengan berbagai banyak alasan dan pulangnya selalu larut malam.
"Dek, minta uang dong buat ngisi minyak motor!" pinta Andre kepada Amel.
"Besok aja Bang isi bensinnya, inikan sudah malam," ucap Amel yang melihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam. Amel curiga jika itu adalah akal-akalan suaminya saja untuk bertemu teman-temannya.
"Nggak mau! Besok antri, aku malas! Sekarang aja, bawa sini uangnya!" Andre memaksa Amel untuk memberikan uangnya dengan berbicara kasar padanya.
"Bang, ekonomi kita lagi sulit! Abang juga nggak ada pekerjaan, tolong irit-irit dong!"
"Maksud Kamu apa ngomong seperti itu, hah! Mentang-mentang aku nggak punya pekerjaan yang jelas saat ini jadi seenak jidatmu berbicara padaku, begitu!" Andre semakin emosi karena Amel membantah terus perkataannya.
"Bukan begitu, Bang," ucap Amel.
"Ya sudah, sini uangnya!" Andre menengadah telapak tangannya seraya menunggu Amel memberikan uang itu untuknya.
Amel yang tidak pernah menang saat membantah ucapan suaminya baik itu tentang suatu hal yang tidak baik terpaksa mengeluarkan uang itu dari dompetnya sebesar lima puluh ribu rupiah.
"Ini, bang! Nanti uang kembaliannya jangan lupa," ujar Amel seraya memberikan uang itu untuk Andre.
Andre menstarter motornya, sebelum ia melajukan motornya Amel berpesan agar Andre pulangnya tidak terlalu larut malam akan tetapi Andre tidak menggubrisnya. Dia melajukan motornya itu dengan kencang meninggalkan area rumah mereka.
Bella yang tadinya pergi jalan-jalan bersama Arman kembali ke rumah. Amel melihat wajahnya Arman hanya sekilas saja, wajahnya tampan, berkulit hitam manis dan tingginya 170 sentimeter.
"Kalian sudah pulang?" tanya Amel pada Bella yang masih stay di halaman rumah Bella.
"Hehe, iya kak," sahut Arman dengan ramahnya.
"Ajak masuk aja Bel," ucap Amel kepada Bella dari dalam rumahnya.
"Ayo, masuk dulu!" ajak Bella kepada Arman.
Arman menguraikan senyumannya yang begitu manis dan masuk bersama Bella ke dalam rumahnya Amel.
Setelah masuk, mereka berdua duduk di atas sofa sedangkan Amel di sebelahnya sedang asyik menonton televisi. Amel yang gemar memakai daster selutut dipandangi oleh Arman dengan tatapan terpana.
Walaupun Amel sudah memiliki putri yang berumur empat tahun, dia tetap terlihat muda dan cantik. Kulitnya halus dan terawat begitu juga dengan aroma tubuhnya yang begitu wangi. Namun, entah kenapa suaminya tidak terlalu begitu tertarik lagi dengan dirinya.
Bella pergi ke dapur untuk mengambilkan Arman minum air putih kemudian, dia membawakannya untuk Arman saja. Amel xang fokus ke layar televisi tidak mengetahui jika Arman telah memperhatikan lekuk tubuhnya. Arman meneguk salivanya, matanya tidak berkedip memandangi payudara Amel yang menonjol.
"Ini minumnya Beb, silahkan diminum," ucap Bella.
Arman sontak kaget karena dia sedang fokus memandangi tubuhnya Amel yang sexi dan menggoda. "Eh, iya terima kasih Beb," ucap Arman seraya tersenyum kepada Bella.
Arman meminumnya terburu-buru, dia merasa lega setelah meneguk air minum itu sampai habis.
"Beb, kenapa? Kok kayak baru habis olahraga gitu, haha!" ledek Bella seraya tertawa.
Tawaan Bella yang keras membuat Amel menoleh ke arah mereka. Amel menyadari jika dari tadi dia memakai daster tipis di atas lutut ketika duduk.
"Apa mungkin dari tadi dia lihatin aku yah? Tapi nggak mungkin ahk!" gumam Amel di dalam hatinya seraya tersenyum menatap Arman.
"Kamu ini Beb, ada-ada saja!" ujar Arman tersenyum malu.
Amel tidak memperdulikan bagaimana mereka berdua saling bercanda dan mengobrol layaknya sepasang kekasih. Ya, karena mereka adalah sepasang kekasih.
Bella membaringkan kepalanya di kedua paha Arman yang terbuka karena memakai celana pendek chino di atas lutut dan kaos pendek berwarna hitam.
"Beb, orang tua Kamu setuju jika kita menjalin hubungan?" tanya Bella dengan suara manjanya sambil mengelus-elus tangan Arman di atas dadanya.
"Astaga! Ngapain sih mesra-mesraan depan aku, udah aku yang jarang dibelai oleh bang Andre ada lagi nih yang mancing-mancing gairah!" ucap Amel di dalam hatinya.
Batinnya meronta-meronta melihat kemesraan adik iparnya itu yang tidak segan padanya. Amel yang tadinya sejajar duduk bersama mereka memilih untuk membelakanginya.
Arman sadar dengan sikap Amel dan dia merasa segan apalagi ini rumahnya Amel. Arman menunduk menatap Bella yang sedang membaringkan kepalanya di kaki Arman.
"Sst, Beb lihat tuh Kakak Kamu! Malu tahu, ayo duduk!" bisik Arman kepada Bella.
"Ah! Nggak mau!" jawab Bella seraya memiringkan tubuhnya hingga bibirnya menyentuh keperjakaan Arman lalu memeluk pinggangnya.
Saat bibir Bella menyentuh keperjakaannya Arman, benda keramatnya itu berdiri menegang hingga tampak menonjol dari luar celananya. Bella tersenyum menggoda melihat pemandangan yang sudah tidak jarang lagi ia lihat.
"Punya Kamu tegang ya, Beb?" goda Bella seraya menyentil lembut benda keramat itu.
"Apaan sih, Beb," ucap Arman seraya memegang kemaluannya itu dengan kedua tangannya.
"Nggak apa-apa, sini biar aku bantu lemasin," ujar Bella seraya meraih benda keramat itu dengan tangan tangannya. Bella memasukkan jari-jarinya dari selangkangan Arman secara perlahan hingga ia meraih barang berharga milik Arman.
"Sshh, aarrggh," Arman mengerang nikmat.
"Astaga! Yang nggak adanya malu dua orang ini!" ketus Amel di dalam hatinya. Dia bergegas berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan mereka berdua dan masuk ke dalam kamarnya.
"Astaga! Sudah jam tengah sebelas malam, Bang Andre belum juga pulang," lirih Amel seraya memegang ponselnya.
Sedangkan di ruang tengah, Arman melepaskan tangan Bella dari dalam celananya, dia merasa tidak enak hati dengan Amel sebagai pemilik rumah dan juga kakak iparnya Bella.
"Iih, kenapa dilepas Beb, kan nanggung!" geram Bella seraya menghempaskan tangannya.
"Malu tau Beb, inikan rumah Abang Kamu nggak mungkin juga kita lakuinnya di sini. Aku sabar kok sampai kita beneran resmi menikah," papar Arman.
"Sebel deh!" Bella cemberut seraya memancungkan bibirnya. Arman dengan sigap menyambar bibir merah merona itu dengan bibirnya hingga keduanya saling berpagutan.
Amel yang terngiang-ngiang dengan desahan Arman yang hanya sebentar tadi penasaran dengan aksi yang mereka lakukan, dia mengintip dari sela-sela pintu yang sengaja tidak ditutup rapat.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Amel berpacu kencang melihat perbuatan mesum di depan matanya yang dilakukan oleh keduanya di atas sofa miliknya. Terlihat baju Bella yang berkancing depan sudah terbuka setengahnya dengan tangan Arman yang nyungsep ke dalam sembari meremas-remas dua gunung kembar.
Bibir keduanya saling berpagutan dan mereka berdua hanyut dalam suasana yang menggairahkan itu. Amel kembali ke tempat tidurnya dan berusaha menenangkan debat jantungnya yang tidak beraturan itu. Dia mengambil air minum dari sebuah teko yang biasa ditaruh di dalam kamarnya supaya tidak repot keluar saat kehausan.
"Kenapa sih hal itu harus terjadi di depan mataku, aku yang jarang sekali melakukannya dengan mas Andre membuat diriku terangsang. Ahk! Dasar Bella! Ngapain juga sih di rumah aku, kan bisa di luar!" umpat Amel pada dirinya sendiri. Dia berbicara seakan sedang berbisik untuk dirinya sendiri.
Setelah degup jantungnya sedikit tenang, Amel penasaran lagi dan kembali mengintip mereka, akan tetapi keduanya sudah tidak berada di sana lagi. Amel bergegas membukakan pintu kamarnya dan kembali ke ruang tengah, dia melihat jika Arman sedang berpamitan pulang pada Bella.
Arman yang tidak sengaja melirik aku tersenyum seraya berkata "Kak, aku pulang dulu yah!"
"Oke," sahutku seraya mengurai tersenyum. Aku pura-pura tidak mengetahui aksi yang sudah mereka lakukan tadi yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak.
Arman menstater motor bebeknya dan melambaikan tangan kepada Bella, Bella membalas lambaian tangan itu seraya berkata "Hati-hati Beb, kalau sudah sampai di rumah telepon aku yah!"
Arman hanya mengurai senyum dan menarik gas meninggalkan area rumah Amel.
"Kak, Abang belum pulang yah?" tanya Bella pada Amel.
"Belum, itu kebiasaan abangmu pulangnya lama-lama."
"Oh, kok gitu yah?" tanya Bella lagi.
"Entahlah, aku juga heran. Eh, ngomong-ngomong tadi lagi ngapain sama Arman?" tanya Amel bar-bar.
Bella tersipu malu sambil tersenyum. "Nggak ada kak, cuman cipokan dan saling meraba," ucap Bella dengan santainya.
"Astaga! Sekali lagi jangan begitu yah di rumah aku, Kalian cari saja tempat lain," ucap Amel sedikit kesal. Padahal Amel sudah melihat kejadiannya.
"Hehe, iya Kak."
"Menurut Kamu, Arman itu gimana? Apakah dia beneran orang baik dan nggak pelit sama uang?" tanya Amel penuh penasaran. Amel ingin memastikan apakah perkataan temannya beberapa bulan lalu benar jika adiknya ini adalah orang yang baik.
